AKU JAWA SAMBAS DAN JAWA BANJAR

by

Ketika mau ke Malaysia aku diminta oleh polisi bikin surat Jalan kelakuan baik dan bebas G30S PKI.
Maklum, di masa awal Orde Baru.

Polisi memberikan kertas pormulir yang harus kuisi.
Dan setelah selesai kutulis, kertas tersebut lantas kuserahkan.
Polwan yang menerima kertas pormulir tersebut lantas bertanya :
” Kenapa suku bangsanya tidak ditulis ?”

” Saya kan telah tulis bangsa Indonesia ” jawabku.

” Tapi kolom suku bangsa tidak ditulis ” katanya.

” Apakah perlu ?” tanyaku.

” Ya perlulah ” Jawabnya.

” Sudah, mbak saja yang tulis ” kataku.

” Suku bangsanya apa ?” tanyanya.

” Melayu sajalah ” jawabku.

Di Kalimantan Barat kan umumnya suku Melayu selain Dayak.

” Kok pakai sajalah ? Bapaknya orang apa ?” tanyanya.

” Orang Banten, karena kakek saya orang Banten Serang ” Jawabku.

Dia lantas menulis, dan setelah selesai surat kelakuan baik bebas G30S PKI itu diserahkannya padaku.
Di situ tertulis suku bangsaku adalah Sunda.
Wow ?

Sampai di rumah surat itu kuperlihatkan kepada kakakku.
Dia sedikit terbelalak, ” Kamu bukan Sunda, tapi Jawa ” katanya.

” Kakek kita kan dari Banten Serang ?” tanyaku.

” Iya, tapi bukan Sunda, kakek Jawa asal Mataram Islam ” Jawabnya.

Belakangan aku baru tahu bahwa nenek moyangku berasal dari Demak yang diperbantukan mengajar agama di wilayah kekuasaan Sultan Hasanuddin karena moyangku seorang Kiyai.
Mereka satu keluarga besar baru pindah ke Kalimantan Barat setelah Banten ditaklukkan oleh serdadu Belanda yang di dalamnya banyak pengkhianat.

Di kota Singkawang kakekku, Haji Akmal menikah dengan wanita berasal dari wilayah Kesultanan Sambas bernama hajah Kulsum.
Dan dari YouTube kuketahui Kesultanan Sambas asalnya adalah suku Dayak Salako yang masuk Islam.
Aku tak tahu nenekku itu apakah Melayu asli atau Melayu keturunan Dayak yang masuk Islam.
Nah itulah asal muasal keluarga dari sebelah ayahku.

Sedangkan keluarga dari sebelah ibuku, yaitu ayah dari ibuku (kakekku) keturunan Jawa namanya Haji Bohamid bin Sayyid, dan ibunya suku Banjar yang kupanggil Nek Nong.
Dan belakangan aku baru tahu bahwa suku Banjar adalah berasal dari suku Dayak Maanyan yang masuk Islam.

Jadi darah yang mengalir ditubuhku adalah Jawa, itu sudah pasti, dan ada campuran Melayu dan boleh jadi juga Dayak Salako dan Dayak Maanyan.
Tapi sekarang itu jadi tidak begitu penting karena keluarga besarku sudah kemasukan segala macam suku sehingga menjadi Indonesia Raya.

( Iwan Hasanul Akmal )