Adik Ajari Kakak Empati

by
Kakak adik. Foto: feed.merdeka.com.

Penelitian mengungkap fakta unik soal hubungan saudara, adik mengajari kakak empati dan mencegah kakaknya menjadi orang egois di masa depan.

Wartapilihan.com, Jakarta – Selama ini, kita selalu menganggap bahwa adik yang belajar banyak hal dari kakaknya oleh pasal kakak lahir terlebih dahulu.

Adalah hal yang logis pula apabila kakak mengajari sang adik. Namun ternyata, ada sebuah penelitian terbaru mengungkap fakta unik, adik mengajari kakak empati merupakan hasil dari studi ini.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Child Development yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Calgary di Kanada. Hasil penelitian menemukan, adik mengajari kakaknya tentang beberapa hal dalam kehidupan, di antaranya adalah mencegah sang kakak tumbuh menjadi orang egois.

“Meskipun anggapan umum menyatakan, orangtua dan kakak adalah sumber primer bagi perkembangan sosial adik, namun kami menemukan bahwa baik kakak dan adik memiliki kontribusi terhadap proses tumbuhnya empati dalam diri satu sama lain.” Kata Marc Jambon, salah satu asisten peneliti, dilansir dari laman sg.theasianparent.com, beberapa waktu lalu.

Penelitian ini awalnya berfokus pada pengaruh kakak terhadap adiknya, karena hal inilah yang lebih mudah terlihat. Salah satu tinjauan terhadap beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kakak memiliki pengaruh lebih besar terhadap adiknya. Salah satunya berdampak pada perkembangan motorik dan risiko menjadi perokok ketika dewasa.

Namun dalam penelitian terbaru ini, Marc Jambon bersama tim penelitinya menganalisis sebuah grup yang terdiri dari 452 pasang kakak beradik di Kanada. Dengan rentang usia 18 bulan hingga 4 tahun.

Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini mengkaji dan menilai tingkat empati anak-anak sejak awal studi. Mereka lebih memilih melakukan observasi dibandingkan bertanya pada orangtua tentang empati yang dimiliki anaknya.

Ilmuwan melakukan observasi dengan mengunjungi anak-anak di rumah mereka dan bermain dengan setiap anak secara terpisah. Ketika sedang bermain, peneliti akan pura-pura terluka atau merusak mainan yang mereka suka. Reaksi anak terhadap hal tersebut akan dicatat dan direkam.

“Peneliti juga memasukkan pola pengasuhan orangtua, karakter demografik dan kualitas hubungan antar saudara sebagai data penunjang,” papar Jambon.

Setelah 18 bulan, peneliti akan kembali ke rumah anak-anak tersebut, dan memeriksa perubahan apa yang terjadi pada anak selama satu setengah tahun bersama saudaranya. Secara statistik, peneliti menemukan adanya peningkatan empati secara signifikan setelah 18 bulan berlalu.

“Peneliti juga menemukan hal unik, yakni proses belajar adik mengajari kakak empati tidak berlaku pada anak perempuan yang memiliki adik laki-laki. Hal ini karena tingkat empati mereka tidak meningkat setelah satu setengah tahun diobservasi,” pungkas Jambon.

Laurie Kramer, seorang profesor psikologi di Northeastern University menanggapi, “Menurut saya, yang paling luar biasa dari penelitian ini adalah, anak di bawah usia 3 tahun memiliki peran penting dalam membentuk empati dalam diri kakaknya,”

Laurie telah melakukan penelitian terhadap hubungan antar saudara lebih dari dua dekade. Dia juga menambahkan bahwa, biasanya kita tidak berpikir bahwa balita bisa memiliki pengaruh apapun terhadap kakaknya. Namun ternyata anggapan ini salah.

“Sejak awal kehadiran sang adik, kakak sudah harus berbagi kasih sayang dan perhatian orangtua. Dia juga harus berbagi mainan atau berbagi kamar. Maka tak heran, bayipun bisa mengajari kakaknya untuk tidak menjadi orang egois dan mudah untuk berbagi serta peduli,”
Hal ini menurutnya dapat menjadi catatan bagi orangtua untuk lebih mengarahkan anak agar memiliki kualitas hubungan yang baik dengan saudaranya. Sebab, kemampuan sosial anak tidak hanya dibentuk atas pengaruh orangtua, namun juga saudara-saudaranya.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *