“Masyarakat Asmat harus kuat secara ekonomi. Momentum ini bukan hanya untuk Asmat, tetapi juga momentum untuk membangun Papua secara keseluruhan,” ujar Presiden ACT Ahyudin.
Wartapilihan.com, Jakarta –Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali melakukan langkah strategis kedua kalinya untuk mengurangi beban penderitaan masyarakat di tanah Papua akibat kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk. Hari ini, Sabtu (3/1) ACT melepas keberangkatan Kapal Kemanusiaan (KK) menuju Papua dengan membawa 100 ton bantuan pangan dan medis.
Bantuan-bantuan yang rencananya akan diangkut oleh Kapal Kemanusiaan Papua di antaranya beras, biskuit bayi, susu cair, vitamin (asam folat A, kalsium, zat besi), puluhan ton air mineral, dan pakaian bayi serta dewasa. Berbagai bantuan tersebut guna mencukupi gizi masyarakat di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua.
Melewati Jalan Raya Mandala, Kabupaten Merauke, Papua, tampak 10 truk melintasi wilayah tersebut menggunakan layanan kendaraan patroli dan pengawalan (patwal) atau voorijder polisi. Bersiap mengambil angle video dan gambar, para awak media stand by menunggu kedatangan iring-iringan.
“Teman-teman, rombongan (truk) sudah datang, siap-siap,” seru Wakil Manajer ACT Lukman Aziz kepada media. Ketika melintas di Jalan Mandala, para awak media langsung men-shoot video dan gambar truk pengangkut beras yang melintas.
Begitu selesai iring-iringan truk melintas, kami bergegas menuju Pelabuhan Banda Air, Kabupaten Merauke, Papua. Jarak dari Mandala ke Pelabuhan hanya sekitar lima belas menit. Setiba di Pelabuhan, tampak masyarakat Merauke dengan bahasa khas daerahnya mengkoordinasikan teman-temannya untuk mengangkut beras.
“Daritadi sudah ada 10 kali balik,” kata salah seorang buruh bernama Bagas sambil mengusap keringatnya. Maklum, satu orang disini dapat mengangkut sampai 5 karung beras berukuran 10 kg/karungnya.
President ACT Ahyudin menuturkan, problem mendasar dari KLB gizi buruk dan campak adalah kekurangan ketersediaan pangan. Ia berharap, bantuan makanan untuk masyarakat Papua tidak boleh berhenti.
“Masyarakat Asmat harus kuat secara ekonomi. Momentum ini bukan hanya untuk Asmat, tetapi juga momentum untuk membangun Papua secara keseluruhan,” ujar Presiden ACT Ahyudin, Sabtu (3/2).
Ahyudin menampik pernyataan Panglima TNI yang mengatakan persoalan campak sudah selesai. Ia berharap pernyataan itu benar, objektif dan apa adanya. Berdasarkan pengalamaan, kata Ahyudin, persoalan KLB campak dan gizi buruk tidak dapat diatasi dalam jangka pendek.
“Selesai mungkin karena banyak elemen yang hadir memberikan bantuan kesana bukan selesai masalah masyarakatnya. Menurut saya ukuran selesai itu bukan hanya terkait gizi buruk tetapi juga masyarakat dapat kembali berdaya, kuat dan mandiri secara ekonomi,” paparnya.
Maka, pasca fase recovery dalam bentuk apapun, simpul Ahyudin, pemerintah dan seluruh pihak harus bekerja dengan konsep penanganan bencana yang terjadi di seluruh dunia.
“Emergensi menurut saya penting, tetapi emergensi tidak akan menyelesaikan masalah jangka panjang. Kami sedang merancang program itu. Semoga masyarakat terus mendukung, karena program recovery ekonomi dan sosial harus dibenahi, agar tidak mengundang kembali penyakit. Inilah guyub semua elemen. Pemerintah, masyarakat dan NGO harus terus bekerja sama,” tutupnya.
Direksi Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV Marwando menambahkan, sampai saat ini belum ada izin dari BMKG (Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika) untuk melakukan pelayaran kapal. Namun jika dalam waktu satu sampai dua hari ke depan cuaca bagus, maka kapal diberangkatkan.
“Kenapa kita menggunakan kapal kecil, karena Pelabuhan besarnya tidak ada di Asmat. Jadi, kalau menggunakan kapal besar tidak mungkin sampai tujuan,” imbuhnya.
Kepala Bulog Sub Divisi Regional Mereuke Yudi Wijaya mengatakan, beras yang akan dikirim ke Asmat adalah beras Merauke. Bulog hanya memfasilitasi beras yang dibeli dari daerah Tanah Miring sampai dengan Kota Agats, Kabupaten Asmat.
“Ketersediaannya hampir tiga puluh ribu tahun di Perum Bulog Merauke. Distribusinya di lima Kabupaten. Diantaranya Merauke, Yaukino, Asmat, Bovendigul, dan Mapi,” jelas dia.
Pelepasan kapal dilakukan secara simbolik gunting pita oleh Presiden ACT Ahyudin didampingi Kepala Bulog Sub Divre Merauke Yudi Wijaya, Kapolsek Kawasan Pelabuhan Laut Merauke AKP Horas Nababan, dan Anggota DPRD Papua Kusmanto.
Ahmad Zuhdi