Sosok Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudi Sadewa, belakangan menjadi perbincangan hangat di kancah nasional. Bukan karena isu sensasi, melainkan karena gebrakan dan langkah-langkahnya yang tegas, cepat, dan kerap kali melawan arus—hingga dijuluki “menteri koboi”.
JAKARTA, WARTAPILIHAN–Analis kepemimpinan Jamil Azzaini memandang fenomena ini bukan sebagai arogansi, melainkan sebagai gaya kepemimpinan yang justru sangat dibutuhkan saat ini. Gaya tersebut ia sebut sebagai “Exponential Leader”.
Tekad Berani Melawan Arus
Sebelum menjabat menteri, Purbaya dikenal sebagai teknokrat—seorang insinyur elektro ITB dan doktor ekonomi dari Purdue University. Ia bukan orang politik atau pemburu jabatan, melainkan seorang ahli yang dipanggil untuk mengisi posisi penting di tengah situasi ekonomi yang bergejolak.
Langkah kontroversialnya yang paling disorot adalah keputusannya menolak membayar sebagian utang proyek kereta cepat. Ia menilai pemerintah tidak punya kewajiban untuk menanggung utang yang merupakan tanggung jawab konsorsium, bukan negara. Keberanian ini, yang membuat banyak pihak kaget, mengingatkan pada pandangan John Maxwell: pemimpin sejati adalah yang rela membuat keputusan tak populer demi kebaikan jangka panjang, bukan mencari tepuk tangan.
Tiga Pelajaran Kepemimpinan Purbaya
Menurut analisis, ada tiga hal utama yang dapat dipelajari dari gaya kepemimpinan Menteri Purbaya:
1. Berani Mengambil Langkah Berbeda: Pemimpin yang hanya mengikuti arus tidak akan pernah menciptakan sejarah. Purbaya berani mengambil langkah yang berbeda dari arus kebijakan yang ada.
2. Fokus pada Eksekusi, Bukan Wacana: Banyak pemimpin yang “hebat di atas kertas” tetapi kehilangan nyali saat harus menerjemahkan ide menjadi tindakan di lapangan. Purbaya fokus pada eksekusi nyata.
3. Bicara Apa Adanya: Gayanya terkadang terlalu jujur dan tidak diplomatis, tetapi selalu jelas. Di tengah dunia yang penuh basa-basi, pemimpin yang jujur dan terbuka justru menjadi langka dan sangat dibutuhkan.
Keseimbangan Antara Keberanian dan Kebijaksanaan
Meskipun memuji “gaya koboi” tersebut, Jamil Azzaini juga mengingatkan tentang risiko yang menyertainya:
● Keberanian tanpa kebijaksanaan dapat berubah menjadi kecerobohan.
● Ketegasan tanpa empati dapat melukai banyak pihak.
● Kecepatan tanpa kontrol dapat membuat tujuan meleset.
Mengutip Jim Collins, pemimpin hebat adalah yang tahu kapan harus berani dan kapan harus berhati-hati. Keberanian dan kehati-hatian harus menjadi dua sayap yang terbang bersamaan.
Prinsip Courage with Compass
Keberanian yang ideal bukan sembarang nekad, melainkan keberanian yang sadar arah (courage with compass). Exponential Leader harus terus mencari dukungan (seperti yang dilakukan Purbaya kepada Presiden dan partai politik) sambil memastikan keberaniannya berlandaskan prinsip yang kuat.
Maka, pemimpin koboi yang dibutuhkan adalah yang menunggang kuda bernama integritas, membawa cambuk bernama tanggung jawab, serta menggunakan topi yang mengutamakan kemaslahatan (kebaikan) bersama. Tantangan bagi setiap pemimpin di level manapun saat ini adalah membangkitkan jiwa Exponential Leader atau “koboi” itu, dengan keberanian untuk membuat terobosan dan berani untuk berbuat benar.

