Waspadai Daging Olahan

by

Jika Anda membeli sosis di Jerman, pesanlah yang jenisnya spesifik: sosis sapi murni. Sebab kalau cuma bilang sosis, Anda otomatis akan mendapatkan  sosis babi, baik lemak maupun dagingnya. Sosis sapi saja, berarti daging atau lemaknya tidak hanya dari sapi. Yang paling sering dijadikan bahan pencampur adalah babi. Maklum, rasanya konon lezat dan biaya produksinya ekonomis.

Sosis hanyalah salah satu produk daging olahan. Banyak sekali kawan-kawan segolongannya, di antaranya: daging kaleng (kornet), salami, meat loaf, steak, dan dendeng.

Kehalalan produk olahan hewani tergantung pada bahan utama (daging), dan bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksinya. Bahan tambahan misalnya gelatin, perisa (flavour), dan emulsifier (pengemulsi). Gelatin berfungsi meningkatkan daya ikat air, konsistensi, dan stabilitas produk sosis, kornet, dan produk daging olahan lainnya.

Yang jadi persoalan berkaitan dengan status kehalalannya adalah jenis hewan dan asal-usulnya. Dalam hal ini Al Quran terang-terangan menyebut babi sebagai binatang yang tak layak konsumsi sama sekali.

Nabi Muhammad saw menambahkan sejumlah golongan hewan yang haram dimakan, yaitu: binatang buas (bertaring dan berkuku tajam, misalnya anjing), binatang menjijikkan (khobaits, misalnya cacing tanah), binatang persembahan berhala atau disembelih bukan atas nama Allah (misalnya daging kerbau yang kepalanya ditanam untuk selamatan pembangunan jembatan), bangkai, dan jalalah (ternak yang diberi makan kotoran, misalnya lele yang dipelihara dalam jamban dan belum disucikan).

Meskipun mungkin lebih bergengsi, produk daging olahan impor justru harus ekstra diwaspadai. ‘’Kita harus ekstra waspada terhadap produk impor, karena di negara-negara non Muslim pemanfaatan babi sudah biasa,’’ demikian peringatan Prof Aisjah Girindra, Direktur LPPOM MUI, dalam Dialog Hidup Halal di TVRI dengan Neno Warisman. Kalaupun jenis ternaknya halal bagi Muslim, penyembelih dan cara pemotongannya kebanyakan bukan orang Islam. Bahkan di Swiss, penyembelihan ternak yang sesuai syariat Islam justru dilarang pemerintah. Olala.

Pertimbangan lainnya, dalam industri modern kapitalisme, berlaku prinsip ekonomi zero wasting. Sehingga dari sebuah tempat jagal ternak, nyaris tidak ada sampah terbuang.

Darah, misalnya. Hasil samping rumah potong ternak ini dapat ditambahkan ke dalam pangan olahan tertentu dengan maksud untuk mempertinggi nilai gizinya. Misalnya untuk meningkatkan kadar besinya (karena darah banyak mengandung zat besi). Bisa juga untuk meningkatkan kadar proteinnya. Di samping itu, tepung darah dapat berfungsi sebagai bahan pengikat atau bahan pengisi yang dapat memperbaiki flavor ataupun mutu pangan olahan, misalnya darah kering sering ditambahkan ke dalam sosis agar warna sosis dan daya ikat air sosis menjadi lebih baik.

Dari darah juga dapat dihasilkan konsentrat globin yang dapat digunakan sebagai pengganti sebagian daging tanpa lemak pada produk patty (meat pie). Produk lain yang dapat dihasilkan dari darah yaitu yang disebut gel fibrin yang dapat ditambahkan pada daging mentah sehingga membentuk reformed meat products. ‘’Daging yang dibuat dengan menambahkan gel fibrin disebut super glue steaks dan telah dipasarkan di Inggris,’’ ungkap Anton, yang pernah studi di Negeri Big Ben itu. Darah, terutama darah kering juga dapat digunakan sebgai pewarna merah dalam makanan.

Tulang dan kulit binatang, dulu dibuang-buang. Tapi itu cerita kuno, sebelum kemajuan teknologi sedemikian pesat seperti saat ini. Kini, tulang dan kulit binatang bukan lagi sampah atau barang murahan.

Kulit merupakan produk samping yang kaya akan protein kolagen dan mempunyai sifat-sifat khusus. Untuk hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, umumnya kulitnya digunakan sebagai kulit samak. Kulit pada bagian luar disamak dan selanjutnya dibuat menjadi barang-barang kerajinan. Kulit bagian dalam (sisa dari penyamakan), umumnya dikumpulkan dan diproses lebih lanjut menjadi casing (selongsong sosis).

Untuk hewan kecil, terutama kulit babi, di samping diolah langsung menjadi bahan sejenis sosis yang transparan, juga sebagian besar diproses lebih lanjut menjadi gelatin. Sebab, bila dibuat dari kulit dan tulang sapi, prosesnya lebih lama dan memerlukan air pencuci/penetral (bahan kimia) yang lebih banyak, sehingga kurang berkembang. Syukurlah, sekarang gelatin sapi pun sudah mulai di produksi di negara-negara muslim karena kebutuhannya semakin mendesak untuk menggantikan gelatin dari babi.

Dari cara pembuatannya, ada dua jenis gelatin yaitu gelatin tipe A dan tipe B. Gelatin tipe A adalah gelatin yang umumnya dibuat dari kulit hewan muda (terutama babi), sehingga proses pelunakannya dapat dilakukan dengan cepat yaitu dengan sistim perendaman dalam larutan asam (A=acid). Gelatin tipe B adalah gelatin yang diolah ari bahan baku yang keras seperti dari hewan tua dan tulang, sehingga proses perendamannya perlu lama dan larutan yang digunakan yaitu larutan basa (B=base). Oleh karena itu, keliru jika orang menganggap B adalah singkatan dari Beef (sapi).

Nah, kerawanan-kerawanan produk daging olahan di atas, nyaris tidak mungkin dilacak secara visual oleh konsumen. Karena itu, adanya jaminan kehalalan atas produk daging olahan menjadi hal yang mutlak. Jadi, entah itu produk impor atau lokal, pilihlah hanya yang bersertifikat halal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *