Wakaf, Solusi Atasi Kemiskinan

by
https://i0.wp.com

Di tengah segala kemundurannya karena tidak begitu populer padahal  sangat bermanfaat,  berguna atasi kemiskinan. Bahkan, wakaf dapat jadi antitesis bagi kapitalisme dan komunisme.

Wartapilihan.com, Jakarta –Ingatkah Anda dengan kisah Utsman bin Affan yang mewakafkan sumur untuk umat Islam. Pada masa kekhalifahan, ada sumur yang dimiliki oleh seorang Yahudi yang kikir.

Umat Islam pada masa kekeringan sangat membutuhkan air untuk sekedar minum. Tapi, sang Yahudi bernama Ruma menjual setiap air seharga 30 dirham, yang pada masa itu 30 dirham ialah harga yang sangat mahal tidak terkira.

Umat muslim yang kehausan sampai pada telinga Utsman bin Affan. Maka dari itu, seorang utusan datang menemui sang Yahudi, dan berupaya membeli sumur itu. Sang Yahudi keberatan jika dibeli semuanya, maka hanya dibeli setengah dari sumur itu seharga 1.200 dirham.

Maka, pihak Utsman satu hari memiliki sumur itu, dan Ruma sang Yahudi memiliki satu hari berikutnya. Tak disangka, Utsman rupanya menggratiskan seluruh air itu untuk umat, dengan kata lain dijadikan wakaf. Masyarakat di sana pada saat itu berbondong-bondong mengambil air, karena esok harinya bukan ia yang miliki sumur itu.

Esoknya, Ruma sang Yahudi mendapati tak ada lagi orang yang membeli airnya. Ia turunkan harga dari 30 dirham ke 5 dirham pun, takkan ada yang membeli karena telah memiliki cadangan air yang diwakafkan Utsman. Maka dari itu, akhirnya Ruma sang Yahudi menjual sumurnya seluruhnya kepada Utsman.

Dari cerita di atas, dapat dilihat bahwa wakaf sungguh membantu orang lain dalam aspek kesejahteraannya. Kebutuhan dasar berupa air memang sudah sepatutnya tidak diperjualbelikan. Adapun Utsman yang mewakafkan sumur itu, pada hakikatnya telah mempersembahkan hartanya kepada Allah Ta’ala karena telah beramal untuk orang lain.

Wakaf yang Terlupakan

Di tengah segala kebermanfaatannya, wakaf kini mulai dilupakan dalam wacana. Padahal, wakaf memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian umat Islam.

Iman Teguh Saptono menjelaskan, wakaf merupakan pilar umat yang hilang di jaman ini. Padahal wakaf dapat dijadikan sebagai ladang amal jariyah yang akan dipetik di akhirat nanti.

Ia pun mengutip kata-kata Ali bin Abu Thalib, “Orang paling cerdas adalah yang paling ingat mati. Karena orang cerdas tidak akan tertipu dengan dunia. Jika masih tertipu dengan dunia, berarti dia bodoh,” papar Iman, saat jadi pembicara di Ruang Cordoba, Lantai Dasar, Menara 165, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis, (19/10/2017).

Maka, wakaf adalah salah satu jalan untuk mempersiapkan kematian yang baik. Tetapi, ia begitu menyayangkan kondisi muslim saat ini muslimnya buruk. Pasalnya, ada sebuah penelitian yang menegaskan, tingkat religiusitas tidak berbanding lurus dengan kemakmuran orang.

“Jaman sekarang, Negara semakin tidak religius, semakin makmur dan maju. Giliran orang yang semakin religius, malah semakin tidak makmur. Contoh di Suriah, Palestina, dan sekarang Myanmar,” ucap dia.

Ia menduga, ada sebuah mekanisme yang kini tak lagi dikerjakan oleh umat, yaitu wakaf. Pasalnya, pada masa keemasan Islam dahulu, para ilmuwan besar lahir karena penelitiannya dibiayai dari wakaf.

“Pengakuan dari profesor di Oxford, sistem wakaf dipindahkan dalam sistem Kristiani. Dan wakaf dimatikan dalam Islam secara sistematis (pada waktu itu),” imbuh Iman.

“Jatuh bangunnya peradaban identik dengan kinerja wakaf. Maka itu, membangun peradaban dimulai dari wakaf,” lanjutnya.

Saat ini, Global Wakaf Corporation (GWC) dibentuk untuk menampung dana dari pihak yang hendak mewakafkan harta, baik berupa aset maupun saham yang akan dibagi devidennya. Global Wakaf Corporation berdiri untuk membangun kembali peradaban lewat dana umat yang kekal sampai hari kiamat kelak.

Berbentuk model wakaf modern, yakni korporasi wakaf, GWC berupaya menjadi lembaga wakaf profesional yang akan menjadikan wakaf sebagai kapital dan pinjaman bagi umat Islam mendirikan usaha.

“Dengan wakaf, tentu berbeda dengan bank yang menargetkan margin, dan jangka waktu tertentu. Karena dana ini milik Allah, jadi dipinjamkan untuk sebesar-besarnya kemaslahatan umat,” tandasnya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *