UAS Paparkan Lima Syarat Suatu Negeri Diberikan Keberkahan dan Ampunan

by

Berbicara tentang Saba juga tidak dapat dilepaskan dari kisah Ratu Balqis dan Nabi Sulaiman AS. Ketika Nabi Sulaiman Alaihissalam memimpin, masyarakat dapat sejahtera dan makmur, bahkan seekor semut pun tidak ada yang terinjak.

Wartapilihan.com, Jakarta – Dalam Al-Qur’an surat Saba ayat 15, syarat suatu negeri diberikan keberkahan dan ampunan ada lima syarat. Hal ini disampaikan Dewan Pakar Jaringan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI), Ustaz Abdul Somad (UAS) dalam halal bihalal nasional, akhir pekan ini.

Artinya: “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.”

“Saba adalah kekuasaan selama 475 tahun, di mana kekuasaan itu terbentang dari Yaman hingga ke Palestina. Jadi sesungguhnya kalau mau jadi baldatun thoyyibatun wa rabbun gafur, harus kekuasaan yang legitimate,” kata Ustaz Somad.

Melalui kekuasaan legitimate, pemimpin pasti akan disegani kawan dan lawan. Sayangnya, menurut UAS, hari ini kekuasaan menjadi tragedi, kekuasaan menjadi lelucon dan bahan candaan.

“Kekuasaan hanya mampu membuat masyarakat yang lapar tertawa,” ujarnya.

Berbicara tentang Saba juga tidak dapat dilepaskan dari kisah Ratu Balqis dan Nabi Sulaiman AS. Ketika Nabi Sulaiman Alaihissalam memimpin, masyarakat dapat sejahtera dan makmur, bahkan seekor semut pun tidak ada yang terinjak.

“Orang kalau punya kekuasaan, semut pun tidak ada yang kelaparan. Maka, pemimpin ke depan harus bisa melindungi seluruh makhluk hidup, tidak hanya manusia, tapi juga hewan,” ucap UAS.

Dalam ayat tersebut Allah juga memilih kata maskanihim, bukan manzilihim. Ini berarti syarat baldatun thoyyibatun wa rabbun gafuur, masyarakatnya harus tenang, aman dan nyaman yang berasal dari kata sakana atau sakinah.

“Bagaimana mungkin masyarakat bisa tenang kalau dia tidak tahu anaknya yang sekolah di luar negeri bisa kembali ke Indonesia atau tidak, sementara pekerja dari luar negeri bebas keluar-masuk Indonesia,” tuturnya.

UAS menekankan bahwa syarat baldatun thoyyibatun wa rabbun gafuur, yakni rakyat harus dapat memakan makanan dari hasil buminya. Selain itu, syarat keberkahan suatu tatanan tergantung bagaimana dia mendapatkan hasil tersebut, apakah dengan cara yang halal atau haram.

“Terakhir, masyarakat yang diberikan kebaikan dan ampunan adalah masyarakat yang bersyukur atas nikmat Allah. Pemimpin bersyukur ketika dia bisa amanah, masyarakat bersyukur bukan hanya karena melaksanakan shalat dan dzikir, tetapi masyarakat yang berusaha terbaik sesuai dengan kemampuannya untuk orang sekitar,” ujar UAS.

Adi Prawiranegara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *