Tipu Daya Ahok

by
Gubenur Jakarta non Aktif Basuki Tjahaja Purnama. Foto: Antara

Wartapilihan.com – SIKAP tidak beradab yang ditunjukkan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan anggota tim pembelanya, Humphrey Djemat, di ruang sidang, di Auditorium Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa(31/1), berbuah kecaman. Tidak hanya warga nahdliyin yang marah, tapi juga umat Islam pada umumnya.

Ditinjau dari sudut agama maupun etika secara universal, sikap Ahok dan Humphrey yang memperlakukan saksi sebagai seorang pesakitan, sungguh tidak beradab. Penulis tidak sampai hati menampilkan ocehan mereka yang ditujukan kepada KH Ma’ruf Amin, Ketua Umum MUI dan Rois Aam Syuriah PBNU, itu.

Meskipun akhirnya Ahok meminta maaf, dan tiga jenderal mendatangi rumah KH Ma’ruf Amin Rabu(1/2) malam lalu untuk tujuan yang sama, persoalan tidak berhenti di sini. Umat Islam sudah terlanjur luka atas ulah penista Al-Qur’an Surah al-Maidah 51, itu.

Ahok, penista surah al-Maidah 51, meskipun statusnya sebagai tersangka dan menjalani proses peradilan, ternyata mulutnya yang berbau “kebun binatang” itu tidak juga berhenti membuat sakit hati yang mendengarnya. Sehari pasca Aksi Bela Islam II yang berlangsung pada 4 November 2016, kepada wartawati Australian Broadcasting Corporation News (ABC News), Ahok menyebut, “Demonstran 4 November dibayar Rp 500 ribu.”

Bukan hanya itu, pekan lalu, beredar rekaman wawancara Ahok dengan wartawati Al-Jazeera TV (link-nya: https://youtu.be/O5OCEV99vbk). Banyak isu yang ditanyakan kepada Ahok, dan dijawab seakan tanpa berfikir panjang.

Total rekaman berdurasi sekitar 22 menit itu, pada menit ke 3.32- 3.41, Ahok ditanya, apakah menyesal (dengan mengutip surah al-Maidah yang membuatnya kontroversi)? Ahok dengan ringan dan tanpa beban menyatakan bahwa ia tidak menyesal ketika mengutip surah al-Maidah itu. Jika diulang lagi di Pulau Seribu ia akan menyatakan hal yang sama soal surah al-Maidah. Ia menyatakan tidak ada niat menghina agama Islam.

Apa pula ini artinya? Dia tidak merasa bersalah dengan menyatakan apa yang pernah diucapkan di Pulau Seribu tentang surah al-Maidah 51, itu. Ahok memaksa orang untuk percaya padanya. Padahal, jika ditinjau dari segi bahasa, apalagi syariat Islam, pernyataan Ahok tersebut telah menista Al-Qur’an dan menghina para ulama yang mendakwahkannya. Atas dasar itulah ia kini menjadi tersangka penistaan surah al-Maidah 51 yang sidang-sidangnya sedang berlangsung.

Apa yang sedang diperankan oleh Ahok selama ini, rupanya ia membuat tipu daya(makar) kepada umat Islam. Dan Allah, dengan cara-Nya membalas tipu daya yang lebih dahsyat.

Dalam surah Ali Imran ayat 54, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Dari ayat tersebut nampaklah bahwa perbuatan tipu daya berbeda dengan perbuatan dosa pada umumnya. Tipu daya manusia yang hendak memadamkan cahaya Islam akan mendapatkan balasan langsung dan bersifat segera dari Allah. Hal ini dipertegas dengan surah Fathir ayat 43:
اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ ۚ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ۚ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ الْأَوَّلِينَ ۚ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا

“Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.”

Dari hari ke hari, Allah menunjukkan kepada umat manusia, siapa sebenarnya Ahok dan tim pembelanya. Ahok bersama pendukung dan pembelanya setali tiga uang: tabiat mereka sama. Pernyataan-pernyataan verbal mereka juga mirip-mirip dan jauh dari adab.

Itu sebabnya, kepada para pembela Ahok yang beragama Islam, hendaknya segera insyaf dan kembali ke jalan yang benar, kembali kepada Islam. Jika sudah menginsafinya, hendaknya mereka mengundurkan diri. Biarkan orang-orang kafir yang membela Ahok. Karena Ahok, dan orang-orang yang mendukung serta membelanya, dalam istilah Al-Qur’an, masuk kategori syarrul bariyyah, sedangkan orang-orang mukmin berpredikat sebagai khoirul bariyyah. Wallahu A’lam.

Penulis: Herry M. Joesoef

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *