Taufiq Ismail: HB Jassin, Sasterawan Pecinta Al-Quran

by

Pecinta keindahan bahasa dan sastera jadi takluk mencintai keindahan kata yang diturunkan ke bumi berupa Al-Quran. Bahkan, HB Jassin membuat buku terjemahan Al-Quran dengan bahasa puitis.

Wartapilihan.com, Jakarta —Taufiq Ismail, seorang sasterawan yang hidup sejaman dengan HB Jassin bersaksi, HB Jassin pada dasarnya orang yang mendapatkan hidayah. “Berlanjut terus kecintaan beliau (HB Jassin) kepada Al-Quran yang kelihatan sekali,” kenang Taufiq, di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Senin malam(31/7/2017).

Lelaki kelahiran Bukittinggi berusia 82 tahun ini melanjutkan, beliau pada masanya melakukan penerjemahan Al-Quran secara puitis. Ia mendapat keteduhan setelah serangan-serangan menjelang kudeta Partai Komunis Indonesia (PKI). “Sesudah situasi politik berubah, Mochtar Lubis bersama saya menerbitkan majalah sastra Horison. Saya merasa luar biasa terhormat, dulu satu meja dengan pak Jassin memeriksa naskah-naskah,” tutur Taufiq.

Taufiq menerangkan, HB Jassin memiliki spirit yang kuat terhadap dzikrul maut. “Semangat dzikrul maut yg secara tidak mudah diperoleh oleh pak Jassin, saya coba gambarkan dalam puisi ini,”

Ia bacakan sebuah puisi yang diiringi nyanyian seruling sendu, sebuah puisi karangannya sendiri yang berjudul “Ketika El Maut Disembelih”:

Ketika hari pengadilan semesta selesai dinyatakan
Ketika keputusan terakhir telah dijatuhkan
Ketika sejarah manusia di jagat raya telah ditutup secara resmi
Meliput berapa ribu milyar tahunnya
Meliputi berapa triliun manusianya
Maka terbukalah panorama pemandangan yang dahsyat luar biasa

Di sebelah sini manusia diantarkan masuk surga
Sejauh-jauh pandangan mereka,
Rombongan mereka bergerak masuk surga

Sejauh-jauh pandangan mata rombongan mereka
Maka manusia digiring masuk api yang menyala
Sejauh-jauh pandangan mata rombongan mereka
Pada waktu itu El Maut akan diletakkan Di antara sorga dan neraka
Dan akan disembelih sampai mati, habis riwayatnya
Kemudian akan ada yang berseru: “Ya ahlil jannati, laa mauta!”
“Wahai penduduk sorga, tak ada lagi mati!” Kemudian terdengar seruan lagi: “Wa yaa ahlan naar, laa mauta!”
“Wahai penduduk neraka, tak ada lagi mati!”
Setelah El Maut tak ada lagi Maka penduduk sorga Hidup abadi tak mati-mati Bahagia luar biasa

Setelah El Maut tak ada lagi
Maka penduduk neraka
Hidup abadi tak mati-mati
Sengsara luar biasa

(2003)

Ajip Rosidi pun mengamini hal ini. Ajip mengakui, HB Jassin adalah orang sastra yang memiliki hasrat untuk menerjemahkan secara puitis ayat demi ayat di dalam Al-Quran. Fitnah dan keraguan muncul di sana-sini karena yang ia buat dikira tak punya kompetensi. “Dan tanpa mempedulikan semua fitnah itu, Jassin melanjutkan pemahamannya terhadap ayat-ayat Al-Quran. Mulanya, ia terinspirasi setelah membaca The Holy Quran yang ditulis Abdullah Yusuf Ali,” ujar Ajip.

HB Jassin bukan sasterawan biasa. Ia berjihad dengan bahasa. Ia mampu menerjemahkan Al-Quran dengan bahasa puitis. Meski pada saat itu sudah ada 10 terjemahan, semuanya adalah prosa. Sehingga semestinya, menurut HB Jassin pada saat itu, lebih tepat dengan bahasa puitis. “Meski banyak kontroversi karena HB Jassin tidak berlatar belakang bahasa Arab dan sebagainya, tetapi terjemahan Jassin dapat diharapkan,”

“Desember 1974 selesailah Jassin menterjemahkan ke-30 juz Al-Quran secara puitis dalam bahasa Indonesia. Sekarang sudah beredar secara luas dan telah di cetak ulang beberapa kali,” pungkas Ajip.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *