Judul buku: Mewujudkan Insan & Peradaban Mulia
Penulis: Fatih Madini
Penerbit: Yayasan Pendidikan Islam At-Taqwa Depok, 2018, 302 halaman
Wartapilihan.com, Jakarta – Menjadi manusia yang adil dan beradab. Hal tersebut tertuang dalam sila ke-dua Pancasila sebagai dasar negara. Di tengah permasalahan sosial yang sangat kompleks pada masyarakat Indonesia, ada satu hal paling mendasar yang luput dari perhatian manusia, yaitu adab. Jika seseorang memiliki basis adab yang kuat, ia bagai fondasi bangunan yang kokoh—tak akan goyah walaupun diterpa gempa.
Hal mendasar inilah yang menjadi salah satu bagian penting pembahasan buku yang ditulis santri milenial berusia 16 tahun ini. Sebagai santri, dia ditempa tidak hanya untuk mengaji kitab, menghafal hadits, atau hidup mandiri tanpa orang tua. Tetapi ia juga ditempa untuk terus menulis dan berkarya.
“Ya, santri juga harus bisa menulis. Pandai menulis bukanlah sesuatu hal yang mudah. Butuh keterampilan dan banyak pengalaman. Tidak semua orang mahir menulis, tapi apa salahnya, kalau tidak bisa, terus mencobanya,” kata Fatih, dalam bait Kata Pengantar-nya.
Bagi dirinya pribadi, ia mendapat banyak manfaat yang luar biasa dari gagasan tentang adab dalam ilmu. Pasalnya, dengan konsep ini, ia mengaku lebih semangat belajar dan menulis. “… Saya berharap, bahwa ini bisa menjadi manfaat bagi saya sendiri. Dan juga, mudah-mudahan dapat menjadi motivasi bagi para santri yang lain untuk senantiasa menghasilkan karya-karya tulis yang lebih baik lagi,” jelas dia.
Dalam salah satu babnya, Fatih mengulas sedikit banyak mengenai taqwa sebagai basis peradaban. Ia mencatat isi khutbah sang ayahanda, Dr. Adian Husaini yang sedang mengisi Khutbah Idul Fitri di Lapangan Katrina, Cibubur, Jakarta Timur. Ia menulis, bahwa sang ayahanda sekaligus gurunya tersebut mengatakan, bahwa kata ‘Taqwa’ bukanlah kata yang biasa. Pasalnya, kata tersebut sangat mudah diucapkan tetapi sulit diaplikasikan.
Kata ‘Taqwa’ telah mampu mengubah masyarakat Arab, dari bangsa yang dipandang sebelah mata menjadi bangsa yang disegani oleh seluruh bangsa pada saat itu. Rasulullah sang pembawa risalah, kala itu datang dengan cara pandang yang sangat berbeda dengan bangsa jahiliyah. Rasulullah menyampaikan konsep taqwa dan mendidik para sahabatnya menjadi orang yang bertaqwa, bukan hanya pintar.
“Saat kata ‘Taqwa’ diaplikasikan dalam seluruh kehidupan, masyarakat muslim akan menjadi masyarakat yang unggul dalam seluruh aspek kehidupannya,” jelas salah satu paragraf di buku tersebut.
Jika melihat pada konteks pendidikan di Indonesia, salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan manusia yang beriman dan bertaqwa. Namun dalam hal implementasinya, universitas terbaik adalah universitas yang bisa memberi kemudahan dalam bekerja?
“Mengapa? Kenapa anak SD masih diluluskan sementara bacaan al-Qur’annya tidak lancar? Mengapa banyak murid yang tidak bangga dengan sekolahnya sendiri, yaitu sekolah Islam? Mengapa ilmu-ilmu fardhu ‘ain seperti adab, ilmu aqidah, ilmu fiqih, akhlak, ditempatkan di bawah ilmu-ilmu fardhu kifayah?”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, buku ini sangat perlu untuk dibaca, karena bahasanya yang ringan dan mudah dicerna, terutama bagi para remaja yang masih mencari jati diri. Para orang tua bisa membelikan anak-anaknya buku ini karena sangat penting sebagai pemikiran mendasar mengenai permasalahan-permasalahan di dunia Islam kontemporer dan juga konsep mengenai adab sejatinya seperti apa. Para orang tua bisa mewariskan kepada anak dan cucu buku ini sebagai ilmu yang bermanfaat. Selamat membaca!
Eveline Ramadhini