Anggota Badan Pembina Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan Dakwah) KH Didin Hafidhuddin mengatakan, meski tantangan dakwah semakin kompleks tetapi para dai tak boleh berputus asa. Apalagi sampai berhenti berdakwah.
Wartapilihan.com, Jakarta– “Kita tidak boleh merasa capek dan lelah dalam berdakwah. Ikhlaslah dalam melakukan dakwah,” kata Kyai Didin, Selasa (8/9/2020) di Bogor, Jawa Barat.
Berdakwah amar ma’ruf nahi munkar harus terus digelorakan. Karena, saat juru dakwah berhenti untuk berdakwah amar ma’ruf nahi munkar, maka bakal ada kelompok-kelompok munafik melakukan kegiatan yang kontradiksi dengan dakwah Islam.
“Kalau kita berhenti lakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, maka mereka akan melakukan amar munkar nahi ma’ruf,” tegas Kyai Didin.
Tantangan dakwah tentunya juga dihadapi Dewan Dakwah. Kyai Didin menyebut tantangan berasal dari dalam maupun dari luar.
Kyai Didin mengungkapkan tantangan dari luar berupa perang pemikiran atau ghazwul fikri. “Tantangan dari luar sangat luar biasa. Yang dikemas dari berbagai macam arah, bidang. Ghazwul fikri misalnya. Hingga kemudian liberalisme, sekularisme, islamophobia,” ungkap Kyai Didin.
Demikian pula stigma-stigma negatif. Bahkan stigma itu dilakukan oleh orang Islam sendiri. Misalnya saat ini mengaitkan radikalisme dengan orang-orang yang cinta Alquran atau penghafal Quran.
Tentu pendapat ini keliru yang tidak boleh dibiarkan. Justru Alquran membawa kedamaian.
“Bahkan membawa kecerdasan pemuda sekarang, para mahasiswa dan pelajar. Mereka para penghafal Quran punya daya intelektual yang tinggi. Banyak memperoleh predikat cum laude. Sangat memuaskan, dibangku-bangku kuliah. Mereka rata-rata hafiz Quran,” jelas Kyai Didin.
Kyai Didin mengaku pernah bertemu dengan seorang rektor di sebuah perguran tinggi. Sang rektor bercerita kepadanya jika di setiap fakultas yang meraih cum laude itu adalah para penghafal Quran.
“Bagaimana bisa ada pemikiran jika hafiz Quran adalah kaum yang radikal? Hal ini tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan. Kita tidak boleh lemah dengan stigma-stigma negatif ini,” kata Kyai Didin.
Kemudian ada lagi tantangan dakwah dari dalam. Salah satunya adalah masalah kebodohan di dalam tubuh umat Islam.
Menurut Kyai Didin, Dewan Dakwah harus terus melakukan kaderisasi dai-dai untuk melawan kebodohan. Kegiatan dakwah harus terus nyambung dari satu generasi ke generasi yang lain. Dai-dai juga harus melahirkan kader-kader. Itu yang biasa dilakukan ulama terdahulu.
“Dengan dakwah ini umat akan mendapat keberkahan, meraih al falah, kemenangan. Dakwah harus dimenej dengan baik,” tandas Kyai Didin. (Aat)