Jelang pemilihan Legislatif, kubu PDIP dan Nasdem berupaya ‘mengambil tokoh’ dari Partai sebelah. Ada apa?
Wartapilihan.com, Jakarta –– Dahlan Iskan salah satu orang yang melihat ini, sejak jelang final Piala Dunia.
Dahlan mengatakan, adanya pengambilan Caleg ini tak ubahnya seperti sepakbola; dimana ada klub kuat yang mengincar pemain jadi yang dapat dibeli.
“Karena ini bukan sepakbola. Justru partai lemah yang mengincar ‘caleg jadi’. Dari partai lemah lainnya. Bahkan dari partai kuat sekali pun. Asal transaksi cocok,” tutur Dahlan, Kamis, (19/7/2018).
Menurut Dahlan, para partai berupaya mencalonkan tokoh dari partai lain karena partainya belum mampu untuk mendongkrak perolehan suara; sehingga diambil jalan pintas dengan ‘membeli’ tokoh dari partai lainnya.
“Partai yang oleh para surveyor dinyatakan jeblok itu punya jalan pintar –eh, jalan pintas. Mencalonkan tokoh-tokoh dari partai lain. Yang sudah jadi tokoh. Yang perolehan suaranya dulu tinggi. Diminta pindah jadi calon partai tersebut. Sekarang ini,” lanjut dia.
Ia pun mengaku menyaksikan soal omongan berapa miliar uang yang harus ditransfer; dengan dalih sebagai biaya bantuan kampanye.
“Mereka juga menyebut nama. Siapa dari partai di dapil mana: yang ditransfer ke partai itu. Saya belum bisa mengecek kebenarannya. Daftar calon sementara masih di KPU. Untuk diteliti. Bukan masalah transfernya. Tapi dokumen pencalonannya,” imbuh Dahlan.
Mantan CEO surat kabar Jawa Pos melanjutkan, PDIP, Demokrat, Hanura, kehilangan banyak caleg potensialnya akibat ‘jalan pintas’ ini.
“Heran: menjelang final piala dunia hari itu tidak ada yang tertarik bicara bola. Politik memang menggiurkan –untuk yang belum insyaf,” pungkas dia.
Seperti diketahui, telah menjadi rahasia umum bahwa tidak ada peraturan ataupun sanksi bagi yang pindah partai dalam mencalonkan dirinya sehagai caleg atau calon legislatif.
Sebelumnya, Fahri Hamzah yang merupakan salah satu pendiri PKS mengaku ditawari Rp. 150 miliar agar loncat ke partai lain, tapi ia menolaknya dengan baik-baik; ia masih memelihara nalar idealismenya.
“Dengan segala hormat saya mohon maaf, serta juga saya ucapkan terima kasih kepada semua partai yang menawarkan saya (jadi kader/bacaleg parpol) mulai dari ketua umum, sekjen, wakil ketua, salah satu ketua dan seterusnya yang pernah saya temui, sekali lagi terimakasih,” ujar Fahri Hamzah di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Ia bilang, alasannya tidak menerima tawaran yang datang padanya, karena dirinya sedang memegang teguh komitmen pada idealisme yang dipegangnya selama ini.
“Karena pertama-tama saya ingin buktikan bahwa saya tidak boleh lompat sembarangan (pindah partai), saya ingin berjuang dengan nilai dan idealisme saya,” ujar Fahri.
Belum lagi soal Kapitra Ampera yang dianggap telah berkhianat karena tiba-tiba dirinya dicalonkan sebagai Bakal Calon Legislatif dari partai Banteng bermata merah, PDIP. Ia dahulu merupakan pengacara dari Habib Rizieq Shihab dan salah satu inisiator di Aksi Bela Islam 212.
“Dan rekomendasi ini menjadi pertimbangan bagi saya, saya sangat pertimbangkan, karena ini orang-orang yg saya hormati dan saya tau itu integritasnya atas bangsa ini dan agama.
Dalam pertimbangan itu, saya mengikhlasi apa yang bisa saya lakukan di dalam, karena tidak lagi berpikir soal kekuasaan, karena sebagai seorang profesi saya mencintai profesi saya sebagai seorang advokat,” tutur Kapitra, di Tebet, Jakarta, Rabu, (18/7/2018).
Kabar terbaru, Politis Partai Amanat Nasional (PAN), Lucky Hakim, berpindah ke Partai Nasdem karena diberikan uang sebanyak Rp. 5 Miliar.
“Kalau Lucky transfer dari lima miliar (rupiah), tapi baru terima dua miliar (rupiah). Dia SMS ke saya. Ada WA-nya (pesan Whatsapp) selain karena PAW (pergantian antarwaktu),” ujar Zulkifli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (18/7/2018), dilansir dari video detik.com.
Zulkifli mengatakan, maraknya kader yang berpindah partai merupakan risiko dari pertarungan bebas. Meski begitu, ia tetap menyayangkan jika kepindahan seorang kader hanya disebabkan oleh uang. Jika segala sesuatunya diukur dengan uang, kata Zulkifli, maka korupsi masih akan terus merajalela.
“Ya, tentu kalau semua diukur pakai uang, Pilbup uang, Pilgub uang, Pileg uang, pilihan apa-apa uang, ya saya kira kehancuran akan datang, korupsi merajalela.
Tidak mungkin berdaulat pangan kalau semua diukur sama uang. Milih juga karena uang, ya sudah jadi lah itu,” ucapnya.
Tetapi, Lucky sendiri mengaku tidak dibajak Nasdem, tetapi telah dipecat PAN. Lucky menambahkan, PAN memecatnya dari keanggotaan di Fraksi PAN di DPR melalui rapat pleno Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN pada 31 Januari 2018. Ia mengklaim, diganti karena dituding mencuri suara Intan Fitriana Fauzi pada Pileg 2014. Kini, posisi Lucky di DPR digantikan Intan.
Untuk diketahui, selain Lucky, kader PAN lainnya yang pindah ke Partai Nasdem adalah Indira Chunda Thita Syahrul. Kepindahan Thita, kata Zulkifli Hasan, karena mengikuti ayahnya, Syahrul Yasin Limpo, yang juga bergabung ke Nasdem.
Eveline Ramadhini