Sistem Ekonomi-Industri Alternatif

by

Sudah cukup lama, hampir 1 (satu) abad, dominasi sistem ekonomi-industri dunia dikuasai oleh Sistem Kapitalis. Setelah sistem ekonomi-industri komunis runtuh, dengan ditandai runtuh dan pecahnya Negara Uni Sovyet, praktis hampi seluruh Negara di dunia menggunakan system kapitalis. Bahkan China yang mempraktekkan system ekonomi sosialis-komunis telah berubah menjadi state capitalism. Negara mengambil peran sebagai pelaku ekonomi dengan system kapitalis.

Ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi di mana perusahaan dan individu memiliki hak untuk memiliki dan menjual barang dan jasa, dan harga-harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Dalam ekonomi kapitalis, sumber daya dan alat produksi dipegang oleh individu dan perusahaan swasta, dan keuntungan adalah motivasi utama. Dalam sistem ini, perusahaan bertujuan untuk menghasilkan keuntungan melalui produksi dan penjualan barang dan jasa.

Sistem industri kapitalis dicirikan oleh tiga elemen utama: pasar bebas, hak milik pribadi, dan motivasi keuntungan. Pasar bebas adalah tempat di mana harga-harga barang dan jasa ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Hak milik pribadi berarti bahwa individu dan perusahaan memiliki hak atas aset dan alat produksi mereka. Motivasi keuntungan adalah dorongan untuk memperoleh keuntungan melalui produksi dan penjualan barang dan jasa. Dalam sistem industri kapitalis, perusahaan dan individu dapat memiliki dan menjual apa saja yang mereka inginkan, dan pasar bebas memungkinkan perusahaan untuk berkompetisi dan meningkatkan efisiensi. Ini membuat sistem industri kapitalis sangat berorientasi pada efisiensi agar menang dalam persaingan di pasar. Namun demikian, sistem industri kapitalis masih banyak digunakan di seluruh dunia karena efisiensinya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan karena fleksibilitasnya dalam mengatasi masalah yang terjadi serta belum tampilnya alternatif sistem pengelolaan ekonomi-industri.

Kegagalan Sistem Ekonomi-Industri Kapitalis

Sistem ekonomi-industri kapitalis juga memiliki beberapa kelemahan, seperti ketidaksetaraan ekonomi dan sosial, karena hanya individu dan perusahaan yang memiliki aset dan alat produksi yang dapat memperoleh keuntungan dalam jumlah besar. Ini dapat mengarah pada pembagian masyarakat yang tidak seimbang, dan memperparah masalah sosial dan ekonomi. Beberapa kritik dari para pakar akan disampaikan secara ringkas saja.

Noam Chomsky dalam sebuah wawancara dengan David Finkel yang dimuat harian The Detroit Metro Times, 1991 berjudul “The Limits of Capitalism”, Chomsky mengkritik sistem industri kapitalis karena memprioritaskan keuntungan dan efisiensi di atas kepentingan sosial dan lingkungan. Carl Schmitt dalam buku The Concept of the Political” mengkritik sistem industri kapitalis karena menganggap bahwa hanya keuntungan yang penting dan mengabaikan hak-hak individu dan masyarakat. Demikian juga dengan J.K. Gibson-Graham dalam tulisannya “The End of Capitalism (As We Knew It)”. Dalam jurnal ini, Gibson-Graham mengkritik sistem industri kapitalis karena memprioritaskan kapital dan membuat kemiskinan dan ketidaksetaraan ekonomi dan sosial. Kritik yang keras juga disampaikan oleh Michel Chossudovsky dalam bukunya “The Globalization of Poverty and the New World Order” yang diterbitkan oleh Global Research pada tahun 2003. Ini adalah buku yang menawarkan kritik terhadap sistem ekonomi global dan membahas bagaimana globalisasi mempengaruhi pengalaman kemiskinan dan kebijakan pembangunan di seluruh dunia. Buku ini menjadi sumber yang sangat populer bagi mereka yang ingin memahami pandangan Chossudovsky tentang globalisasi dan bagaimana hal itu mempengaruhi kemiskinan dan pembangunan ekonomi di seluruh dunia. Dalam buku ini, Chossudovsky mengkritik sistem industri kapitalis karena membuat ketidaksetaraan ekonomi global dan memperparah masalah sosial dan lingkungan.

Berikut adalah ringkasan dari berbagai tulisan mengkritik sistem industri kapitalis:

  1. Konsentrasi kekayaan: Sistem industri kapitalis mengarah pada konsentrasi kekayaan pada segelintir individu atau perusahaan, sementara mayoritas masyarakat miskin. Hal ini bisa dilihat dari indeks rasio ketimpangan pendapatan. Indeks rasio ketimpangan pendapatan adalah ukuran yang mengukur seberapa merata atau tidak meratanya distribusi pendapatan di sebuah negara. Ini menunjukkan seberapa besar pendapatan yang diterima oleh orang kaya dibandingkan dengan orang miskin di suatu negara. Indeks ini biasanya diukur dengan menggunakan Gini Coefficient, yang berkisar antara 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa semua orang memiliki pendapatan yang sama, sementara nilai 1 menunjukkan bahwa hanya satu orang yang memiliki seluruh pendapatan dan semua orang lain tidak memiliki pendapatan sama sekali. Indeks rasio ketimpangan pendapatan sangat penting karena membantu menunjukkan seberapa merata pemerataan pendapatan di suatu negara dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.

Indeks rasio ketimpangan pendapatan di Amerika Serikat pada saat ini berkisar antara 0,45 dan 0,5. Ini menunjukkan bahwa ada sejumlah besar ketimpangan dalam distribusi pendapatan di AS. Angka ini bisa berubah dari waktu ke waktu tergantung pada berbagai faktor ekonomi dan politik. Namun, pada umumnya, ketimpangan pendapatan di AS terus meningkat sejak tahun 1980-an.

Indeks rasio ketimpangan pendapatan (gini ratio) di Indonesia pada saat ini berkisar antara 0,34 dan 0,39 (BPS, 2021). Ini menunjukkan bahwa ada cukup ketimpangan dalam distribusi pendapatan di Indonesia, meskipun tidak sebesar beberapa negara lain. Angka ini bisa berubah dari waktu ke waktu tergantung pada berbagai faktor ekonomi dan politik. Namun, pada umumnya, ketimpangan pendapatan di Indonesia terus meningkat sejak tahun 1990-an.

  1. Ekploitasi buruh: Dalam sistem industri kapitalis, buruh sering dieksploitasi dengan upah rendah, jam kerja yang berlebihan, dan kondisi kerja yang buruk. Pemilik modal memanfaatkan tenaga kerja mereka untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan membayar upah yang rendah dan membebani mereka dengan kondisi kerja yang tidak layak. Ini melibatkan pemaksaan terhadap buruh untuk bekerja lebih lama, membayar upah yang tidak adil, dan mengeksploitasi buruh yang tidak berpengalaman atau tidak memiliki pilihan lain. Hal ini mengakibatkan buruh yang tidak memperoleh hak-hak mereka dan memperburuk kondisi sosial dan ekonomi mereka.

Lalu bagaimanakah cara ekonomi kapitalis memperbaiki kesenjangan pendapatan dan ekksploitasi buruh tersebut? Salah satu pilihan yang dilakukan adalah redistribusi pendapataan. Redistribusi pendapatan dalam sistem ekonomi kapitalis biasanya dilakukan melalui mekanisme pajak dan transfer sosial. Pemerintah dapat mengumpulkan pajak dari individu dan perusahaan dengan pendapatan tinggi dan mengalokasikannya untuk program-program sosial seperti bantuan untuk keluarga miskin, pendidikan, dan kesehatan. Pemerintah juga dapat membuat kebijakan yang memfasilitasi redistribusi pendapatan melalui peningkatan upah minimum, perlindungan hak-hak buruh, dan peningkatan akses terhadap peluang ekonomi bagi kelompok-kelompok yang tertinggal. Namun, redistribusi pendapatan dalam sistem ekonomi kapitalis masih terbatas dan seringkali dipengaruhi oleh kepentingan politik dan kekuatan ekonomi yang berbeda.

  1. Kebijakan pemerintah yang tidak adil: Pemerintah seringkali lebih memihak kepada kepentingan pemilik modal daripada kepentingan buruh dan masyarakat. Banyak kebijakan yang dikeluarkan yang memberikan privilege khusus bagi perusahaan yang berinvestasi dalam jumlah yang besar, seperti tax holiday, pengurangan atau kemudahan bea masuk untuk barang modal/investasi dan kemudahan lainnya.
  2. Lingkungan: Industri kapitalis sering kali tidak memperhatikan dampak lingkungan, sehingga menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pada umumnya saat perhitungan kelayakan sebuah industry belum banyak yang mempertimbangkan aspek lingkungan secara komprehensif dalam perhitungan arus kas dan rugi labanya.

Buku “How to Avoid a Climate Disaster” yang ditulis oleh Bill Gates membahas tentang bagaimana mencegah bencana iklim yang dapat mengancam keberlangsungan hidup manusia. Dalam buku tersebut, Bill Gates menyoroti pentingnya memiliki solusi nyata untuk memerangi perubahan iklim dan memberikan pandangan tentang bagaimana membuat dunia lebih hijau dan ramah lingkungan dengan menggunakan teknologi dan inovasi bisnis. Bill Gates memprediksi saat ini dunia menghasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca setiap tahunnya. Industri memegang peran penting dalam menyumbang terhadap emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim. Menurut laporan dari Badan Ekonomi dan Sosial PBB untuk Pasifik Barat, sektor industri bertanggung jawab sekitar 21% dari emisi gas rumah kaca global. Beberapa sektor industri yang sangat mempengaruhi emisi gas rumah kaca meliputi pembuatan baja, semen, dan pembuatan produk kimia.

Ujung dari perkembangan industri ke depan akan berujung kepada ketimpangan social dan  bencana, perubahan iklim global. Banjir, badai tropis serta bumi menjadi lebih hangat, namun akan memberi dampak yang dahsyat. Sistem ekonomi-industri kapitalis terbukti telah gagal menyejahterakan ummat manusi dan membuat bumi menjadi tempat yang tidak nyaman untuk dihuni. Sudah mendesak untuk mencari sistem ekonomi-industri alternatif yang memiliki Worldview yang lebih baik, adil dan memuliakan alam semesta

Ekonomi alternatif yang diusulkan mesti memiliki konsep ekonomi yang menekankan pada gabungan antara prinsip-prinsip pasar bebas dan pemerintah yang berperan aktif. Dalam sistem ini, pemerintah memiliki peran penting dalam memastikan bahwa pasar bebas berfungsi dengan baik dan memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat, serta memastikan bahwa keseimbangan antara pemilik modal dan tenaga kerja tercapai. Sistem ekonomi-industri alternatif bukanlah gabungan antara system kapitalis dan sosialis. Keduanya sudash terbukti gagal..Konsep ini menekankan pada kombinasi antara keuntungan dan efisiensi yang dihasilkan oleh pasar bebas dan keadilan sosial dan lingkungan yang diterapkan oleh pemerintah. Sistem ekonomi-industri alternatif ini memiliki konsep Maqasid Al-Shari’ah, yakni prinsip bahwa tujuan dari system ekonomi-industri alternatif adalah untuk mempromosikan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dan bukan hanya untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Secara umum dan ringkas prinsip-prinsip ekonomi-industri (worldview) alternatif adalah:

  • Prinsip Keseimbangan: prinsip ini menekankan pentingnya keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
  • Perlindungan Terhadap Hak Asasi Manusia: system ekonomi-industri alternatif harus memperjuangkan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk bekerja, hak untuk makan, dan hak untuk memperoleh pendidikan.
  • Prinsip Keadilan: yakni untuk memperjuangkan prinsip keadilan, seperti pembagian adil sumber daya dan hasil produksi antara pemilik modal dan tenaga kerja.
  • Prinsip Kebersamaan: hal ini dimaksudkan untuk mempromosikan prinsip kebersamaan, seperti konsep zakat, infaq, dan wakaf untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
  • Prinsip Keberkahan: cara pandang ini harus meyakini konsep teologis ekonomi bahwa ada Sang Pengatur dan dimensi Ilahiyah Ketuhanan). Prinsip ini mempercayai bahwa kekayaan dan keberhasilan ekonomi merupakan berkah dari Allah, dan harus dibagikan secara adil dan diterapkan dengan cara yang bertanggung jawab.
  • Prinsip Keterbukaan: Ekonomi Islam mengakui pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam sistem ekonomi, sehingga memastikan bahwa keputusan ekonomi dibuat dengan cara yang adil dan transparan.

Ini adalah beberapa prinsip-prinsip dasar dari sistem ekonomi-industri alternatif yang membedakannya dari sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. Sistem ekonomi-industri ini berfokus pada kesejahteraan sosial dan lingkungan yang lebih luas, serta mempromosikan prinsip-prinsip keadilan dan kebersamaan dalam perekonomian.

Oleh: Dr. Ir. Zulfiandri, MSi (Dosen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul; Pemerhati Perindustrian.)

Daftar Referensi:

Arne L. Kalleberg. 2011. “The Political Economy of Work”. Russell Sage Foundation Noam Chomsky interviewed by David Finkel The Detroit Metro Times , 1991

J.K. Gibson-Graham. 1996. “The End of Capitalism (As We Knew It): A Feminist Critique of Political Economy”. Blackwell Publishers.

Michel Chossudovsky. 2003. “The Globalization of Poverty and the New World Order”. `Global Research.

.Yusuf al-Qaradawi. 1998. “Al-Risalah Al-Dawliyah fi Al-Iqtisad Al-Islami”. Dar Al-Shuruq.

Abdul Azim Islahi. 2005. “Economics of the Madina State”. Islamic Foundation.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *