Shofwan Al-Banna : Indonesia Perlu Meredam Konflik di Timur Tengah

by
Dr Shofwan al Banna, Ahli Hubungan Internasional UI. Foto : Hidayatullah

Wartapilihan.com, Depok – Pakar Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Dr Shofwan Al-Banna menjelaskan kedatangan Raja Salman ke Indonesia bukan sekedar karena kepentingan ekonomi, melainkan juga beberapa aspek lain.

“Selain makna kepentingan ekonomi tadi, kunjungan ini (Raja Salman ke Indonesia, red) juga punya makna sendiri. Karena Indonesia selama ini dilihat sebagai wilayah Islam pinggiran,” paparnya kepada Warta Pilihan, kemarin (2/3).

“Kalau kita bicara Islam kita pasti ingat Timur Tengah. Padahal Islam (dunia Islam adalah negara yang, red) penduduk muslimnya lebih dari 60 persen,”

Kedatangan Raja Salman ke Indonesia sejak 1 Maret 2017 kemarin mengundang perhatian masyarakat muslim di Indonesia. Kedatangannya yang membawa rombongan sebanyak 1.500 orang digadang sebagai kerjasama ekonomi. Salah satunya pembangunan kilang minyak yang dikabarkan akan dibangun di Cilacap antara perusahaan Pertamina dengan Saudi Arabia Oil.

Menurut Shofwan, pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Arab Saudi membutuhkan diversifikasi. Pasalnya, harga minyak yang produksinya telah turun akan berkaitan dengan kebijakan negara.

“Menurut saya, aspek ekonomi Arab Saudi perlu diversifikasi. Harga minyak yang turun produksinya berkaitan dengan kebijakan yang diperkirakan dalam jangka waktu 50 tahun mungkin tidak dapat diproduksi lagi,”

“Maka perlu diversifikasi untuk melampaui investasi di berbagai tempat
Indonesia sebagai negara yang diperkirakan ekonominya akan tumbuh tepat untuk dikunjungi selain Malaysia dan Tiongkok,” lanjut dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini.

Menurut Shofwan, selain aspek ekonomi, terdapat hubungan yang penting antara Saudi Arabia dengan Indonesia sebagai negara muslim terbesar, seperti peran yang dilakukan Indonesia untuk meredam konflik Timur Tengah. Pasalnya, Indonesia pada dasarnya memiliki hubungan diplomasi yang baik dengan negara-negara konflik.

“Indonesia lebih baik berfokus kepada isu kemanusiaan, sambil terus mendorong pemerintah Suriah untuk mengubah kebijakannya berupa isu kemanusiaan ini,” ujar Shofwan.

Menurutnya, hal yang terpenting adalah Indonesia berpihak kepada kemanusiaan, bukan sekedar berpihak pada kepentingan negara.

“Saya kira Indonesia harus punya posisi yang jelas. Bukan soal memihak negara tetapi memihak kemanusiaan; yang itu merupakan hak Konstitusi dan UUD,” jelasnya. |

Reporter: Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *