Sahabat yang Mendapat Kemuliaan di Rumah Rasulullah

by

Wartapilihan.com – “Ya Allah, anugerahi dia harta dan anak keturunan, dan berkahilah dia!”

Itulah salah satu doa Rasulullah SAW untuk Anas.

Dulu, saat Anas bin Malik masih kecil, ibunya –al-Gumaisha’—selalu mengajarinya dua kalimah syahadat. Dia penuhi hati anaknya dengan ketundukan dan rasa cinta kepada Nabi Muhammad bin Abdullah SAW…

Karena itu hati Anas dikuasai rasa cinta untuk mendengarkan. Tidak aneh, kadang-kadang telinga lebih tajam daripada mata…

Betapa anak kecil ini sangat ingin pergi ke Mekkah untuk bertemu dengan Nabinya. Atau jika tidak, maka Rasul yang agunglah yang datang ke Yastrib (nama Madinah di masa jahiliyah) agar hatinya gembira dan bahagia karena bertemu dengan beliau.

Tak lama kemudian, beredar berita di Yastrib bahwa Nabi SAW dan sahabat beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq sedang dalam perjalanan menuju kesana…

Segera saja kegembiraan memenuhi setiap rumah, kebahagiaan meliput setiap jiwa…

Ketika itu, hati dan jiwa setiap orang seolah ‘terikat’ dengan sebuah jalan yang diberkahi, jalan yang akan dilalui oleh Nabi SAW dan sahabatnya saat menuju ke Yastrib.

Setiap pagi, seiring mulai terbitnya sang surya, beberapa anak menyebarkan berita: “Muhammad datang, Muhammad datang!”

Bergegas Anas bersama anak-anak lain berlari menuju jalan itu. Namun dia tidak melihat apa-apa. Dia pun pulang dengan hati gulana dan sedih.

Hingga di suatu pagi yang segar, di pagi hari nan indah, beberapa orang berkata: “Muhammad dan sahabatnya hampir sampai ke kota ini…”

Mendengar berita itu, beberapa orang bergegas menuju jalan yang akan dilalui oleh Nabi SAW, Nabi pembawa petunjuk dan kebajikan…

Mereka berlomba, berlari, berkelompok-kelompok. Di antara kelompok-kelompok itu ada anak-anak, dari wajah mereka terpancar kegembiraan, hati kecil mereka diliputi kebahagiaan, dan jiwa mereka dipenuhi semangat.

Di antara anak-anak itu terdapat Anas bin Malik al-Anshari.

Akhirnya Rasulullah SAW dan sahabat beliau Abu Bakar ash-Shiddiq sampai juga. Keduanya berjalan di antara orang-orang yang berdesakan, kaum laki-laki dan anak-anak. Sementara para wanita tetap tinggal di rumah masing-masing, anak-anak perempuan mereka naik ke atap-atap rumah. Mereka melihat dari kejauhan, seraya bertanya-tanya: “Mana beliau, mana beliau?”

Hari itu adalah hari yang dipersaksikan… seumur hidupnya-selama hampir seratus tahun-, Anas selalu mengingat hari yang mulia itu.

Ketika itu, Nabi SAW hampir tiba di Madinah, al-Gumaisha’ binti Milhan –Ibu Anas- datang (menyambut Rasulullah SAW) bersama anaknya –Anas-, ia berjalan di depan ibunya. Rambut depannya bergerak ke kiri dan ke kanan.

Al-Gumaisha’ memberi salam kepada Nabi SAW dan berkata: “Wahai Rasulullah… Semua orang Anshar, baik laki-laki dan perempuan telah memberimu sebuah hadiah berharga. Sementara aku tidak punya, kecuali anakku ini. Ambillah! Ijinkan dia menjadi pelayanmu!”

Lalu, Nabi SAW menghampiri Anas kecil dengan wajah ramah. Beliau sentuh rambut depannya dengan jari-jemari beliau yang lembut. Dan, Anas pun menjadi bagian dari keluarga beliau.

Anas sering dipanggil Unais (Anas kecil) atau terkadang ‘Ya Bunayya’ (anakku) menjadi pelayan Nabi. Dia berada dalam didikan dan asuhan Nabi hingga wafat.

Anas mengatakan: “Rasulullah SAW adalah orang yang paling mulia akhlaknya, paling lapang dada dan luas kasih sayangnya. Suatu hari, beliau menyuruhku untuk suatu keperluan. Aku pun keluar dari rumah, bermaksud bergabung dengan sekelompok anak sebayaku yang tengah bermain di pasar. Aku tidak jadi ke tempat yang beliau suruh. Sebelum aku sampai ke tempat mereka, tiba-tiba aku merasakan ada seseorang tengah berdiri di belakangku dan menarik bajuku. Akupun menoleh. Ternyata orang itu adalah Rasulullah SAW, beliau tersenyum dan bertanya: “Wahai Unais, apakah engkau sudah pergi ke tempat yang aku suruh?”

Aku merasa bersalah. Lalu aku menjawab: “Ya…., kalua begitu aku pergi sekarang, wahai Rasulullah…!”

Beliau memberikan banyak nasihat dan pelajaran kepada Anas, yang memenuhi lubuk hatinya dan menguasai jiwanya. Di antara nasihat-nasihat itu adalah:

“Wahai anakku, jika engkau mampu, pagi dan sore, selama itu pula dalam hatimu tidak ada rasa dengki dan tipu daya kepada orang lain, maka lakukanlah,”

“Wahai anakku, jika engkau masuk ke rumah keluargamu, maka ucapkanlah salam. Pasti keberkahan akan meliputimu dan meliputi keluargamu.”

Setelah Rasulullah SAW wafat, sepanjang hidupnya Anas bin Malik hidup dengan membawa banyak kenangan bersama Rasulullah SAW. Anas sangat bahagia ketika untuk pertama kalinya dia bertemu dengan beliau. Dia sangat sedih dan berurai air mata manakala dia berpisah dengan beliau. Dia pun sering mengulang-ulang sabda beliau.

Lebih dari sekali Rasulullah SAW berdoa untuk Anas bin Malik. Salah satu doa beliau untuknya adalah: “Ya Allah, anugerahilah dia harta dan anak keturunan. Dan berkahilah ia…”

Allah pun menjawab dan mengabulkan doa Nabi-Nya. Maka jadilah Anas sebagai salah seorang dari kaum Anshar yang memiliki banyak harta dan keturunan. Hingga dia mengetahui bahwa anak dan cucu-cucunya berjumlah seratus orang lebih.

Dan Allah pun memberkahi umurnya, hingga dia hidup selama satu abad lebih tiga tahun (103 tahun).

Salam hormat untuk Anas yang telah Allah kenyangkan dengan berbagai kebajikan. Dia hidup di bawah asuhan dan bimbingan Rasul yang agung Muhammad SAW selama sepuluh tahun. Dia adalah orang ketiga dari dua orang yang banyak meriwayatkan hadits—yakni Abu Hurairah dan Ibnu Umar-. | ER

Penulis : Dr Abdurrahman Raf’at  Basya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *