Saatnya Beralih Pupuk Organik

by
Diskusi manfaat dan kebutuhan pupuk organik di LIPI, Jakarta. Foto: Istimewa.

Penggunaan pupuk POH yang telah menyebarluas ke masyarakat lewat diseminasi atau sosialisasi lainnya mampu mengubah pola pikir petani akan ketergantungan penggunaan pupuk kimia dan mendorong untuk beralih ke pupuk organik.

Wartapilihan.com, Jakarta – Penggunaan teknologi pupuk organik hayati (POH) Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan pupuk non axenic kultur Rizo-mikroba Pemacu Pertumbuhan Tanaman (RPPT) yang memiliki multi biokatalis dalam menyediakan Nitrogen, Phosfat, Kalium (NPK), zat pengatur tumbuh, dan asam-asam organik yang sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi tanaman dan kesehatan tanah.

Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Sarjiya menuturkan, formula POH berbasis bahan atau substrat organik lokal yang mudah didapat masyarakat dengan harga terjangkau, Bahan-bahan pembuatan pupuk tersebut, antara lain tauge, gula merah, molase, air kelapa muda, agar-agar, tepung jagung. dan tepung ikan.

“Manfaat utama POH LIPI adalah meningkatkan produksi penanian secara signifikan. Lalu, tanaman yang menggunakan POH Iebih tahan hama penyakit dan meningkatkan kualitas biokimia tanah pertanian,” ujar Sarjiya di Jakarta, Senin (21/5).

Lebih lanjut, Anton menyebutkan bahwa teknologi produksi dan aplikasi POH telah diadopsi secara resmi oleh Kabupaten Malinau, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bangka, dan Kabupaten Sangihe.

“Penggunaan POH juga mampu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia 30-50 persen,” jelasnya.

Selain itu, juga telah diproduksi secara rutin dan mandiri di berbagai kelompok tani dan praktisi di berbagai wilayah Indonesia lainnya.

“Teknologi POH telah dilisensikan secara non eksklusif kepada dua perusahaan POH swasta dan dua perusahaan start up POH,” kata dia.

Anton berharap, penggunaan pupuk POH yang telah menyebarluas ke masyarakat lewat diseminasi atau sosialisasi lainnya mampu mengubah pola pikir petani akan ketergantungan penggunaan pupuk kimia dan mendorong untuk beralih ke pupuk organik.

“Dengan penggunaan pupuk organik hayati, maka keberlangsungan kesuburan lahan pertanian di masa depan dapat terjaga dengan baik,” tandasnya.

Di sisi lain, dia menuturkan, penggunaan POH selain meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan, juga berdampak ke sosial dan ekonomi kerakyatan masyarakat.

Penggunaan pupuk itu mampu menekan biaya produksi, membuat produk pangan lebih bergizi, tidak mencemari lingkungan, serta tetap menjaga kesehatan dan kesuburan tanah.

“Hasil akhirnya adalah peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pertanian sehingga mendorong kenaikan penghasilan petani dan menjaga kestabilan produksi pangan nasional,” tutup Anton.

Perlu diketahui, penyelenggaraan media briefing kali ini masih terkait dengan kegiatan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI yang akan diselenggarakan pada 3-4 Juli 2018 mendatang.

WNPG merupakan forum lintas pemangku kepentingan yang dapat berperan secara strategis dalam upaya mempenemukan dan menyinkronisasikan berbagai program dan kebijakan pangan dan gizi untuk percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.

Ada lima topik sebagai bahasan utama kegiatan tersebut, yakni Pelayanan Gizi Masyarakat, Peningkatan Akses’ibilitas Pangan yang Beragam, Peningkatan Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan, Peningkatan Periiaku Hidup Bersih dan Sehat, dan Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *