Rendang Semarakkan Idul Adha

by
doc wp

Bagaimana hukum daging kurban yang tersaji dalam kemasan kaleng? Apa saja persyatannya?  

Wartapilihan.com, Jakarta –-“Selama penyembelihan kurban dilakukan pada hari Idul Adha dan hari tasyrik, serta tata cara penyembelihannya benar sesuai syariat, maka sah mengalengkan atau mengemas daging kurban dalam kaleng,” jelas Koordinator Nasional Program Kurban 1438 Hijriah Lazismu, Edi Muktiono di Jakarta.

Terkait dengan pengemasan daging kurban dalam kaleng, Edi menerangkan, program  ‘Nusantara Berkurban untuk Indonesia Berkemajuan’ atau disingkat NBIB merupakan kerjasama Lazismu dan NU-Care Lazisnu, untuk memfasiitasi umat Islam dalam menunaikan ibadah kurban.

“Program  kurban tahun ini juga dikaitkan dengan pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs).
Konsep program kurban NBIB, modern dan berkemajuan, dilakukan dengan menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha dan pada hari-hari tasyrik,” imbuhnya.

Daging kurban akan dikemas dalam kaleng rendang dengan branding Rendang NBIB ‘Nusantara Berkurban untuk Indonesia Berkemajuan’.

“Kemasan kaleng rendang ini, manfaatnya dapat menjangkau daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya,” ujarnya.

Edi menuturkan, kurban dalam bentuk rendang ini juga dapat mendatangkan manfaat lebih panjang bagi penerima, daging tidak perlu diolah lagi dan tahan lama, serta penyaluran lebih merata.

Mengusung tagline ‘Sinergi Membangun Negeri untuk Pembangunan Berkelanjutan’, NBIB ingin berkontribusi dalam aspek peningkatan pendapatan masyarakat, penyadaran perilaku hidup sehat, sekaligus mengatasi masalah gizi buruk dan ketahanan pangan di kawasan 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) serta PAK KUMIS (kawasan padat, kumuh, dan kantong-kantong kemiskinan).

“Dalam pelaksanaannya, Lazismu memiliki 193 kantor yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Lazismu siap bergerak ke pelosok negeri dengan menggandeng relawan dan komunitas, untuk mendistribusikan daging kurban,” tandasnya.

Lazismu tahun ini menargetkan pencapaian 1000 ekor kambing dan 100 ekor sapi. Perayaan Idul Adha semakin semarak lagi, Lazismu juga menggelar event-event kreatif seperti nyate bareng, layanan kesehatan gratis, bazar sembako murah, dan kegiatan bersih-bersih masjid dan mushola.

Direktur Utama Lazismu, Andar Nubowo mengemukakan, program kurban di kawasan 3T mensaratkan kolaborasi dan kebersamaan agar mereka yang jauh dari akses dapat merasakan kebahagiaan.

“Kendati ada kawasan lain, kawasan 3T akan memberi arti bagi pekurban dan penerima manfaat,” ujarnya.

Faktor sulitnya akses menuju lokasi daerah pelosok bukanlah halangan untuk saling berbagi. Lazismu tak hanya sekadar menyalurkan hewan kurban, namun juga mengedukasi bagaimana tata cara berkurban mulai sejak merawat atau memperlakukan hewan kurban, serta tata cara penyembelihan yang sesuai syariat.

“Kami membagikan satu ekor sapi untuk sekitar 150 kepala keluarga (KK) suku Kokoda dari Kampung Warmon dan sekitar 150 KK para transmigran dari desa Makbusun, sehingga satu KK  hanya mendapatkan setengah kilogram daging kurban,” kisah Muhammad Fuad Fachrudin, salah satu peserta Kuliah Kerja Nyata-Mahardika Bakti Nusantara (KKN-MBN) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Tahun lalu, Fuad bersama rekan mahasiswa lainnya melaksanakan KKN di Kampung Warmon, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Menuju ke sana, memerlukan perjalanan jalur darat selama kurang lebih dua jam, dari Kota Sorong.

Kampung Warmon, disanalah bermukim Suku Kokoda yang terdiri dari 158 KK. Kebiasaan berburu dan meramu serta ketergantungan akan hasil alam, masih melekat pada warga Suku Kokoda.

Menurut para mahasiswa, landasan ekonomi di kampung ini masih tradisional. Lahan pertanian masih terbuka, namun persoalannya warga masih sangat membutuhkan pengetahuan mengenai bercocok tanam yang benar.

Ketua Tim KKN-MBN UMY, Sukma Patriadjati menceritakan langkah awal yang dilakukan tim adalah melakukan pendampingan terhadap petani mengenai bercocok tanam. Bersama warga para mahasiswa membuat bedengan, dilanjutkan dengan pengolahan lahan yang siap untuk penanaman bibit sayur-mayur dan tanaman palawija.

“Permasalahan pokok adalah air tanah di sana masih mengandung kapur. Warga harus membeli air galon dengan harga mahal atau mengambil air di sumur dengan jarak tempuh sekitar 2 km,” terangnya.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *