Putaran Thawaf, ibarat putaran kehidupan. Putaran Thawaf ibarat seorang hamba yang tengah memutari rutinitas kehidupan kesehariannya.
Wartapilihan.com, Jakarta — Hal tersebut disampaikan Ustadz Kuswandani Muhammad Yahdin, Senin, (30/7/2018). Ia mengatakan, pada bulan haji ini, sesungguhnya setiap bentuk ibadah di tanah suci memiliki hakikatnya. Demikian juga dengan thawaf yang merupakan salah satu bagian dari ibadah haji di Tanah Suci.
“Putaran kehidupan, ada siang dan malam, antara kesenangan dan kesedihan, semua berputar dan berputar, kembali menemui titik yang sama. Demikianlah pemaknaan lain dari ibadah Thawaf,” jelas dia.
Ketika seorang jamaah berbaur bersama jamaah lain memutari ka’bah sambil melafadzkan doa demi doa, dia memutari sebuah bangunan yang menjadi titik sentralnya, dan berputar hingga menemui titik yang sama.
“Lantas apa yang bisa diperoleh dari sebuah putaran tersebut? Lihatlah, kita memutari apa? Kita memutari bangunan Ka’bah, kita memutari simbol rumah Allah, sebagai simbol juga bahwa kita sedang memutari kehidupan kita dan akan menjadi sebuah putaran kehidupan bermakna jika yang ada dibalik titik putar itu adalah Dia Ta’ala semata,” terang lulusan Pesantren Gontor ini.
Ia menjelaskan, jika putaran kehidupan kita adalah senantiasa Allah menyertai kita, maka kita akan menemukan segala hal dalam kehidupan ini senantiasa dalam lindungan-Nya dan pendampingan-Nya, selayaknya kita merasakan saat berthawaf adalah saat dimana dalam putaran hidup Allah senantiasa menyertainya.
Ia pun mengutip salah satu hadits Rasulullah shalallahu alaihi wa Sallam, “Janganlah engkau takut. Sesungguhnya Allah beserta kita.”
Maka, ia menegaskan, seyogyanya tidak ada yang seharusnya ditakuti lagi dalam kehidupan keseharian saat mengalami goncangan ujian, saat mengalami kecemasan kehidupan, saat menghadapi cemoohan dan penghinaan, saat mengalami kepanikan mengetahui anak sakit keras dan seluruh ujian lainnya.
“Mari kita tarik suasana thawaf beberapa menit itu menjadi suasana yang bisa kita rasakan sepanjang hidup kita, kita bayangkan kedekatan kita dengan rumah-Nya adalah juga kita merasakan kedekatan dengan sang Pemiliknya, dan penyertaan-Nya dalam 7 putaran, dalam 7 hari kehidupan yang terus berulang semoga menguatkan setiap pijakan.
Ikuti arus thawaf itu selayaknya kita belajar mengikuti arus kehidupan dengan apapun yang Allah izinkan terjadi tentu semua adalah kebaikan demi kebaikan semata,” tukas penggiat di Perkumpulan Islam Paramartha (PIP) ini.
Pepatah bijak mengatakan, “Segala apapun yang Allah izinkan terjadi tentu hakikatnya adalah kebaikan demi kebaikan. Namun pikiran manusia yang mendefinisikannya sebagai sebuah “penderitaan”, “kebahagiaan”, “kesenangan”, “kesulitan, dan lainnya.
Ka’bah, tutur Kuswandani, merupakan simbol utama kehidupan manusia, karena Allah Azza wa Jalla tidak mungkin menampakkan diri-Nya yang Tak terukur oleh apapun, maka rumah-Nya lah yang dipandang sebagai wujud penghadapan diri pada yang Maha Tunggal ini.
“Titik pusat ini yang kita jadikan sebuah poros penghadapan seluruh kehidupan yang sedikit saja kelengahan terjadi maka Dunia akan menyibukkan kita sepanjang hidup,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini