Masyarakat seluruh Indonesia menyukai mie instan karena murah, mudah dan gurih. Tetapi, bagaimana dengan kandungan gizi mie instan?
Wartapilihan.com, Jakarta –Beredar banyak mitos, bahwa mengkonsumi mie instan tidak sehat karena makanan tersebut diawetkan. Bahkan, beredar mitos bahwa mie instan mengandung lilin sehingga tidak aman dikonsumsi.
dr. Juwalita selaku ahli gizi menjawab hal tersebut. Adanya kandungan lilin di dalam mie instan merupakan hoax. Tetapi, memang kandungan gizi dari mie instan bekisar 300-350 kalori yang kesemuanya merupakan karbohidrat dan lemak; juga, di dalam bumbu mie instan tersebut minyaknya mengandung lemak jenuh.
“Kalau kita lihat dalam kandungan nutris, isinya sekitar 300-350 kalori, dan hanya karbohidrat dan lemak, seratnya juga rendah. Kita harus pilih karbohidrat mengadnung serat. Minyak mengandung lemak jenuh, padahal kita hanya boleh mengkonsumsi lemah jenuh maksimal sekitar 15 gram,” tegas dia.
Demikian juga soal merebus mie instan dengan bumbunya dinilai menyebabkan kanker, kata Juwalita, hal tersebut belum terbukti. Pasalnya belum ada penelitian yang mengaitkan kanker dengan memakan mie instan yang direbus dengan bumbunya. Juga, menyatukan atau tidak menyatukan bumbu ketika dimasak, menurut dia sama saja, karena bumbunya tinggi garam.
“Merebus mie dengan bumbunya menyebabkan kanker, belum terbukti. Kanker resikonya multifaktor, seperti genetik, polusi, belum ada penelitian yang mengaitkan kanker,” tukas dia.
Adapun soal pengawet yang dinilai dapat menyebabkan masalah bagi tubuh, Juwalita mengatakan, jumlah pengawet dalam mie instan sangat kecil. MSG pada mie instan, kata dia, memang seringkali tidak terlihat, namun selama masih ada perlindungan dari BPOM, MSG diperbolehkan.
Juga, bagi anak-anak atau dewasa yang suka memakan mie instan tidak direbus terlebih dahulu, dia mengungkapkan, pada dasarnya mie instan sudah diolah atau digoreng kering, sehingga sebenarnya sudah matang.
“Memang tidak boleh berlebihan, tidak terlalu banyak perbedaan karena dia karbohidrat, kecuali dibandingkan antara sayur yang mentah dan kemudian direbus,” tegasnya.
Sementara itu, dr. Ahmad Fariz selaku Spesialis Penyakit Dalam mengatakan, berdasarkan studi, mie instan beresiko terhadap penyakit jantung, kelainan metabolism, diabetes mellitus dan juga garam yang dapat menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
“Berdasarkan studi, sebaiknya mie instan dikonsumsi kurang dari sekali per bulan. Yang harus dilihat lagi resiko itu baru muncul jika terlalu sering menkonsumsinya. Sering dalam artian lebih dari tiga kali dalam seminggu,” tukasnya.
Mie instan yang memiliki cita rasa gurih, lanjutnya, karena garamnya tinggi. Hal tersebut dapat memicu nafsu makan lebih banyak.
“Satu mie instan kadang enggak cukup, makanya ada ukuran yang jumbo. Bisa bikin ketagihan, memang tidak seperti obat narkoba, tapi karena gurih ditakutkan anak akan nagih,” terangnya.
Bagi para perempuan, diisukan makan mie instan dapat membuat perut mekar, menurut Ahmad, hal tersebut tidak terkait. “Membuat perut mekar, itu tidak terkait. Tidak terkait obesitas meski dapat menyebabkan diabetes, karena kandungan kalori setiap mie instan berbeda. Bahkan, dalam beberapa kasus, terjadi kekurangan gizi karena kandungan kalorinya tidak tinggi oleh sebab dianggap sebagai pengganti makanan pokok.” Tandasnya.
Bagi yang suka merebus mie instan bersama plastiknya, menurut Ahmad, sangat tidak direkomendasikan karena plastic tidak boleh kontak dengan sesuatu yang panas.
“Sebagai selingan (cemilan) jangan, kalau mau dijadikan makanan utama jadi sifatnya menggantikan porsi nasi, berarti harus ada sayur dan proteinnya juga, seperti ayam dan telur boleh,” pungkasnya.
Seperti diketahui, satu porsi mie instan setara dengan 219 kalori yang mengandung 14% lemak, 73% karbohidrat, dan 13% protein, 3,3 gram total lemak, 40,02 gram karbohidrat, 7,22 gram protein, 46mg kolesterol, 378mg sodium, Vitamin A 1%, Kalsium 2% dan Zat besi 13%. Mie instan masih aman dikonsumsi oleh manusia jika tidak dimakan secara berlebihan.
Eveline Ramadhini