Kebiasaan nongkrong hingga tengah malam dan makanan kekinian yang tidak sehat bisa jadi “tabungan penyakit” generasi milenial saat lansia.
Wartapilihan.com, Jakarta — Hal tersebut disampaikan dr. Reza Fahlevi. Ia mengatakan, yang dimaksud millenial adalah remaja atau dewasa muda yang berusia belasan hingga 30 tahun lebih.
“Perkembangan teknologi dan gaya hidup memengaruhi pola hidup generasi ini. Maka jika tidak hati-hati, generasi milenial kini rentan memiliki penyakit kronis ketika menjadi lansia kelak,” kata Reza, berdasarkan laman klikdokter.com, Kamis, (4/10/2018).
Menjamurnya kafe kekinian yang menawarkan dekorasi dan makanan yang unik serta berbagai jenis hiburan malam mulai dari konser hingga nobar tengah malam, semuanya akrab dengan generasi milenial. Jika aktivitas ini tidak dibatasi, di masa tua nanti generasi ini akan mengalami berbagai penyakit berbahaya.
“Penyakit kronis biasanya berkaitan dengan gaya hidup sedentari, yakni kurangnya aktivitas fisik di luar rumah, lebih banyak bekerja dengan duduk di depan komputer sepanjang hari, konsumsi makanan yang tidak sehat seperti junk food secara berlebihan, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol,” tukas dia.
Segala bentuk kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi, jelas dia, pada akhirnya membuat generasi milenial serba mager atau malas bergerak. Dari mulai mengirim barang, berbelanja hingga membeli makan, semua bisa dilakukan hanya dengan sentuhan jari di gawai, tak perlu berjalan jauh.
“Akibatnya, terjadi perubahan pola gaya hidup yang sebelumnya lebih banyak beraktivitas di luar rumah menjadi kurang bergerak karena semua bisa dilakukan sambil berbaring di kasur atau duduk-duduk di sofa. Jika sudah begini, maka risiko memiliki penyakit kronis di masa tua pun semakin besar,” ia menegaskan.
Oleh sebab itu, dr. Reza menambahkan, generasi ini rentan mengalami berbagai penyakit kronis saat menjadi lansia, seperti penyakit metabolik, kanker, autoimun, dan juga gangguan mental.
“Terkait dengan perubahan gaya hidup tersebut, beberapa penyakit kronis sepertiobesitas, diabetes mellitus, dislipidemia, hipertensi, dan penyakit-penyakit metabolik lainnya lebih rentan dialami oleh generasi milenial,”
Sebagai contoh, tingkat kasus obesitas di Amerika Serikat hanya sekitar 8 persen pada tahun 1970 dan meningkat menjadi 36.5 persen di 2018. Terlihat peningkatan prevalensi obesitas sebanyak 4 kali lipat dibandingkan data sebelumnya. Karena obesitas inilah bisa muncul berbagai penyakit kronis yang mengancam generasi milenial di masa tua.
Lebih lanjut dia menjelaskan, karena perubahan pola hidup seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, risiko berbagai penyakit kanker juga dapat meningkat pada generasi milenial di usia lanjut nanti.
“Berbagai penyakit yang merupakan dampak negatif kemajuan teknologi juga ada seperti masalah leher, nyeri punggung, nyeri pergelangan tangan, masalah pendengaran, masalah penglihatan, hingga insomnia,” ia menjelaskan.
Penyakit kronis lainnya yang juga berisiko dialami oleh generasi milenial di masa lansia adalah penyakit autoimun. Ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun dan jumlah penderita penyakit autoimun semakin hari semakin meningkat.
“Berbagai faktor pun berperan dalam hal ini, salah satunya terkait dengan perubahan gaya hidup. Penyebab lainnya adalah peningkatan jumlah penderita penyakit autoimun dan alergi meningkat seiring penurunan kasus penyakit infeksi,”
Salah satu masalah kesehatan lain yang rentan dialami oleh generasi milenial yaitu masalah kesehatan mental. Meningkatnya pemicu stres di masa kini turut menyebabkan kasus gangguan mental pada usia muda semakin meningkat.
“Sebagian besar masalah kesehatan mental pada generasi milenial terjadi pada usia 14 tahun. Jika tidak terdeteksi dan ditangani dengan cepat, masalah ini dapat berlanjut hingga dewasa, sehingga mengganggu produktivitas,” imbuh dr. Reza.
Maka dari itu dia menekankan, pencegahan, deteksi, dan penanganan dini merupakan cara yang paling tepat untuk mengurangi risko penyakit kronis di masa mendatang.
“Sebagai upaya untuk menghindarinya, Anda disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik, menjaga pola makan, menjauhkan kebiasaan hidup sendentari, serta membatasi waktu di depan layar,”
Tak hanya itu, kebiasaan merokok dan minum alkohol juga sebaiknya dihentikan. Untuk menjaga kesehatan mental, ia menyarankan untuk banyak bersosialisasi dan pandai-pandailah mengelola stres.
“Anda bisa mengikuti berbagai kegiatan sosial atau bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan hobi Anda,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini