Pendidikan Seks pada Anak

by
Foto: detikHealth.

Kendati dinilai tabu, pendidikan seks penting untuk diberikan kepada anak. Namun, pendidikan seks yang seperti apa?

Wartapilihan.com, Jakarta –Tujuan diberikannya pendidikan seksual adalah agar anak dapat memiliki sikap dan perilaku bertanggungjawab terkait kesehatan seksual dan proses reproduksi.

Hal tersebut disampaikan Allert Noya, dokter di alodokter. Ia mengungkapkan, emberikan pendidikan seks pada anak, dapat membantu mereka terhindar dari penyimpangan dan bahaya pelecehan seksual.

“Anak juga akan menjadi paham bagaimana menjaga kesehatan organ seksual dan reproduksinya. Selain itu, tentu juga dapat membantu mereka untuk memahami risiko dari hubungan seksual pranikah, apalagi yang tidak terproteksi. Misalnya, risiko hamil di luar nikah atau terjangkit penyakit menular seksual,” terang Noya, Senin, (6/8/2018).

Noya mengatakan, waktu yang tepat membahas pendidikan seks untuk anak adalah saat anak mulai memasuki masa pubertas, yaitu sekitar 12 tahun.

“Hal ini karena anak sudah mendapatkan pengetahuan dasar tentang perkembangan organ tubuh wanita dan pria beserta fungsinya. Selain itu, beberapa anak juga mungkin sudah mengetahui seperti apa aktivitas seksual dan fungsinya bagi pasangan suami istri,” imbuh Noya.

Cara pertama yaitu membicarakan tentang seks dengan anak harus dilakukan secara halus. Ia menekankan agar jangan memakai nada yang menggurui, sehingga anak malas mendengarkannya.

“Suasana yang mendukung sangat penting untuk memulai pembicaraan ini. Sebagai contoh, ketika ada berita tentang pergaulan bebas di media massa, Anda bisa memanfaatkan situasi ini untuk menyelipkan topik seks ke dalam bahan pembicaraan.

Sebelum memberikan informasi, persiapkan diri Anda, dan hindari rasa takut atau canggung dalam memberikan pendidikan seks pada anak,” tukasnya.

Persiapkan juga diri orangtua dalam menjawab pertanyaan anak yang mungkin dapat mengejutkan. Ia menyarankan agar memberikan pengetahuan yang faktual, dan jangan menyembunyikan kenyataan hanya karena merasa tidak nyaman membicarakannya.

“Jadikan permbicaraan dua arah. Biarkan anak mengemukakan pendapatnya mengenai seks. Jika opininya menentang seks bebas, Anda bisa berlega hati, karena ternyata dia mengerti mana hal yang baik dan buruk untuk dilakukan,”

Hal yang penting juga mengatakan pada anak bahwa orangtua siap dijadikan teman bicara mengenai hal apa pun termasuk urusan seks.

Topik-topik penting yang harus dibicarakan yaitu penyesuaian diri terhadap perkembangan fisik, terutama organ seksual dan reproduksi, termasuk bagaimana menjaga kebersihan dan kesehatan organ tersebut.

“Norma dan nilai-nilai sosial budaya yang ada, terkait aspek seksual. Risiko hubungan seks pranikah, dan perencanaan usia pernikahan serta usia kehamilan yang tepat. Pembekalan pengetahuan seksual demi membangun kemampuan komunikasi dan kepercayaan diri anak untuk melawan hal-hal yang sifatnya negatif, juga menjelaskan mengenai risiko terkena penyakit menular seksual akibat berhubungan seks bebas, seperti klamidia, sifilis, gonore, herpes genital, kutil kelamin, atau HIV/AIDS,” kata dia.

Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, orangtua dapat memberikan bekal pemahaman mengenai kesehatan seksual.

“Disarankan jangan mencoba untuk melarang dengan cara memaksa atau memakai unsur kekerasan, karena justru dapat membuat anak semakin tergoda untuk melakukannya,” tegasnya.

Noya juga menyarankan agar memberikan anak informasi yang memadai, dan dukung kemampuannya untuk berpikir secara logis agar mampu menjaga kesehatan dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.

“Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter anak, maupun layanan konsultasi psikologi anak, untuk mendapatkan rekomendasi pendidikan seks yang tepat pada anak,” pungkas Noya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *