Pemimpin Penghafal Alquran

by
Tahfizh Leadership lepas 23 santri angkatan ke-4. Foto: Zuhdi.

Hingga tahun 2030, Tahfizh Leadership mentargetkan memiliki 1000 tempat untuk menjalankan program.

Wartapilihan.com, Jakarta –Sebanyak 23 santri Tahfizh Leadership angkatan ke 4 hari ini dilepas untuk melanjutkan perjalanan hidup yang lebih menantang. Selama 40 pekan, para santri tinggal di asrama dan secara intensif mempelajari dua mata pelajaran utama yaitu menghafal 30 juz Al Quran dan memperdalam Leadership khususnya Self Leadership.

Manajer Program Tahfizh Leadership Jamil Azzaini mengatakan salah satu syarat pelepasan santri, mereka harus mempresentasikan peta perjalanan hidupnya kepada orang tuanya atau keluarganya yang dilakukan pagi hari sebelum secara resmi mereka dilepas.

“Kami sebut pelepasan, bukan wisuda. Agar mereka terus belajar dan 20 tahun ke depan mereka jadi pemimpin. Ada pemimpin politik, pemimpin pendidikan pendidikan bisnis, dan lainnya,” ujar Jamil Azzaini di bilangan Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (18/7).

Ia menuturkan, kolaborasi ilmu dan aksi menjadi salah satu kunci keberhasilan seseorang termasuk santri Tahfizh Leadership. Sehingga, para santri tak hanya dibekali metode menghafal Alquran, tapi juga harus mengamalkan isi kandungannya.

“Kalau sekadar hafal, semua orang bisa. Tapi bagaimana mereka nanti dapat mengaplikasikan ilmu dengan aksi. Sebab, ada penghafal Alquran tapi adabnya lemah. Nah, tugas kami adalah mengawal proses dan hasilnya kami serahkan kepada Allah,” tuturnya.

Seperti angkatan-angkatan sebelumnya, setelah acara pelepasan hari ini, para santri sudah menetapkan pilihan aktivitasnya. Ada yang bekerja, ada yang mengabdi di beberapa Pesantren dan institusi, ada pula yang melanjutkan pendidikan ke jenjang 81/82 ke PTIQ, UNS, Unila, Telkom, Untirta, Universitas Muhammadiyah, Ul, UNJ, UIN, dan perguruan tinggi lainnya. Ada juga yang hendak melanjutkan studi ke beberapa negara di Timur Tengah.

“Selain ditargetkan hafal 30 Juz para santri selama 40 pekan dicoaching, dimentoring, ditraining oleh para trainer dari Kubik Leadership atau dikirimkan ke berbagai acara terpilih yang mengasah sisi leadership para santri,” ungkap salah satu pendiri Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa itu.

Selain itu, para santri Tahfizh Leadership dibekali materi keislaman dan public speaking agar nantinya dapat menyampaikan dakwah di tengah-tengah masyarakat. Persyaratan untuk menjadi santri Tahfizh pun tidak sulit. Calon santri diwajibkan menamatkan tingkat SMA/Aliyah sederajat, hafal 2 juz Alquran dan aktif organisasi.

“Ada (alumni) yang sekarang mengembangkan rumah tahfizh di Cimahi, ada juga yang menjadi Imam tetap di Polandia,” katanya.

Guna menghindari kebosanan, dalam waktu tertentu para santri diajak ke tempat yang lebih sejuk, alami dan nyaman untuk murokaz atau pendalaman selama dua pekan. Untuk angkatan 4, mereka melakukan murokaz di Tawangmangu Jawa Tengah, dan Curug Nangka di kaki Gunung Salak Bogor.

“Kami menawarkan kerjasama kepada orang yang punya rumah atau villa siap pakai dan peduli munculnya banyak pemimpin yang memahami nilai-nilai Al Quran untuk terlibat dalam program ini,” ujar dia.

Pinjamkan atau wakafkan rumah tersebut kepada nantinya akan digunakan tempat tersebut untuk menggodok calon pemimpin masa depan, setiap angkatan 40 pekan. “Alhamdulillah untuk tahun 2018, hingga hari ini ada tambahan 4 lokasi di Bandung, Malang, Jakarta, dan Bogor,” tuturnya.

“Waktu yang kami pilih untuk proses Pendidikan adalah Periode Agustus hingga Juli, hal ini bertujuan agar par alumni kami yang ingin melanjutkan studi bisa melanjutkan ke perguruan tinggi pilihan mereka,” sambung Jamil.

Saat ini Tahfizh Leadership sedang membuka pendaftaran untuk angkatan ke 5. Informasi lengkapnya ada di www.TahfizhLeadershp.com. “Semoga program ini benar-benar menjadi cikal bakal lahirnya pemimpin yang benar-benar memimpin di masa yang akan datang,” pungkasnya.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *