Pemimpin Lemah Dan Tidak Adil, Ancaman Persatuan.

by
https://3.bp.blogspot.com

Wakil ketua DPR RI, Fadli Zon menilai, tantangan bagi persatuan pemuda hari ini adalah masalah ketimpangan.

Wartapilihan.com, Jakarta –Wakil Ketua DPR RI Bidang Korpolkam Fadli Zon menyatakan bahwa meskipun Sumpah Pemuda telah berhasil mempersatukan rakyat Indonesia sebagai bangsa, namun persatuan itu masih perlu diteguhkan terus-menerus. Secara kebetulan, tema peringatan Sumpah Pemuda tahun ini adalah “Berani Bersatu”.

“Semua elemen bangsa harus menyadari jika persatuan butuh dirawat. Dulu, tantangan untuk membangun persatuan adalah perbedaan suku, adat, agama dan bahasa. Namun, dengan visi dan kebesaran hati para pendahulu kita, mereka kemudian berhasil melampaui semua perbedaan tadi, sehingga akhirnya kita bisa dipersatukan menjadi sebuah bangsa,” kata Fadli Zon di Jakarta, Sabtu (28/10).

Tantangan merawat persatuan hari ini, kata dia, telah berubah. Tantangan persatuan pada hari ini adalah ketidakadilan dan ketimpangan. Setiap kali pemuda membiarkan terjadinya ketidakadilan, baik politik, hukum, ataupun ekonomi, maka sebenarnya para pemuda sedang melonggarkan ikatan persatuan. Menurut studi Amy Chua, sebuah sistem yang hanya dikuasai oleh sekelompok kecil masyarakat memang akan melahirkan konflik dan instabilitas.”

“Jadi, kalau dulu problem persatuan kita lebih bersifat kultural, maka kini problemnya menjadi bersifat struktural. Itu sebabnya kita harus memperhatikan isu keadilan dan kesetaraan secara serius, karena pertaruhannya bisa sangat mahal,” saran Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Masalah ketimpangan, lanjutnya, bukan hanya semata masalah ekonomi, namun bisa mendatangkan masalah bagi persatuan bangsa Indonesia. Rakyat sudah sering melihat dari pengalaman masa lalu, bahwa setiap kali jurang ketimpangan ekonomi menganga, maka pada saat itu juga kohesi sosial melemah.

“Masalahnya, setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir, berbagai data menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi kita sebenarnya hanya menguntungkan 20 persen warga terkaya saja, di mana 80 persen sisanya, yang mencakup sekitar 205 juta penduduk, tetap tertinggal di belakang. Pertumbuhan pendapatan 10% orang terkaya Indonesia tiga kali lipat lebih cepat ketimbang pertumbuhan 40% warga termiskin,” tegasnya.

Itu sebabnya, simpul Fadli, dalam rentang 2013 hingga 2015 yang lalu, angka koefisien gini mencapai 0,41, sebuah rekor ketimpangan tertinggi sepanjang sejarah. Tahun ini, angka koefisien gini memang turun ke angka 0,39, tapi karena kelas menengah menurun income dan konsumsinya. Itu bukan realitas yang bagus.

“Sehingga, bagi pemerintah tema peringatan Hari Sumpah Pemuda seharusnya bukanlah ‘Berani Bersatu’, tapi ‘berani adil’ dan ‘berani mengatasi ketimpangan. Satu lagi, perbedaan suku, agama, ras dan lainnya selalu menjadi kekuatan di tangan pemimpin yang kuat dan adil. Tapi hal itu bisa jadi ancaman di tangan pemimpin yang lemah dan tak adil,” pungkas Fadli.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *