Pemikiran Pluralisme Agama

by
Said Aqil Siroj. Foto: Istimewa

KH Said Aqil Siroj dalam bukunya ‘Tasawuf sebagai Kritik Sosial’ menuangkan pemikirannya soal pluralisme agama; bahwa agama-agama selain Islam juga merupakan agama yang benar dan sama-sama mengantarkan pemeluknya pada jalan kebenaran.

Wartapilihan.com, Jakarta — Dalam buku tersebut di halaman 309-310 dikatakan, “Baik kaum Yahudi, Kristiani, Shabi’in, penganut Budha, Hindu, Konghucu, maupun kepercayaan lainnya, semuanya adalah umat beriman–sepanjang dalam keyakinan mereka terselip butir-butir keimanan kepada Allah, Tuhan, Sang Hyang Widi, atau apapun namanya.”

Menanggapi hal tersebut, para santri Sidogiri mengatakan dalam buku ‘Sidogiri Menolak Pemikiran Said Aqil Siroj’, pernyataan di atas jelas bertentangan dengan hakikat keimanan yang diterangkan dalam Al-Qur’an, hadits dan kitab-kitab para ulama. Seperti yang tercantum dalam al-I’lam bi-Qawati’I-Islam yang dikatakan Al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami, “Sesungguhnya orang yang tidak mengkafirkan orang yang beragama selain Islam seperti orang-orang Kristiani, atau meragukan kekafiran mereka, maka dia adalah kafir, meskipun ia menampakkan Islam dan meyakininya.”

Menurut santri Sidogiri, banyak pernyataan KH Said Aqil Siroj yang hanya mengambil penggalan ayat, dan meninggalkan penggalan berikutnya, lalu membuat kesimpulan yang luar biasa besar.

Adapun pernyataan soal “Allah sebagai Rabbul ‘alamin mengajarkan umat-Nya untuk menjadi umat yang inklusif, toleran, dan terbuka, menurut para santri Sidogiri perlu dipertanyakan, apa yang dimaksud inklusif, toleran, dan terbuka? Sedangkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah pada ayat 23 dikatakan:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْۤا اٰبَآءَكُمْ وَاِخْوَانَـكُمْ اَوْلِيَآءَ اِنِ اسْتَحَبُّوا الْـكُفْرَ عَلَى الْاِيْمَانِ ؕ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاُولٰۤئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Pada buku ‘Sidogiri Menolak Pemikiran Said Aqil Siroj’ halaman 86 dikatakan, “Dengan ayat-ayat di atas, dan ayat lain semacamnya, bagaimana KH. Said Aqil Siroj menghubungkan pernyataannya bahwa Allah mengajarkan umat Islam agar menjadi umat yang inklusif, toleran dan terbuka dengan perintah memerangi orang-orang kafir, dan tidak menjadikan mereka sebagai pemimpin kaum beriman?” Tegasnya.

Kontroversi lainnya yaitu soal Said Aqil yang mengatakan, bahwa umat beriman itu bukanlah monopoli umat Islam. Terutama pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 62 dan juga Al-Qur’an surat al-Maidah ayat 69 yang menjelaskan kurang lebih orang-orang yang mukmin, Yahudi, Sabiin dan Nasrani siapa saja yang beriman dan beramal saleh tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati.

Menurut para santri Sidogiri, kedua ayat tersebut seringkali diartikan oleh kaum liberal sebagai ayat yang mengakui atas keimanan semua penganut agama dan kepercayaan apapun. Tetapi di sisi lain, para ulama ahli tafsir mengatakan, yang dimaksudkan adalah orang-orang beriman kepada para nabi terdahulu yang benar-benar beriman terhadap Allah. Sedangkan setelah Islam datang, maka tidak ada pengakuan dan pembenaran lagi terhadap agama lain, termasuk agama Yahudi, Nasrani dan juga lainnya. Karena didasari oleh Qur’an surat Ali Imran ayat 85:

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُ ۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”
(QS. Ali ‘Imran: Ayat 85)

Dengan demikian, akhir kata, semoga kita semua terhindar dari waham-waham yang tidak benar dan menyesatkan. Karena, menurut hemat penulis, pagar syariat harus dijaga kuat-kuat agar tak ada yang membedol. Cara menjaganya adalah dengan membaca dan memahami Al-Qur’an dan selalu memohon petunjuk kepada Allah agar diberikan pemahaman yang benar dan membuat hati tenang. Wallahua’lam.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *