Nabi yang Pertama Kali Shalat

by
Ilustrasi shalat. Foto: fimadani.com.

Shalat pertama kali dilakukan oleh para Nabi terdahulu berlatarbelakang suatu peristiwa.

Wartapilihan.com, Jakarta — Syaikh Nawawi al-Bantani yang merupakan Ulama Kharismatik asal Banten (1813-1897) dalam bukunya yang berjudul Tuntunan Shalat Khusyuk mengatakan rahasia-rahasia shalat. Ia menceritakan asal muasal shalat. Pada dasarnya, sejak jaman nabi terdahulu, para Nabi telah melakukan shalat meski belum ada nama ‘Islam’.

Adapun nabi yang pertama kali shalat Subuh adalah nabi Adam, ketika beliau sudah keluar dari surga dan beliau melihat kegelapan dan beliau sangat ketakutan.Tatkala fajar telah menghilangkan kegelapan, maka beliau shalat dua rakaat satu rakaat untuk bersyukur karena diselamatkannya dari kegelapan. Satu rakaat lagi untuk bersyukur atas kembalinya cahaya siang (hari).

Nabi yang pertama kali menunaikan shalat Dzuhur adalah nabi Ibrahim as, di saat Allah memerintahkannya menyembelih anaknya, Ismail as, lalu diganti dengan penyembelihan tebusannya dan hal itu terjadi tergelincir matahari dari tengah langit.

Kemudian nabi Ibrahim menunaikan shalat 4 rakaat, dimana satu rakaat sebagai rasa syukur atas tebusan Allah, satu rakaat sebagai rasa syukur atas hilangnya kesedihan mengenai anaknya, satu rakaat sebagai permohonan ridha Allah swt atasnya dan satu rakaat ditunaikan karena didapati kenikmatan, berupa kambing kibas yang diturunkan dari surga, kambing itu merupakan kambing kibas Habil.

Manusia yang pertama kali menunaikan shalat Ashar adalah Nabi Yunus as, ketika dia baru saja dikeluarkan Allah dari perut ikan. Kondisi nabi Yunus as ketika di dalam perut ikan seperti anak burung yang belum berbulu pada seluruh bagian tubuhnya. Nabi Yunus berada dalam empat kegelapan yaitu (1) Kegelapan isi perut, (2) Kegelapan di dasar air laut, (3) Kegelapan malam dan (4) Kegelapan perut ikan.

Nabi Yunus keluar dari perut ikan bertepatan datangnya waktu shalat Ashar. Nabi Yunus pun menunaikan shalat 4 rakaat. Beliau bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’alaa terbebas dari 4 kegelapan itu.

Sementara itu, orang yang pertama kali menunaikan shalat Maghrib adalah nabi Isa, pada saat beliau berhasil keluar dari pergumulan kaumnya. Waktu keluarnya itu bertepatan dengan terbenamnya matahari. Beliau pun menunaikan shalat 3 rakaat, dimana satu rakaat untuk meniadakan sesembahan selain Allah swt, rakaat kedua untuk menghilangkan persangkaan ibunya tentang fitnah yang dihembuskan oleh kaumnya itu dan rakaat terakhir bertujuan untuk menetapkan pengaruh dan ketuhanan (uluhiyyah-nya) yang hanya dimiliki Allah semata.

Orang pertama yang menunaikan shalat Isya adalah nabi Musa as. Pada saat itu, nabi Musa as sedang tersesat, namun akhirnya berhasil keluar dari kota Madyan.Nabi Musa as mengalami 4 kesedihan berupa (1) Kesedihan disebabkan penyakit yang diderita istrinya, (2.) Sedih terhadap nasib saudaranya, nabi Harun, (3) Sedih karena musibah yang menimpa anak-anaknya, dan (4) Sedih atas serangan Firaun.

Allah menyelamatkan nabi Musa dari semua kesedihan di atas. Yaitu Allah berjanji akan menghilangkan semua kesedihan itu di waktu Isya. Maka ketika kesedihan itu lenyap di waktu Isya, maka nabi Musa as menunaikan shalat Isya sebagai rasa syukur kepada Allah.(syaikh Nawawi al-Bantani)

Hikmah dari Bilangan Rakaat Shalat

Hikmah yang dapat dipetik dari bilangan rakaat-rakaat shalat lima waktu itu, menurut Syaikh Nawawi al-Bantani adalah perwujudan rasa syukur atas segala karunia yang terdapat pada lima indera manusia dan sebagai penghapus kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh panca indera itu.

Sesungguhnya rakaat dalam shalat Subuh ialah dua rakaat, karena penyentuhan indera peraba bisa mendapatkan menerima kelembutan dan kekasaran sesuatu. Maka dua rakaat Subuh itu dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur pada dua hal itu dan untuk menutup kesalahan indera peraba dari keduanya.

Rakaat shalat Dzuhur berjumlah empat rakaat, karena indera penciuman dapat menemukan obyek penciuman dari empat arah. Empat rakaaat itu sebagai perwujudan syukur atas karunia dapat merasakan indera penciumannya dari empat arah itu dan untuk menutupi kesalahan yang ditimbulkannya.

Rakaat shalat Ashar berjumlah empat rakaat, karena indera pendengaran dapat menemukan obyek pendengaran dari empat arah. Pelaksanaan empat rakaat itu sebagai bukti rasa syukur atas karunia itu dan untuk menutupi kesalahan yang ditimbulkannya.

Rakaat shalat Maghrib adalah tiga rakaat, karena obyek penglihatan terlihat dari tiga arah. Depan, samping kanan dan samping kiri. Obyek penglihatan tidak dapat melihat ke arah belakang. Tiga rakaat itu sebagai bukti rasa syukur atas karunia itu dan untuk menutupi kesalahan yang ditimbulkannya.

Rakaat shalat Isya adalah empat rakaat, karena indera perasa atau pengecap (adz-dzaouq) dapat menemukan 4 macam rasa, yaitu dingin, panas, pahit dan manis. Pelaksanaan empat rakaat itu sebagai bukti rasa syukur atas karunia itu dan untuk menutupi kesalahan yang ditimbulkannya.

Makna hakiki shalat menurut Syaikh Nawawi al-Bantani adalah sebagai (1) sarana untuk bermunajat (pengutaraan, pengaduan segala rahasia dan segenap perasaan yang berkecamuk dalam jiwa) seorang hamba kepada Allah, (2) sumber pemurnian-pemurnian jiwanya kepada Allah, (3) mensucikan hati dari segala dosa dan (4) sebagai perantara (interaksi antara hamba dengan Allah).

Ditulis dan disesuaikan kembali oleh Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *