Menguatkan Persatuan Umat

by
Sekretaris Rabithah Ulama dan Dai Asia Tenggara Ustaz Jeje Zainudin. Foto: Istimewa.

“Kami menghindari forum ini disusupi oleh kepentingan-kepentingan politik praktis. Tetapi bukan tidak dibicarakan isu politik. Justru bagaimana peranan dakwah terhadap politik. Sehingga jangan sampai politik menjadi alat pemecah belah umat, alat untuk menunggangi agama dan alat untuk menginfiltrasi gerakan-gerakan dakwah,” kata Dr Jeje Zainuddin.

Wartapilihan.com, Jakarta – Sebagai wujud dari komitmen terhadap terciptanya kesatuan dan persatuan ummat dalam ikatan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah serta panduan para ulamanya dari generasi-ke generasi, Rabithah Ulama dan Dai Asia Tenggara yang diketuai Ustaz Dr. Muhammad Zaitun Rasmin bekerja sama dengan Yayasan al Manarah Al Islamiyah yang diketuai oleh Syekh Khalid Al Hamudy, dan didukung oleh Pemprov. DKI Jakarta, kembali menyelenggarakan Forum Ilmiah Internasional yang ke-5 (Al Multaqa al Duwaly al ‘Ilmy al Khamis) mulai dari tanggal 3 – 6 Juli 2018.

Apa saja pokok dan tujuan diselenggarakannya Forum Ilmiah Internasional yang ke-5 (Al Multaqa al Duwaly al ‘Ilmy al Khamis)? Berikut kutipan wawancara dengan Sekretaris Rabithah Ulama dan Dai Asia Tenggara Ustaz Jeje Zainudin:

Apa tujuan diselenggarakannya kegiatan Multaqa?

Pelaksanaan Multaqo (Forum Ilmiah Internasional Ulama dan Da’i Asia Tenggara) yang juga menghadirkan beberapa aktivis dakwah dari Afrika dan Eropa. Ini merupakan agenda tahunan yang rutin diadakan setiap akhir bulan Syawal sejak tahun 2014.

Inti dari kegiatan ini adalah forum curah gagasan, tukar pengalaman dan informasi seputar pergerakan dakwah serta perkembangan dakwah keummatan ulama dan da’i khususnya generasi muda ulama.

Apa pertimbangan mengambil tema Wa’tashimuu bihablillahi Jamiian?

Tema besar atau target dari Multaqo adalah menyatukan gerak langkah dakwah ini agar tetap on the track pada prinsip Alquran dan Assunnah dengan metodologi hikmah (bijaksana) dan berorientasi pada terwujudnya Islam sebagai peradaban dunia. Sehingga, kebahagian Islam membawa harapan, bukan ketakutan dan kekhawatiran.

Maka, dalam kegiata Multaqo ini kita berkonsentrasi mencari formulasi dakwah yang mempersatukan umat, meminimalisir perbedaan-perbedaan, berorientasi pada nilai Islam yang aplikatif, dan berorientasi pada kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat.

Sekaligus memberikan kontribusi pemikiran bagaimana umat muslim mengantisipasi infiltrasi asing yang dapat memecah belah persatuan seperti yang terjadi di Suriah, Afrika, Irak, Afghanistan, dan seterusnya.

Salah satu problem umat Islam Indonesia adalah kemiskinan dan ketimpangan. Apakah isu ini menjadi pembahasan dalam Multaqo?

Tentu saja itu termasuk hal yang dibicarakan. Tetapi karena keterbatasan waktu, wawasan dan kapasitas para da’i dalam bidang ekonomi, itu hanya menjadi bahasan normatif saja. Walaupun tentu dalam sambutan Pak JK (Jusuf Kalla), Pak Gubernur, Ketua Umum MUI, dan Prof. Didin mengarahkan agar pembahasan pada Multaqo adalah kontribusi dakwah dalam ekonomi keummatan.

Nah, tidak bisa dakwah ini menyampingkan aspek maliyah (harta). Sebab, dalam Alquran dikatakan Wajaahiduu bii amwalikuum wa anfusiikum. Jadi, memperjuangkan agama Allah (Islam) dengan harta benda. Tidak bisa hanya satu aspek.

Karena itu, dalam gerakan dakwah harus turut dibicarakan ekonomi keummatan. Narasi ini akan menjadi rekomendasi bagaimana dakwah dan iqtishadiyah (ekonomi) berjalan seiringan.

Bagaimana tindak lanjut rekomendasi Multaqa?

Setiap Multaqo kami sejak tahun 2014, ada tim kecil kami yang bergerak mengkoneksikan gagasan-gagasan tersebut dengan institusi terkait. Jadi, hal itu bukan bagian dari Multaqo. Tetapi merupakan gugus kerja yang menjadi semacam komunitas yang bergerak di bidang pendidikan, ekonomi, dan lain-lain.

Seperti bagaimana memberikan kontribusi pemikiran, pengembangan, koperasi syariah, pemberdayaan ekonomi masjid, wakaf, dan lain sebagainya.

Apa saja agenda hari ini hingga Jumat ke depan Ustadz?

Agenda pertama, Selasa (3/7) kemarin merupakan forum urun gagasan dari Pemerintah, Gubernur DKI dan Ormas-Ormas Islam. Hari kedua adalah laporan dan perkembangan dari teman-teman da’i di Asia, pengalaman dari Tamu Afrika, termasuk tantangan-tantangan internal maupun eksternalnya.

Hari ketiga adalah pembekalan kualitas dakwah baik individu ataupun secara kelembagaan. Termasuk bagaimana merumuskan solusi-solusi terhadap tantangan dakwah di bidang ekonomi, politik dan keamanan regional. Setelah itu, mengeluarkan rekomendasi kepada pihak terkait baik di dalam maupun luar negeri.

Apakah isu politik Pemilu 2019 menjadi pembicaraan dalam pertemuan tersebut Ustaz?

Kami menghindari forum ini disusupi oleh kepentingan-kepentingan politik praktis. Tetapi bukan tidak dibicarakan isu politik. Justru bagaimana peranan dakwah terhadap politik. Sehingga jangan sampai politik menjadi alat pemecah belah umat, alat untuk menunggangi agama dan alat untuk menginfiltrasi gerakan-gerakan dakwah.

Dakwah hadir menyatukan itu semua dalam prinsip-prinsip syariat. Maka, disini tidak dihadirkan tokoh politik, ketum partai, calon-calon, atau kandidat yang berkaitan dengan pertarungan politik. Kami menghindari masuk ke dalam politik praktis.

Peserta dalam negeri, apakah seluruh lembaga hadir?

Iya. Dari seluruh daerah Indonesia hadir. Terutama Ormas yang direkomendasikan MUI, aktivis, ulama, cendikiawan, dan para narasumber kompeten.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *