Epilepsi yang dikenal sebagai gangguan syaraf, selama ini ternyata bukan hanya mengganggu aspek biologis, tetapi juga berdampak pada aspek psikologis. Di tengah segala keterbatasan, ternyata Orang dengan Epilepsi (ODE) justru menginspirasi.
Wartapilihan.com, Depok –Puluhan orang-orang berkaos merah bertuliskan KOMPI (Komunitas Peduli Epilepsi Indonesia) di punggungnya telah berkumpul sejak pukul 8 pagi. Berbagai usia yang variatif bercengkrama di sebuah tempat bernama Lembah Gurame, Depok, Jawa Barat, pada Ahad, (17/9/2017).
Rupanya, kala itu merupakan peresmian nama KOMPI yang tadinya bernama Komunitas peduli Epilepsi Debosi (Depok-Bogor-Bekasi). Perombakan nama ini karena Komunitas yang sudah terbentuk selama 4 tahun ini sudah semakin berkembang anggotanya, tidak hanya dari wilayah Depok, Bogor dan Bekasi–melainkan sudah merambah hingga Jakarta dan sekitarnya.
“Hingga saat ini, anggota yang bergabung sudah 130 orang yang ada di grup WhatsApp. Kami berada di bawah naungan Yayasan Epilepsi Indonesia, ” ungkap Ketua KOMPI, Azharianto Latief Baroto, ketika ditemui Warta Pilihan, pada Ahad lalu.
Tujuan dibentuknya Grup WhatsApp ini, menurut dia, selain memberikan informasi berobat, juga yang tak kalah penting berupa rasa kekeluargaan dan saling mendukung meski harus mengalami gangguan epilepsi. “Orang-orang epilepsi membutuhkan teman yang saling memotivasi dan mendukung satu sama lain. Karena di luaran suka ada stigma negatif, bahwa orang epilepsi itu tidak bisa apa-apa. Padahal belum tentu,” ungkap Azhari melanjutkan.
Azhari sendiri merupakan salah satu orang dengan Epilepsi. Ia memutuskan untuk bergabung untuk membakar semangat kawan seperjuangannya agar tidak minder meski alami gangguan serupa. Pasalnya, menurut dia, gangguan epilepsi ini tidak hanya berdampak secara biologis, tetapi juga secara psikologis. “Tekanan sosial dari masyarakat sangat tinggi terhadap kami. Ada yang support, ada juga yang sebaliknya. Makanya, kita bergabung supaya saling memotivasi dan menguatkan,”
Orang dengan Epilepsi justru menginspirasi. Azhari juga merasakan, dengan ia menjadi orang dengan Epilepsi, ia justru mendapat suntikan semangat sebagai manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Hasil perjuangannya pun berbuah manis. Ia telah menjabat menjadi Eselon empat saat ini, di usianya yang menginjak kepala 5. Ia mengatakan, justru dengan demikian dia dapat lebih menjaga integritas dan komitmennya sebagai abdi negara. Ia juga telah selesaikan studi S1 dan S2-nya di bidang keuangan.
“Alhamdulillah, saya meski begini, bisa sama seperti yang normal. Karena semangat itu penting, dan selalu berpikir positif. Semangat inilah yang juga harus ditularkan pada teman-teman lainnya, agar mereka tidak merasa sendiri,” tutur Azhari.
Pengalaman inspiratif lainnya datang dari cerita Haris yang sudah berkepala empat. Ia berkisah, sudah sejak 11 tahun terkena epilepsi. Namun, uniknya, sudah 10 tahun terakhir tidak lagi kambuh–namun obat tetap berjalan. “Alhamdulillah, saya sudah 10 tahun tidak lagi kambuh. Saya gabung di sini karena untuk memotivasi teman-teman agar tidak putus asa,”
Menurut Haris, penting untuk selalu berpikir positif, karena salah satu penyebab kambuhnya epilepsi adalah karena stres berkepanjangan. Maka, lelaki yang akrab dengan alat berat ini mengatakan, sangat penting bagi ODE untuk selalu berpikir positif. “Selama ini stigma di masyarakat yang selalu mengucilkan para ODE,” tandas dia.
Ia berharap, masyarakat dapat memberi dukungan bagi para ODE untuk survive, tidak melakukan diskriminasi terhadap mereka dan menghargai selayaknya manusia pada umumnya.
Eveline Ramadhini