Setiap 15 September diperingati sebagai Hari Peduli Limfoma. Dari berbagai jenis kanker, Limfoma salah satu kanker yang paling ganas dan mematikan.
Wartapilihan.com, Jakarta – Secara global, lebih dari 62 ribu orang didiagnosis limfoma Hodgkin. Di Indonesia jumlah kasus baru limfoma Hodgkin pada 2012 mencapai 1.168 dengan jumlah kematian sebesar 687.
Menurut data Globocan, angka ini diprediksi mengalami peningkatan pada 2020 dengan kasus baru mencapai 1.313 dan dengan angka kematian sebesar 811.
Limfoma merupakan kanker pada kelenjar getah bening (KGB). Tubuh terdiri atas beberapa KGB yang tersebar di beberapa lokasi, seperti leher, ketiak, lipat paha, tonsil, limpa, dan sumsum tulang.
Untuk diketahui, KGB merupakan organ tubuh yang berfungsi menjaga daya tahan tubuh dan bereaksi terhadap adanya infeksi yang menyerang.
Menurut dr. Theresia Rina Yunita, terdapat dua jenis limfoma, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi dibandingkan limfoma Hodgkin.
“Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti limfoma. Akan tetapi, beberapa ahli telah menetapkan beberapa faktor risiko yang dapat memicu timbulnya limfoma pada seseorang, yaitu orang dengan gangguan daya tahan tubuh, seperti pengidap autoimun dan HIV/AIDS,” kata Theresia, berdasarkan laman klikdokter.com, Sabtu, (15/9/2018).
Adapun gejala yang timbul pada pengidap limfoma secara keseluruhan ialah (1) pembesaran KGB di leher, ketiak, atau di lipat paha, (2) Demam berkepanjangan tanpa sebab yang jelas, (3) Mudah lelah dan sering lemas, (4) Sesak napas tanpa sebab yang jelas, (5) Keringat berlebih pada malam hari, (6) Berat badan turun secara drastis tanpa sebab yang jelas, (7) Batuk terus-menerus tanpa sebab yang jelas, (8) Nyeri perut dan (9) Kemerahan atau gatal di kulit.
“Serangkaian pemeriksaan harus dilakukan guna menegakkan diagnosis penyakit ini. Pertama-tama adalah wawancara medis mengenai keluhan dan adanya faktor risiko. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik di daerah KGB yang mengalami pembesaran dan juga pemeriksaan darah,” terang dia.
Pengobatannya sendiri, Theresia menambahkan, bergantung pada diagnosis limfoma yang ditegakkan. Baik limfoma Hodgkin ataupun non-Hodgkin pastinya memiliki penanganan yang berbeda.
“Secara garis besar pengobatan limfoma meliputi tindakan kemoterapi dan radiasi layaknya pengobatan kanker. Selain itu, dapat dipertimbangkan pemberian imunoterapi,targeted therapy, atau transplantasi stem cell,” jelasnya.
Pada dasarnya penyakit limfoma tidak dapat dicegah. Satu-satunya jalan adalah menghindari risiko penurunan daya tahan tubuh akibat penyakit HIV/AIDS. “Karena itu, jauhilah gaya hidup berisiko seperti seks bebas dan penggunaan narkoba dengan jarum suntik,”
Ditambahkan dr. Alvin Nursalim, ada beberapa faktor risiko dalam terjadinya limfoma, termasuk umur, bahan kimia, paparan radiasi, penyakit autoimun, dan infeksi.
“Khusus penyakit limfoma non-Hodgkin, biasanya ditemukan pada orang yang berusia di atas 60 tahun,” ucap dr. Alvin.
Oleh sebab itu, ia menyarankan agar Anda menjaga asupan makanan sejak dini, agar terhindar dari penyakit ini ketika lansia.
“Kunci agar terhindar dari penyakit limfoma adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mengatasi gejala peradangan yang mungkin muncul,” jelasnya.
Ia menerangkan agar memakan sayuran hijau, kunyit, jahe, makanan dengan probiotik, lemak sehat, biji-bijian, dan juga anggur.
Eveline Ramadhini