Banyak orangtua yang tidak memberikan pilihan kepada anaknya agar menjadi anak penurut atau tidak menyemai benih durhaka. Tapi, apakah hal tersebut efektif?
Wartapilihan.com, Jakarta –Menurut Sarra Risman, pemerhati parenting, memakan masakan yang ada, membelikan baju yang orang tua sukai, memilihkan lingkungan, memilihkan sekolah, adalah hal yang baik. Ia setuju soal hal tersebut. Namun, menurutnya, keterampilan menentukan pilihan amatlah jauh berbeda dengan kepatuhan.
“Saya biasanya memberikan 2-3 pilihan pada anak, tidak banyak-banyak, agar mereka berlatih untuk memilih. Karena menurut saya memilih itu sangat penting. Karena hidup ini semuanya adalah pilihan,” tutur Sarra, dalam grup ‘Parenting With Elly Risman and Family’, yang ia tulis beberapa waktu lalu.
“Kata oranf, life is all about choices. Enggak mungkin kita bisa membuat keputusan yang terbaik, kalau dari kecil ia enggak dilatih memilih pilihan yang ada,” terang anak dari Elly Risman ini.
Ia pun memberi permisalan. Sarra membiarkan anak memilih pakaiannya sendiri ketika mandi yang notabene dilakukan dua kali sehari. Begitu juga dengan makanan, Sarra mengaku, hanya memasak sesuai permintaan ketika sedang malas berpikir, dan bahan makanan sedang banyak.
“Jadi menurut saya, tergantung bagaimana melihatnya. Patuh memang wajib, jelas. Santun dan bakti juga. Tetapi, keterampilan untuk memilih tidak kalah pentingnya,” tekan dia.
Dia menegaskan, bersikap menentukan boleh saja dilakukan orang tua, namun perlu untuk menanyakan sesekali pendapat anak-anak sesuai pilihan dan kemauan mereka.
Ilmu Agama dan Ilmu Parenting
Lebih lanjut Sarra mengatakan, ilmu agama dan ilmu parenting adalah dua muka yang berbeda dari satu koin yang sama tidak bisa dipisah-pisahkan karena yang satu akan memberikan ilmu untuk melewati hal-hal yang sedang kita alami sehari-hari; dan satu sisi lagi memberikan dasar dan jangkar kemana harus berpedoman.
“Tidak bisa kita cari bagaimana cara menyapih anak, melatih mereka toilet training, atau bagaimana cara menghentikan ia mengisap jari di Quran yang menjelaskannya secara gamblang dan praktis,” tuturnya.
Tetapi di sisi lain, tidak bisa juga murni parenting saja. Harus parenting yang berbalut Al-Qur’an.
Maka, menurut dia, seharusnya kedua ilmu antara parenting dan agama harus saling mengisi untuk membantu membesarkan anak-anak yang sukses dunia akhirat.
“Ilmu dunia, belajar ke yg ahlinya di dunia. seperti arsitektur, kuliner, pertanian, tidak semua ada dalam Al-Qur’an, seperti resep bikin rendang, cara bikin jembatan gantung dsb, smua ilmu dunia ini tinggal kita balut dengan agama agar jadi pahala,” pungkas dia.
Eveline Ramadhini