Mayday, Momentum Perjuangan Buruh dan Rakyat

by
Demo buruh. Foto: Istimewa

 

Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) menuntut Pemerintah agar fokus menyelesaikan persoalan-persoalan pokok kaum buruh di Indonesia.

Wartapilihan.com, Jakarta Dalam catatan pengalaman peringatan Mayday, momentum ini selalu digunakan oleh organisasi-organisasi serikat buruh, dan berbagai organisasi rakyat lainnya untuk melakukan aksi dan kampanye, untuk menyuarakan aspirasi dan mengajukan tuntutan kepada pemerintah atas bermacam persoalan yang dihadapi oleh buruh dan rakyat.

Di Jakarta, ribuan orang selalu memadati Istana Negara pada 1 Mei, meneriakkan tuntutan agar didengar oleh pemerintah yang berkuasa. Hal ini dilakukan karena Mayday sudah seharusnya dimaknai sebagai peringatan atas perjuangan panjang yang tidak kenal lelah ataupun menyerah. Peringatan Mayday sudah semestinya dijadikan sebagai semangat perlawanan, agar terus konsisten berjuang untuk pemenuhan hak-hak buruh dan rakyat.

“Meski demikian, tidak dapat dipungkiri, terdapat usaha-usaha lain, khususnya dari pemerintah dan pengusaha yang mencoba mengaburkan peringatan Mayday sebagai momentum perjuangan bagi gerakan buruh dan rakyat. Beberapa tahun terakhir, pemerintah sangat gencar mengkampanyekan Mayday sebagai hari libur dan sebaiknya digunakan oleh buruh untuk istirahat, berlibur bersama keluarga, dan tidak menggelar demo dan aksi-aksi massa,” kata ketua Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) Rudi HB Daman di Jakarta (13/4).

Merespon hal itu, Rudi menyatakan, sebaiknya pemerintah menghentikan usaha-usaha untuk mengaburkan makna peringatan Mayday bagi kaum buruh dan rakyat dengan mengusung tema Mayday is a Fun Day, dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang tidak memiliki relasi kongkret atas persoalan yang dihadapi oleh buruh.

“Bagaimana buruh dapat gembira ketika kenaikan upahnya saja dibatasi, bagaimana merasa gembira apabila PHK mengancam setiap saat, masih terdapat sistem kerja kontrak, outsourcing dan pemagangan. Mana mungkin buruh akan gembira jika berserikat saja masih dihalang-halangi, menggelar aksi dan pemogokan dihadapi oleh militer, bahkan dikriminalisasi,” tuturnya.

“Tidak akan pernah buruh merasa gembira jika harga-harga kebutuhan pokok terus naik dan tidak terkendali sementara PP 78 tahun 2015 tentang Pengupahan terus di pertahankan, tidak di cabut oleh pemerintah,” ungkapnya.

Seharusnya, saran Rudi, pemerintah fokus bekerja dan hadir untuk kaum buruh dan rakyat, menyelesaikan persoalan-persoalan kongkret yang dihadapi oleh buruh tersebut. Sepanjang masalah upah, kepastian kerja, kebebasan berorganisasi, jaminan sosial dan menyampaikan pendapat, serta harga kebutuhan pokok rakyat tidak dapat dikendalikan, maka tidak ada syarat untuk mengatakan buruh bergembira.

“Pada peringatan Mayday 2018, GSBI akan tetap konsisten untuk melakukan aksi dan kampanye secara nasional, mengusung tuntutan-tuntutan kaum buruh dan rakyat di Indonesia, sebagai bentuk nyata bagaimana organisasi memaknai Mayday sebagai momentum perjuangan. Meneladani dan memperingati semangat perjuangan tanpa kenal lelah kaum buruh hingga sampai kemenangannya,” tandasnya.

Sebagai informasi, tahun ini melalui situs resminya, Kementerian Ketenagakerjaan RI dalam rangka peringatan Mayday 2018 bahkan membuat berbagai bentuk kegiatan dengan mengusung tema, “Mayday is a Fun Day” atau Mayday adalah hari bergembira. Berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan antara lain; Lomba Memasak Kreasi Ikan, bertempat di DMall Depok (14 April 2018), Pemeriksaan Kesehatan Gratis Pekerja/Buruh, bertempat di CFD Pakansari-Kab. Bogor (15 April 2018), Buruh Mengaji, bertempat di Masjid Raya Puri Teluk Jambe, Karawang Barat (21 April 2018).

Selain itu, terdapat lomba Senam Maumere Pekerja/Buruh, bertempat di GOR Kamal Muara (22 April 2018), Sepeda Santai Pekerja/Buruh, Start: Galaxi Tirtamas Club, Bekasi (22 April 2018), Khitanan Massal Bagi Anak Pekerja/Buruh, bertempat di Rumah Sunatan Pusat, Jatiasih (28 April 2018), Jalan Santai Pekerja/Buruh, di CFD Kota Tangerang (29 April 2018) dan Kompetisi Band Pekerja/Buruh, di Tamini Square Jakarta (29 April 2018).

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *