Lock Down vs Social Distancing di Mata Netizen

by

Virus Corona telah menghebohkan masyarakat dunia, tidak terkecuali Indonesia. Terminologi yang tidak pernah dikenal di publik Indonesia akhirnya mencuat gara-gara virusCorona ini. Terminologi itu adalah “Lock Down” dan “Social Distancing”. Bagaimana kehebohan ini terekam di dunia digital? 

Wartapilihan.com, Jakarta– Trend pemberitaan tentang istilah lock down dan social distancing dalam 7 hari terakhir bisa dilihat pada grafik berikut:

Gambar 1. Trend pemberitaan tentang lock down (biru) vs social distancing (merah)

Kekhawatiran akan paparan virus Corona dan juga kebijakan pemerintah untuk mengantisipasi
virus corona telah menggegerkan masyarakat.

Untuk mengetahui apa suara netizen terkait masalah lock down dan social distancing ini, berikut data hasil crawling dari Twitter dengan hastag sebagaimana bisa dilihat pada Gambar di bawah ini. Data diambil dari tanggal 16 Maret sampai dengan
tanggal 20 Maret 2020.

Gambar 2.Percakapan Twitter dari tanggal 16-20 Maret 2020

Secara umum,  hasil crawling percakapan di Twitter ini,  mula-mula masih agak asing istilah lock
down maupun social distancing. Namun seiring dengan berlalunya waktu istilah ini mulai dikenal. Apalagi
dilanjutkan ajakan dengan tagar #dirumahsaja dan #jagajarak, makin menguatkan istilah lock down
dan social distancing. Meski kalau dicermati masih dominan retweet dibanding status langsung.

Ada fenomena menarik dari cuitan netizen terkait lock down dan social distancing, diantaranya:

  • Masyarakat umum nya tidak peduli lock down itu apa. Mereka hanya takut kalau lock down
    diberlakukan mereka tidak akan dapat uang, karena bayangan mereka lock down identik dengan
    kelaparan. Bahkan terkesan masyarakat lebih takut lapar daripada terpapar Corona. Namun kalau
    kekhawatiran tersebut dicover, nampaknya masyarakat akan baik-baik saja.
  • Terkait ajakan jaga jarak (social distancing) awalnya banyak yang meremehkan. Apalagi ketika melihat
    sikap petinggi negara yang terkesan abai dengan corona sebagaimana yang tercermin dari salam siku
    misalnya. Puncaknya adalah ketika gubernur Anies membatasi jumlah angkutan bus way dan MRT
    yang mengakibatkan bulian dan makian. Bahkan tagar #GubernurTerbodoh sempat menjadi trending
    topik, terlepas dari yang melambungkannya adalah buzzeRp (buzzer bayaran) atau tidak.

Lalu bagaimana sikap pemerintah dalam menyikapi wabah Corona ini? Mula-mula pemerintah
memberikan kewenangan penuh kepada kepala daerah untuk mennetukan sendiri tingkat kedaruratan
terhadap Corona di tanggal 15 Maret 2020 (https://nasional.sindonews.com/read/1557148/15/jokowiminta-kepala-daerah-tentukan-sendiri-tingkat-kedaruratan-corona-1584265113).

Untuk wilayah Jakarta, Anies menterjemahkan kewenangan yang diberikan pemerintah dengan mengajak masyarakat mengikuti
ajakan Jokowi dengan kerja dari rumah (https://www.cnbcindonesia.com/news/20200316125148-4-
145145/anies-ajak-warga-jakarta-ikut-arahan-jokowi-kerja-dari-rumah). Bahkan untuk memaksa
masyarakat kerja dari rumah, Anies telah melakukan pembatasan operasi angkutan umum milik pemprov
DKI seperti bus way, MRT dan LRT.
(https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/17/08254891/pembatasan-operasi-angkutan-umum-alaanies-yang-hanya-bertahan-sehari?page=all).

Nampaknya masyarakat belum siap dengan ajakan Jokowi untuk kerja dari rumah. Masyarakat
masih kerja seperti biasa. Dampaknya terjadi penumpukan dimana-mana. Bahkan ketika ada permintaan
kepada Anies untuk menambah armada, dijawab dengan lugas oleh beliau bahwa solusinya bukan
menambah armada, tetapi jangan bepergian karena virus ada dimana-mana dan tidak kenal hari libur atau
hari kerja. Sikap ini telah menuai bulian dan cacian di media sosial dengan trending topik
#GubernurTerbodoh.

Akhirnya pembatasan angkutan umum di Jakarta di hapuskan sehari kemudian.
Langkah tanggap Anies menghadapi Corona ternyata menuai banyak pujian. Pendukung berat
Jokowi seperti Ernest dan Tompi (https://www.kompas.tv/article/71300/ernest-hingga-tompi-puji-
gubernur-anies-baswedan), menteri (https://carapandang.com/read-news/menteri-tjahjo-puji-langkahanies-baswedan-dalam-penanganan-virus-corona-) bahkan Jokowi pun juga memuji langkah tanggap
Corona yang dilakukan Anies (https://www.wartaekonomi.co.id/read276365/tanggap-corona-jokowi-pujianies).
Mungkin karena pamor Anies mulai naik dan dirasa mulai membahayakan reputasi pemerintah
khususnya dalam penanganan Corona, akhirnya kewenangan penanganan Corona pun diambil alih kembali
oleh pusat di tanggal 17 Maret 2020 (https://katadata.co.id/berita/2020/03/17/mendagri-ingatkan-anieslockdown-wewenang-presiden-karena-7-faktor). Bahkan tim tanggap Covid-19 DKI juga dibubarkan
(https://www.wartaekonomi.co.id/read276971/tim-tanggap-covid-19-dki-jakarta-resmi-dibubarkan)

Anehnya, kebijakan ambigu ini kemudian dikoreksi kembali dengan menyerahkan kembali
kewenangan penanganan Corona kepada daerah. Bahkan Jakarta dijadikan epicenter corona pusat di tanggal
20 Maret 2020 (https://news.detik.com/berita/d-4946513/soal-jakarta-jadi-epicenter-corona-pusatserahkan-penanganannya-ke-anies). Entahlah apa yang menjadi latar belakang kebijakan yang ‘esuk dele
sore tempe’ semacam ini. Barangkali UU No 6/2018 pasal 55 tentang kekarantinaan kesehatan yang
menjadi bahan pertimbangan utama pemerintah.

Berikut adalah kutipan UU No 6/2018 pasal 55 ayat 1
(1) Selama dalam Karantina Wilayah, kebutuhan hidup dasar orang dan makanan hewan ternak yang
berada di wilayah karantina menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat
Bisa jadi tanggung jawab ini menjadi pertimbangan utama, mengingat posisi utang Pemerintah per
akhir Januari 2020 berada di angka Rp 4.817,55 triliun, dengan asumsi PDB per kapita akhir Januari Rp
15.944,78, maka rasio utang pemerintah terhadap PDB menjadi 30,21 persen
(https://www.cnbcindonesia.com/news/20200221112442-4-139516/utang-pemerintah-di-januari-rp-4817-
t-setara-3021-pdb ). Jadi, biar tidak semakin berat beban pemerintah, maka kebijakan terkait wabah Corona
di serahkan kepada daerah. Mudah-mudahan ini tidak dimaknai sebagai tindakan lepas tanggung jawab
he..he…

Disisi lain, kalau dibanding negara-negara lain yang sudah terlebih dahulu melakukan lock down,
Indonesia menduduki nomor buncit dalam kesiapan menghadapi Corona (Gambar 3). Dengan kondisi ini,
skema lock down menjadi alternatif yang paling rasional.

Gambar 3. Kesiapan Indonesia menghadapi virus Corona

Barangkali itu sebabnya, begitu mandat pusat diserahkan kembali ke daerah, bahkan Jakarta
ditetapkan sebagai episentrum penyebaran Corona, Anies segera menyiapkan skema lock down
(https://megapolitan.okezone.com/read/2020/03/19/338/2185921/anies-baswedan-kita-sedangmenyiapkan-skema-lockdown-jakarta). Bahkan Anies juga sudah mulai merumuskan subsidi untuk warga
Jakarta yang kurang mampu jika skema lock down sudah dijalankan
(https://www.antaranews.com/berita/1371082/pemprov-dki-rumuskan-subsidi-untuk-warga-jakarta).
Mudah-mudahan penyebaran virus Corona tidak semakin menyebar luas yang akan berakibat fatal bagi
Indonesia secara keseluruhan.

Lalu, bagaimana tanggapan netizen kepada pemerintah terkait dengan penanganan wabah Corona
ini? Sebelum membahas hal ini secara lebih mendalam, berikut adalah beberapa ‘blunder’ pemerintah
terkait isu corona, diantaranya: tidak membuka semua data tentang corona dan sebaran penularan serta
rumah sakit yang merawatnya (https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/159957/salah-langkahjokowi-hadapi-wabah-corona), tidak sinkronnya data pemerintah dan pemda terkait dengan corona
(https://tirto.id/merekam-sepekan-misinformasi-corona-antara-pemerintah-ri-pemda-eFgX), bahkan
anggaran untuk influencer 2 kali lebih besar daripada anggaran untuk kemenkes dalam mengurusi corona
(https://www.suara.com/news/2020/03/06/072000/anggaran-influencer-2-kali-lebih-besar-daripadakemenkes-dalam-urusi-corona). Gelombang ketidakpuasan pun muncul yang diwakili tagar #IndonesiaButuhPemimpin yang diinisiasi oleh Said Didu. Tagar ini sempat merajai trending topik no 1 selama 10 jam dan akhirnya dihentikan oleh Twitter. Diinisiasilah tagar baru #IndonesianeedLeader untuk
menggantikan tagar #IndonesiButuhPemimpin.

Melihat hal ini, buzzeRp tidak tinggal diam. Maka diluncurkanlah tagar #DukungJokowiBasmiCorona. Tagar ini sempat menjadi trending topik menggantikan tagar #IndonesiaButuhPemimpin yang dihentikan oleh Twitter. Meski demikian ternyata tagar
#DukungJokowiBasmiCorona yang dimotori oleh Cebongmilitan tetap tidak mampu membendung
#IndonesiButuhPemimpin dan #IndonesianeedLeader yang dimotori oleh Said Didu sebagaimana terlihat
pada tampilan SNA di Gambar 4. Dari peta tersebut terlihat betapa dominannya warna ungu dibanding
warna yang lain

Gambar 4. Peta SNA percakapan Twitter tentang IndonesiaButuhPemimpin vs
DukungJokowiBasmiCorona

Bagaimana perkembangan percakapan digital selanjutnya? Sepertinya akan semakin seru. Terminologi-terminologi lain seperti  herd immunity mulai ramai diperbincangkan sebagai pilihan strategi menghadapi pandemi Covid-19 selain lock down. Apapun itu, semoga pandemi ini dapat segera diatasi dan situasi kembali normal seperti sedia kala. Aamiin YRA.

Ir. Munawar, MSi, PhD

Dosen & Praktisi IT, tinggal di Depok

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *