Pada Kamis, 9 November lalu, Laksamana Keumala Hayati dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Ia perempuan muslimah Aceh yang berjuang melawan penjajahan Belanda.
Wartapilihan.com, Jakarta –Malahayati panggilan nama perempuan itu. Kala itu, ia memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee, para janda pahlawan yang telah syahid untuk berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda.
Pada 11 September 1599 kala itu, selain dilakukan penyerangan terhadap kapal, Malahayati juga berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Gelar Laksamana ia dapatkan atas keberaniannya, hingga kini ia dikenal sebagai Laksamana Malahayati.
Gelar pahlawan nasional di Istana Negara dari Presiden Joko Widodo kini ia dapatkan yang diterima oleh ahli warisnya, Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nuralam nun tengah menetap di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Husaini Ibrahim, seorang sejarawan dan arkeolog Aceh mengatakan, penggelaran Malahayati sebagai pahlawan nasional sudah sangat tepat. Jasa dan perjuangan Malahayati sangat besar. Ia menerangkan, perempuan muslimah ini merupakan laksamana perempuan pertama di nusantara.
“Jadi, sangat wajar kalau Laksamana Malahayati diangkat sebagai pahlawan nasional,” papar Husaini, kepada para wartawan, di kediamannya, Kamis (9/11/2017).
“Beliau bertempur di Selat Malaka. Jadi sosok Malahayati bukan hanya berjuang pada tataran yang rendah tapi ada perjuangan-perjuangan yang sangat besar. Beliau menghadapi perjuangan yang sangat berat seperti tantangan Portugis dan Belanda,” lanjut Husaini.
Datuk Pocut Haslinda sebagai salah satu ahli waris menerangkan, sejak tahun 2004 para keturunannya mencoba untuk mengkaji tentang Laksamana Malahayati, mulai dari kisah hidupnya, dan silsilah keluarganya.
“Kemudian saya coba menerbitkan sebuah buku, perempuan dalam lintasan sejarah . Buku ini yg diserahkan sebagai bukti sejarah dalam tinta emas. Hal ini menjadi bahan permohonan (kepada pemerintah) meminta laksamana sebagai pahlawan Nasional,” tutur Datuk Pocut.
Ia merasa, selama ini tidak ada yang peduli serta mengkaji ulang mengenai Laksamana Malahayati, hingga akhirnya Datuk Pocut dan keluarga mencoba menggali ‘harta peninggalan’ dari Laksamana Malahayati.
“Saya juga ikut hadir kemarin di Istana Merdeka, waktu bunda saya menerima penghargaan tersebut. Sejarah 400 tahun lalu akhirnya kita berhasil menjadikan beliau sebagai pahlawan nasional, putri bangsawan yang tanpa pamrih berperang melawan penjajah di lautan selat Malaka,” tandas Datuk Pocut.
Eveline Ramadhini