Kiat Komunikasi Pasangan

by
foto:https://ahmedfikreatif.files.wordpress.com

Pasca pernikahan, komunikasi antar kedua orang tidak selancar, seindah maupun sehangat ketika ‘pacaran’ dahulu; Komunikasi yang tidak nyambung ini seringkali mengambil andil besar terhadap peluang perceraian.

Wartapilihan.com, Jakarta –-Elly Risman menjelaskan kenapa hal ini dapat terjadi. Pasalnya, kebiasaan dan sikap asli masing-masing akan terkuak. Ekspresi emosi pun secara otomatis akan nampak, seperti sifat marah, menghakimi, dan lainnya.

“Dari pengalaman saya menghadapi berbagai kasus keluarga dan perceraian, ketika pasangan ini belum menikah, mereka tidak mengetahui atau diberi tahu bahwa masing masing harus mempelajari latar belakang pengasuhan pasangannya dan mengapa perlu tahu,”

“Yang paling buruk adalah kenyataan bahwa masing masing pasangan tersebut bahkan tidak cukup kenal dengan dirinya sendiri,” kata Elly, dalam Grup Tertutup ‘Parenting with Elly Risman and Family’, Rabu, (3/12/2017).

Sayangnya, kebanyakan pasangan tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah menciptakan laki laki dan perempuan itu berbeda, mulai dari otaknya, hormon-hormonnya, alat kelamin, ratio otot daging, dan juga kapasitas paru paru.

“Masing-masing pasangan kebanyakan tidak memiliki ketrampilan bicara yang benar, baik dan menyenangkan serta kurang memiliki ketrampilan mendengar; dampaknya, tak mampu berkomunikasi yang baik, bersih dan jelas,” lanjut Elly.

Dampaknya, kebutuhan semakin beda, marah mencuat, bersitegang, bertengkar, saling merendahkan, menyalahkan, menjelek-jelekan dan menjatuhkan saling menuduh, menghakimi, mencap, bahkan sampai menyebut-nyebut orang tua.

“Akhirnya saling diam diaman, bicara seperlunya saja semuanya membuat semakin sunyi di hati,” tutur dia.

Jika demikian, Elly menekankan, maka akan banyak masalah jika tumbuh dalam keluarga yang seperti ini. “Dalam iklim psikologis di rumah yang buruk sekali itulah anak tumbuh dan berkembang. Bayangkanlah dampak bagi perkembangan kejiwaan, emosi, kecerdasan, sosial dan spiritualnya,” tekannya

Kiat-Kiat Komunikasi

Maka dari itu, Elly memberikan kiat-kiat dalam komunikasi untuk memperkokoh rumah tangga. Pertama, harus disadari  bahwa komunikasi pasangan sesuatu yang sangat penting karena ia mencerminkan iklim rumah, yakni fondasi keluarga, kesehatan pribadi, kesehatan anggota keluarga, cerminan kekuatan, kelemahan dan kesulitan perkawinan dan kelanjutan serta kepuasan hidup.

“Untuk itu, kenalilah masa lalu masing masing pasangan. Apa dan pengasuhan yang bagaimana yang membuatnya seperti sekarang ini yang kita uraikan diatas,”

Ia juga menekankan agar jangan mudah menceraikan atau minta cerai, karena itu adalah pekerjaan halal yang dibenci Allah. Pasalnya, perkawinan ialah perjanjian yang sangat kokoh “Mitsaqan Galidzha”. “Allah lebih tahu, dari yang anda rasa dan fikir kurang atau buruk, disitu banyak kelebihan dan kebaikan menurut Allah,”

Hal yang perlu dipahami pula, Elly menerangkan, waspada dan menyadari bahwa syaithan tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan perkawinan, seperti yang dilakukannya terhadap nabi Adam dan  Hawa, maka pasangan akan terkurung dalam penilaian dan pemikiran yang buruk saja tentang pasangan kita.

“Jadi, berusahalah untuk meningkatkan keimanan, mintalah pertolongan Allah agar dibukakan mata hati kita untuk bersyukur, menerima ketentuan Allah, bersangka baik, melihat kelebihan lebih banyak dari kekurangan, menemukan ‘Inner child” pasangan dan berusaha memaklumi dan perlahan merubahnya,” tutur Elly menambahkan.

Langkah selanjutnya, untuk memperbaiki komunikasi perlu untuk menjadi pendengar yang baik, dengan mendengarkan secara utuh, menyaring tanda bahaya dalam percakapan, mengumpulkan data-data untuk mengutarakan pendapat.

“Berusahalah mendengar yang benar, bukan hanya diam di depan pasangan yang sedang bicara tapi cari tahu apa yang dimaksudkan, dikatakan dan dilakukan pasangan. Tunjukkan kita mengerti pasangan, sehingga hubungan terasa jadi lebih dekat, bisa menikmati kebersamaan, menciptakan dan melanggengkan keintiman,” tukas Elly.

Mendengar yang benar pun membutuhkan komitmen dengan diri sendiri, yang selayaknya menjauhkan prasangka dan berusaha melihat dari sudut pandang pasangan.

“Semua ini memang tidak gampang tapi bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Cobalah sedikit sedikit asal jangan anda menyerah dan kembali ke pola komunikasi yang semula,” pungkasnya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *