WARTAPILIHAN.COM, Jakarta – Di samping mewujudkan peradaban manusia dengan keluhuran moral, di antara kewajiban pokok Rasulullah ialah menyampaikan wahyu, penerapan ajaran, pembentukan manusia seutuhnya dan penegakan, serta pengawalan agama. Hal itu disampaikan anggota Majelis Fatwa Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat, Teten Romly Qomaruddien di Menara Dakwah, Kramat Raya, Jakarta Pusat pada Rabu (24/5).
“Semua itu, tentu sangat membutuhkan bingkai yang memayunginya dimana langkah-langkah strategis perlu dijalankan, itulah kekuatan Al Jamaah. Kartosuwiryo ingin negara baru, padahal kalau negara ada yang bolong maka harus ditambal. Tetapi kalau formatnya mau negara baru, maka akan menimbulkan banyak resistensi,” kata Teten.
Kala itu, lanjut Teten, Mohammad Natsir Allahu Yarham mencari cara utk menasehati Kartosuwiryo, akhirnya beliau datang ke Tuan Hassan. Demi umat dan demi keutuhan bangsa, Tuan Hasan datang ke tempat Pak Kartosuwiryo. Setelah 3 hari baru diketahui Tuan Hassan yang datang dan diterima oleh Kartosuwiryo karena tempat sangat steril.
“Setelah membaca surat Pak Natsir, akhirnya beliau (Kartosuwiryo) mengurungkan niatnya, bukan tidak menginginkan negara Islam, tetapi ke depan jauh banyak pekerjaan dan persoalan bangsa. Akhirnya terjadi pagar betis sampai disebut oleh orde baru sebagai ekstrim kanan,” Teten menjelaskan.
Anggota Dewan Hisbah PP Persis ini menilai, apakah Khilafah itu merupakan tujuan atau metode dan media untuk meraih tujuan. Bagi yang memahami bahwa khilafah itu tujuan, maka khilafah itu merupakan harga mati wajib dkhilafah. Adapun yang memahami khilafah itu sebagai metode, kewajiban menegakkan khilafah ini dimaknai usaha bagaimana syariah itu ditegakkan, sekalipun bentuknya tidak mesti kekhilafahan.
“Dalam konteks modern, kelompok pertama dianut di antaranya oleh Jama’atul Muslimin dengan tokohnya Syaikh Syukri Ahmad Mustofa, Hizbut Tahrir Yordania dengan tokohnya Taqiyyudin An Nabhani. Adapun skala lokal dulu dianut oleh SM. Kartosuwiryo dengan Darul Islam, dan Abdul Kadir Baraja dengan Khilaafatul Muslimin,” papar kandidat doktoral S3 pemikiran Islam tersebut.
Kelompok kedua, dianut oleh Ikhwanul Muslimin Mesir dengan tokohnya Hassan al-Banna, Jama’at Islami Pakistan Sayyid Abul A’la Al maududi. Adapun skala lokal berdirinya Masyumi dengan tokohnya Dr. Mohammad Nasir dan kawan-kawan yang berhasil menunjukkan kepada dunia akan kepiawaiannya dalam memberikan wawasan Islam integral tanpa meninggalkan spirit keindonesiaan.
“Isu khilafah ini menggelembung dan mengkristal. Sehingga muncul fenomena baru ISIS, yang sudah memproklamirkan berdirinya Khilafah dari Irak dan Syam. Setelah ISIS hanya IS (Islamic State) yang berlaku untuk seluruh dunia. Namun, mengapa kehadirannya banyak ditentang oleh para ulama. Dimana setelah melihat di lapangan banyak agen Mossad, CIA dan lain sebagainya,” tutur Ketua Bidang Ghazul Fikri dan Harakah Haddamah Dewan Da’wah.
Menurutnya, terminologi khilafah dapat dipetakan dalam tiga hal. Pertama, khilafah merupakan Fitrah dari Allah SWT. Hal ini dibuktikan dengan dipercayanya Nabi Adam AS dan keturunannya sebagai pemimpin, pelaksana ajaran, dan pemakmur bumi seiring dengan ilmu yang dianugerahkan-Nya (Qs. Al-Baqarah: 30).
“Kedua, khilafah merupakan kehendak dan janji Allah (iraadatan wa wa’dan minalloh). Hal ini ditunjukkan kepada mereka yang telah berusaha menjadi orang-orang beriman dan beramal saleh, menegakkan tauhid, dan menjalankan syariat-Nya yang tergambar dalam Surat An-Nuur ayat 55,” tukas dia.
Ketiga, khilafah merupakan upaya sungguh-sungguh dari orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Hal ini diwujudkan dengan berbagai usaha yang didorong atas dasar wajibnya menjalankan kesempurnaan agama dengan merujuk kepada surat Al-Ankabut ayat 69.
“Dalam kaidah usul Fiqih disebutkan; maa la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa waajibun (tidak akan sempurna suatu kewajiban kecuali dengan yang lain maka mengupayakan yang lainnya itu menjadi wajib). Jadi, khilafah itu adalah upaya sungguh-sungguh dari orang beriman dalam menegakkan agama atas landasan ilmu, amal, dan semangat tauhid. Sehingga aturan dunia dapat tertata dengan baik dan penghuninya mampu menjalankan ajaran-ajaran agama,” tandasnya.
Reporter: Ahmad Zuhdi