Kebebasan vs Kebahagiaan

by
Kebebasan vs Kebahagiaan

Wartapilihan.com – Kebebasan adalah landasan berfikir dan pedoman hidup Barat. Sehingga ketika gedung WTC dihancurkan oleh Mujahidin Afghan, Presiden Bush menyatakan bahwa ‘musuhnya bisa menghancurkan gedung-gedung tapi tidak akan bisa menghancurkan fondasi Amerika’.

Ideologi kebebasan memang seolah-olah indah. Tapi di dalamnya banyak kontradiksi dan menimbulkan egoisme yang berlebihan. Kebebasan cenderung menuruti hawa nafsu. Para remaja yang menganut faham kebebasan, maka ia akan berpacaran dan berhubungan seks bebas, mengkonsumsi narkoba dan seterusnya sehingga merusak dirinya sendiri. Suami atau istri yang berfaham bebas, maka keduanya bisa melakukan perselingkuhan dan akibatnya rumah tangganya hancur, anak tidak terurus dan seterusnya.

Kebebasan bisa dikatakan anak kandung dari ideologi materialisme. Ia melihat dunia ini adalah segalanya, sehingga harus dinikmati sepuas-puasnya. Mereka tidak percaya atau sangat ragu terhadap Tuhan dan hidup sesudah mati.

Akibatnya mereka menganggap bahwa kehidupan manusia seperti hewan. Siapa yang kuat maka ia yang menang. Ini bisa ditelusuri dari ideologi Charles Darwin, Survival of The Fittest. Dari ideologi inilah kemudian timbul manusia satu dengan yang lain ‘selalu bersaing’ atau bertengkar dan ‘siapa yang kuat atau paling buas’ yang menang. Maka timbullah kemudian perlombaan senjata, hingga penciptaan senjata nuklir yang sebenarnya menghancurkan pembuat itu sendiri.

Ideologi kebebasan yang melahirkan materialisme ini juga menyebabkan penciptaan obat-obat kimia yang efeknya seringkali merusak badan manusia itu sendiri.

Ideologi ini meniadakan hukum halal haram pada manusia. Mereka meniadakan nilai. Karena tidak adanya Kitab atau landasan yang dipegang, maka semua boleh. Aturan dibuat –misalnya perjanjian internasional—untuk menguntungkan sang penguasa dunia (Amerika cs). Maka jangan heran Bush meluncurkan UU Antiterorisme yang tujuan sebenarnya untuk menghadirkan citra buruk pada Islam. Amerika dan Israel yang telah membunuh jutaan orang dalam waktu kurang dua puluh tahun tidak ada yang menjuluki mereka negara teroris. Tidak ada atau tidak dipublikasikan luas istilah teroris Kristen, tapi yang ada adalah teroris Muslim dan seterusnya.

Bila kita cermat menganalisa, maka istilah kebebasan adalah istilah yang ‘menipu’. Tidak ada kebebasan mutlak pada manusia. Menarik ungkapan ahli psikologi Islam terkenal Ibnu Qayim Al Jauziyah yang menyatakan bahwa manusia kalau tidak menjadi hamba Allah, maka menjadi hamba manusia.

Lihatlah manusia tidak bebas menggunakan matanya. Bila semua hal dilihat atau dipandang, maka ia akan bingung sendiri. Begitu juga dengan tangan, kaki dan otaknya. Bila semua tempat dijalani, belum tentu ia akan mencapai kebahagiaan, begitu juga bila semua hal difikirkan manusia akan stress sendiri.

Mata manusia diciptakan Tuhan (Allah) terbatas. Ia tidak bisa melihat dibalik tembok atau dalam jarak yang jauh atau dalam kegelapan. Telinga juga diciptakan Allah terbatas. Ia hanya mendengar pada gelombang suara tertentu. BIla suaranya sangat keras diperdengarkan di telinga kita, maka ‘gendang telinga’ bisa putus.

Maka sebenarnya manusia akan mencapai kebahagiaan bila menyadari keterbatasannya. Dan manusia di dunia (dan setelah dunia) hakikatnya mencari kebahagiaan bukan mencari kebebasan.

Dan bahagia bagi manusia apabila ia ada harapan. Ada harapan masa depan. Bukan hanya masa depan hidup di dunia ini, tapi juga masa depan setelah kehidupan dunia.

Mereka yang berideologi kebebasan merasa tidak mempunyai harapan setelah kehidupan dunia ini. Sehingga dunia ini menjadi tujuan segalanya. Maka jangan heran dulu Portugis, Belanda melakukan penjelajahan dunia, menjajah Nusantara untuk menguasai wilayah ini dan menikmati sebesar-besarnya hasil bumi bangsa ini. Begitu juga Amerika ‘memeras’ tambang Freeport Indonesia untuk dibawa ke sana, untuk keberlangsungan masa depan mereka. Begitupula ketika Amerika menghancurleburkan Irak tujuannya adalah mengeruk sebesar-besarnya kekayaan minyak Irak, untuk keberlangsungan energi di masa kini dan di masa depan. Karena mereka butuh energi minyak untuk ribuan pesawat dan puluhan kapal induk di seluruh dunia.

Hal yang sama dilakukan Yahudi Zionis Israel. Sebelum Deklarasi Kemerdekaannya 1948, tentara-tentara Israel dengan bengis membantai ratusan/ribuan kaum Muslimin di Palestina. ‘Ratusan ribu’ orang meninggal dan jutaan kaum Muslim mengungsi dari Palestina karena kekejaman Israel ini.

Negara-negara yang bengis, seperti Amerika, Israel dll hanya melihat angka kematian manusia seperti hitungan statistik semata. Keyakinannya terhadap materialisme dan penolakannya ada kehidupan setelah kematian itu menjadikan mereka memperlakukan manusia seperti hewan. Manusia lain hanya dilihat sebagai produk yang bisa dimanfaatkan atau bila manfaatnya tidak ada dibuang atau dibunuh.

Apakah tidak ada kebebasan dalam Islam? Ada. Justru kebebasan atau kemerdekaan dalam Islam, tujuannya untuk kebahagiaan manusia sendiri. Kebebasan dalam Islam adalah pada hal-hal yang tidak dilarang oleh Tuhan (Allah) dalam Al Qur’an (dan al Hadits yang mutawatir/sahih sebagai penjelas Al Qur’an).

Misalnya shalat. Mungkin orang yang di luar Islam akan mengatakan ‘berat banget ya, shalat lima waktu, bahkan malam hari’, merepotkan dan mengganggu pekerjaan’   Benarkah demikian perasaan Muslim yang melakukan shalat? Justru dengan shalat itu si Muslim merasa bahagia. Dan bila ia meninggalkan akan resah. Karena bagi seorang Muslim kebahagiaan sejati adalah bila dapat melakukan ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Bukan kebahagiaan sejati diperoleh dengan menaati manusia.

Apalagi shalat adalah waktu jeda untuk seseorang melakukan istirahat, dari berhubungan

Dengan manusia kepada hubungan dengan pencipta-Nya. Shalat bisa merefreshing otak sehingga manusia bisa menjadi lebih tenang menjalani kehidupan selanjutnya.

Al Quran menyatakan:

“Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar (bahagia di atas bahagia),” (QS al Ahzab 71)

“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.” (QS Al Baqarah 119)

“Dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” (QS Al Isra’ 105)

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS al Anbiya’ 107).

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,” (QS Al Baqarah 45)

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al Ankabut 45). Wallaahu aliimun hakim. |

Penulis : Dachli Hasyim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *