Menurutnya, politik dapat memengaruhi semua tatanan di masyarakat khususnya permasalahan dalam keluarga.
Wartapilihan.com, Jakarta –Inspirasi sejarah para muslimah di zaman Rasulullah mendorong aktivis muslimah lintas profesi yang selama ini berperan aktif di masyarakat untuk tergabung dalam Aliansi Perempuan Peduli Indonesia (ALPPIND).
Aliansi mengajak para tokoh perempuan, aktivis, baik dari kalangan akademisi, pengusaha, penggiat seni, politikus membangun kekuatan besar dalam gerakan penyadaran terhadap pentingnya pembangunan ketahanan keluarga.
“Kami yakin, ketika semua keluarga memiliki ketahanan, maka akan memberikan sumbangan terbesar dalam pembangunan ketahanan bangsa. Dan ini menjadi modal sosial yang kuat bagi kita mewujudkan Indonesia bermartabat,” ujar Ketua Umum ALPPIND Ustazah Atifah Hasan kepada Wartapilihan.com di Jakarta, Sabtu (5/5).
Wartawan Warta Pilihan Ahmad Zuhdi berkesempatan wawancara Ustazah Atifah di sela-sela pelantikan pengurus Aliansi Perempuan Peduli Indonesia. Berikut kutipannya:
Bagaimana antisipasi Aliansi dalam merespon persoalan bangsa seperti narkoba, LGBT dan lain-lain?
ALPPIND merupakan wadah tokoh perempuan, aktivis, akademisi, praktisi, pengusaha, penggiat seni, dan politikus. Jadi, permasalahan bangsa yang akut terutama dekadensi moral, akan dirumuskan oleh pengurus yang memang expert di bidangnya. Selain itu, kami akan melakukan sinergitas dengan kementerian dan lembaga terkait.
Tentunya, ketahanan keluarga menjadi muara seluruh stakeholder dalam memerangi narkoba. Mulai dari suami istri, keluarga, masyarakat, dan para dai daiyah guna memberikan penyadaran tentang dampak negatif narkoba.
Untuk dekadensi moral, bagaimana ALPPIND melihatnya?
Baru saja, saya melihat video anak SMA merayakan kelulusannya dengan nilai-nilai yang jauh dari keluhuran bangsa Indonesia. Kami akan mengkaji akar permasalahannya dan berperan aktif dalam menanggulangi hilangnya adab generasi muda saat ini.
Bagaimana keterlibatan perempuan dalam Pilkada 2018 dan Pileg 2019?
Perempuan harus betul-betul terjun di 2018 dan 2019. Sebab, sepuluh tidak akan genap jika kurang satu, seratus tidak akan lengkap jika kurang satu. 50 persen penduduk Indonesia adalah perempuan.
Bahkan, kami menyerukan kepada Ustazah dan Mubalighah untuk peduli dengan politik, cerdas dan teliti dalam memilih pemimpin. Delapan belas tahun lebih kami kecolongan karena tidak adanya kepedulian pemimpin terhadap Islam dan kaum muslimin.
Pada 2019 mendatang, kami menginginkan pemimpin-pemimpin berkualitas, beriman, amanah, adil dengan rakyatnya, dan pemimpin yang membawa kesejahteraan bagi bangsanya baik dzohir maupun batin.
Dari nama Capres-Cawapres yang beredar, kemana kecenderungan ALPPIND?
Siapapun kita dukung. Namun, kami punya kriteria. Yaitu muslim yang berpihak kepada Islam dan dapat meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Bagaimana fenomena dai dan daiyah dilarang berbicara politik di masjid?
Itulah kondisi politik Tanah Air hari ini. Dai dan daiyah ini seharusnya dibebaskan dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Sebab, yang dihadapi adalah audiensi umat Islam. Jadi, jamaah kita harus diberikan pelajaran, wawasan, pengalaman, dan strategi memecahkan masalah.
Bagaimana soal dukung mendukung di dalam dakwah?
Itu bisa saja. Justru, di dalam dakwah bagaimana kita menghimpun kekuatan umat agar tidak terpecah. Sebab, kita tidak akan memiliki pemimpin ideal jika suara di internal (umat Islam) saja terbagi. Kita harus satukan suara sesuai dengan kesepakatan ulama. Selama orang lari dari ulama, maka Allah akan menghadirkan bencana.
Ahmad Zuhdi