Data di Era Industri 4.0

by
foto:istimewa

Industri global terus berevolusi seiring dengan perkembangan teknologi. Memasuki era Industri 4.0, industri di berbagai bidang sudah mulai
mengkombinasikan sistem tradisional dengan berbagai teknologi canggih. Salah satu elemen penting yang dibutuhkan oleh kelima teknologi tersebut ialah data.*

Wartapilihan.com, Jakarta – Pada dasarnya, ada lima teknologi utama yang mendukung tumbuhnya Industry 4.0, yaitu (1) Internet of things (IoT), (2) artificial intelligence (AI), (3) human-machine interface, (4) robot, dan (5) sensor.

Di era industri fase 4.0 ini, data merupakan salah satu sumber daya yang sangat krusial. Data akan banyak memegang peranan penting dalam aktivitas bisnis dan bergeraknya Industri 4.0. Jadi, akan dibutuhkan orang-orang yang cakap dalam menangani data.

Maka, tidak heran apabila profesi yang berkaitan dengan data seperti data scientist atau data engineer akan banyak dicari saat ini.

Dr. Ancella A. Hermawan, MBA, CA selaku Ketua Departemen Akuntansi FEB UI
mendukung para siswanya yang menekuni bidang keuangan untuk memiliki kemampuan dalam teknologi maupun data science. Ancella mengakui, lulusan akuntansi dan keuangan dituntut untuk memiliki kemampuan baik dalam bisnis maupun teknologi untuk mengoptimalisasi bisnis.

“Dalam praktiknya, pada banyak industri yang sudah mapan, sebagian peran dari
akuntan telah digantikan oleh machine learning atau artificial intelligence yang kemudian mendorong kemampuan akuntansi pada cakupan level strategis, yakni analisis dan pengambilan keputusan. Pada era ini, pengambilan keputusan tidak hanya menggunakan intuisi bisnis saja,” ujar Ancella, di IDX Incubator, Menara Mandiri, Jakarta, Sabtu, (5/4/2018).

Menurut dia, bisa dikatakan hampir semua sektor kini memerlukan data scientist untuk membantu bisnis mengambil keputusan berbasis data. Ada tiga skill set yang diperlukan oleh data scientist,
yaitu: segi bisnis dan pemahaman akan pasar maupun konsumen; kemampuan analisis yang berhubungan dengan matematika dan statistik; serta kemampuan teknis terutama dalam hal
coding.

“Akan tetapi, Indonesia masih kekurangan data scientist yang siap guna. Salah satu
akibatnya adalah, sistem pendidikan di Indonesia yang saat ini belum cukup untuk mengakomodir pelatihan atau pendidikan skill set yang dibutuhkan oleh data scientist tersebut,” tuturnya.

Sementara itu, Eddy Junarsin
Ph.D., CFP selaku Head of Business Development Subdirectorate untuk Direktorat Pengembangan Bisnis dan Inkubasi Universitas Gadjah Mada mengungkapkan, di Indonesia, data science masih terus berkembang dan sesungguhnya menawarkan potensi yang luar biasa besar.

“Sayangnya, belum banyak program studi yang menawarkan data science sebagai
tool dan teknik sebagai penyokong di berbagai bidang keilmuan dan bisnis,” ujar Eddy Junarsin dalam kesempatan yang sama.

Di sisi lain, Sapto Wahyu Indratno S.Si.,M.Sc.,Ph.D. selaku Kepala Program Studi Magister Aktuaria FMIPA ITB melihat pembekalan ilmu data science adalah sebuah upaya yang perlu dilakukan untuk menghasilkan talenta siap guna untuk ikut membangun industri 4.0 di Indonesia.

Menurutnya, masih banyak ruang untuk perbaikan dalam pemanfaatan data science di Indonesia untuk turut berperan dalam Industri 4.0.

“Industri di Indonesia masih menggunakan data sebatas statistik deskriptif sederhana, dan belum benar-benar mengksplorasinya untuk tujuan peningkatan produksi dan pembentukan inovasi-inovasi yang mendukung industri. Keadaan ini merupakan peluang bagi data scientist
untuk ikut membantu industri di Indonesia untuk menggali informasi yang ada secara efisien dan efektif,” ujarnya.

Sebagai salah satu komitmen untuk menyediakan akses pelatihan data science bagi seluruh kalangan, Algoritma Data Science Education Center meluncurkan program beasiswa Student Track.

Program ini ditujukan untuk para mahasiswa yang ingin mempelajari data
science agar dapat menyiapkan diri untuk ikut menciptakan inovasi dalam Industri 4.0.

Ridhan Lukita, salah satu penerima beasiswa Student Track dari Universitas Bina Nusantara merasa perlu mendalami data science karena melihat penggunaan data science semakin berkembang, seiring bertambahnya koleksi data yg disimpan oleh perusahaan.

“Perkembangannya pasti pesat sekali, karena di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, karier di bagian data science lowongannya sangat banyak. Tapi di Indonesia, lowongannya masih sedikit, walaupun ada sumber yang menyebutkan kalau demand-nya cukup banyak juga,” ujar Ridhan.

Dalam penyediaan program beasiswa Student Track ini, Algoritma bekerja sama dengan Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Prasetiya Mulya Business School, Universitas Bina Nusantara, dan Telkom University.

Total beasiswa yang diberikan adalah senilai hampir 2 miliar rupiah untuk 125 mahasiswa/i. Tahap pertama Students Track akan dimulai pada tanggal 5 Mei 2018, berdekatan dengan Hari Pendidikan yang jatuh di bulan yang sama. Kelas pertama yang diadakan di Bulan
Mei akan diikuti oleh 23 orang mahasiswa/i.

Algoritma berkolaborasi dengan IDX Incubator yang berlokasi di Jakarta Selatan, sebagai venue partner untuk program Students Track.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *