Hoaks yang Menggurita

by
foto:https://scontent.cdninstagram.com

Di era digital ini, setiap orang patut berhati-hati dengan adanya berita hoaks yang bisa jadi tak disengaja disebarkan teman terdekat Anda.

Wartapilihan.com, Jakarta – Salah satu hoaks yang baru saja tersebar ialah perekrutan relawan di Asian Games XVIII yang akan dilaksanakan tahun ini pada Agustus hingga September mendatang dengan isi berita yang tersebar pada berbagai media sosial, dengan isi sebagai berikut:

“Bapak ibu yg punya saudara/i atau putra/i yg mau ikut melamar jadi volunteer Asian Games XVIII Th 2018 yg akan dialaksanakan 18 Agustus sd 2 September 2018, bisa melamar dengan persyaratan diantaranya :
Mahasiswa/i, usia minimal 18 tahun, penampilan menarik, fasih berbahasa asing, inggris, cina, jepang, dan lain-lain.

Dibutuhkan 10.000 volunteers untuk event di Jkt dan 2.000 volunteers utk event di palembang.
Terdapat honor utk volunteer sebesar Rp 600.000/hari.

Silahkan akses informasi selengkapnya ke
www.volunteer.asiangames2018.id”

Oleh pasal honor yang menggiurkan, dengan mudahnya teks ini menyebar di jagat maya. Tapi rupanya, panitia pelaksanaan Asian Games mulai mengkonfirmasi bahwa berita tersebut tidak benar. Erick Thohir menegaskan, informasi yang beredar merupakan berita palsu dan tidak dikeluarkan oleh Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC).

“Pendaftaran volunter tahap pertama sudah digelar September 2017 untuk kebutuhan test event. Kami mendapatkan volunter yang memadai untuk menunjang test event berupa invitational tournament yang akan berlangsung 10-24 Februari mendatang. Para tenaga sukarelawan itu akan kembali memberikan dukungan saat Games Times pada Agustus nanti. Jadi terkait dengan beredarnya info mengenai pencarian volunter dengan iming-iming uang, saya nyatakan hal itu hoax dan sama sekali tidak benar,” ujar Erick, belum lama ini.

Erick menerangkan, kebutuhan tenaga sukarelawan, atau volunter untuk mendukung Asian Games 2018 Jakarta-Palembang diperkirakan akan besar. Demi melayani sekitar 12 ribu atlet dan ofisial dari 45 negara serta dihadiri sekitar 5.000 media diperlukan jumlah sukarelawan yang bisa mencapai 20 ribu orang serta memiliki kemampuan memadai.

“Oleh karena itu, tak heran jika hingga kini, banyak pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kebutuhan volunter yang besar tersebut untuk tujuan yang tidak benar dan mengambil keuntungan pribadi dengan merugikan INASGOC sebagai penyelenggara Asian Games 2018 serta masyarakat yang benar-benar ingin mendukung sukses pesta olahraga bangsa Asia yang berlangsung, 18 Agustus – 2 September mendatang,” pungkasnya.

Tips Bedakan Hoaks dan Bukan Hoaks

Beth Hewitt, seorang dosen senior di Universitas Salford memberikan tips agar tak tertipu berita hoaks. Ia menceritakan pengalamannya menjadi peneliti tentang berita hoaks dan dampaknya kepada anak muda yang hidup di Inggris selama enam bulan.

“Kami berbicara dengan 300 anak muda berusia antara sembilan dan 14 tahun untuk mencari tahu bagaimana mereka menghadapi berita bohong dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan dampaknya terhadap mereka sewaktu mereka tumbuh dewasa,” terang Beth, dikutip dari The Conversation, Rabu, (10/1/2018).

Hasilnya, menurut dia sangat rumit. Ia mendapati, anak-anak muda sangat memerlukan alat untuk membantu mereka melayari perairan gelap media sosial. Yang paling penting, kami dapati anak-anak muda harus bisa mempercayai apa yang mereka dengar dan lihat di sekeliling mereka saat mereka tumbuh.

“Jika anak muda tidak mempercayai apa yang mereka baca itu benar, maka kepercayaan mereka akan terkikis—dan kemudian mereka bisa berhenti percaya apapun. Dalam jangka panjang ini berarti mereka tidak peduli untuk menjadi bagian dari perdebatan besar tentang politik, kebudayaan, dan masyarakat di mana mereka hidup,” tukas Beth.

Oleh karena itu, Beth memberikan cara agar tidak mudah tertipu berita bohong, yakni dengan memahami apa yang sesungguhnya tengah terjadi, di mana telepon pintar kini sudah menjadi perpanjangan tangan, mata, telinga, dan otak kita.

Pertama, ia menekankan agar mencari tahu sumbernya terlebih dahulu. Periksa situs web di mana berita berasal untuk mengetahui apakah berita disajikan dengan baik, apakah gambar-gambarnya jelas, dan apakah teks ditulis dengan baik serta tanpa kesalahan ejaan atau bahasa berlebih-lebihan.

“Kalau Anda tidak yakin, cobalah klik bagian “about us/tentang kami”, dan pastikan ada uraian jelas yang menerangkan kerja organisasi yang bersangkutan dan riwayatnya. Perhatikan penulisnya,” tutur dia.

Kedua, ia menyarankan agar memastikan artikel yang disebarkan memuat referensi dan tautan ke berita, artikel atau penulis lainnya. “Klik tautan-tautan yang ada dan pastikan semuanya tampak meyakinkan dan layak dipercaya,” imbuh Beth.

Ketiga, dapat dilakukan Google Reverse Image Search. Menurut Beth, Google ini alat luar biasa, yang memungkinkan seseorang melakukan pencarian di Google dengan gambar, bukan kata-kata.

“Caranya sederhana; yang perlu Anda lakukan hanya mengunggah gambar ke situs Google Reverse Image Search dan Anda akan melihat semua web lain dengan gambar-gambar yang sama. Ini memberi tahu Anda situs-situs lain di mana gambar-gambar tersebut digunakan—dan apakah gambar-gambar itu digunakan di luar konteks,” pungkasnya.

Ada juga cara melaporkan hoaks agar tak merugikan lebih banyak orang. Pada Facebook, terdapat fitur ‘report status’ dan kategorikan sebagai berita hoaks; jika banyak aduan, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.

Sedangkan pada Google, dapat digunakan fitur feedback jika berita mengandung informasi palsu. Twitter pun memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.

Pengguna internet juga dapat memberitahukan atau mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id dalam rangka menampung aduan hoax dari masyarakat maya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *