Menyembelih hewan qurban sebaiknya dilakukan secara manual. Dagingnya lebih terjamin halal dan enak.
Wartapilihan.com, Jakarta —“Stunning atau pemingsanan adalah melemahkan hewan sebelum disembelih, agar saat dipotong si hewan dalam keadaan tenang, sehingga penyembelihan berjalan lebih cepat. Menurut negara-negara Barat, stunning adalah sistem pemotongan hewan yang paling berperikehewanan (animal welfare).
Stunning bisa dilakukan dengan membius menggunakan gas karbon (CO2), menyetrum otak (elektctical), atau menembak binatang dengan captive bolt pistol. Cara terakhir ini dilakukan pada hewan besar seperti sapi dan kambing.
Walaupun tidak mewajibkan stunning dalam Exporter Supply Chain Assurance System, namun Australia menekan Indonesia untuk menerapkan pemingsanan.
Menurut Departemen Pertanian Australia, sampai Maret 2013, di Indonesia terdapat 98 RPH yang jadi mata rantai pasokan sapi asal Australia yang telah disetujui. Meliputi 73 RPH untuk stunning saja, 15 RPH untuk non- stunning saja, dan 10 RPH untuk keduanya.
Menanggapi Australia, Pimpinan MUI dan Komisi Fatwa MUI dalam Sosialisasi dengan 16 MUI Provinsi pada akhir April 2013, menyatakan, penyembelihan secara mekanis tetap halal merujuk pada Fatwa MUI Tahun 1976.
Namun, MUI merekomendasikan agar penyembelihan semaksimal mungkin dilaksanakan secara manual, tanpa didahului stunning dan semacamnya.
Stunning boleh dilakukan asal: (i) hewan hanya pingsan sementara tidak menyebabkan kematian; (ii) tidak menyebabkan cedera permanen; (iii) dilakukan dengan ihsan, tidak menyiksa hewan; dan (iv) teknis pelaksanaan dibawah pengawasan para ahli.
Stunning memang efisien untuk pemotongan ternak secara massal. Tapi, bukan berarti tanpa resiko. Bila dosis obat bius tidak tepat, binatang bisa jadi terbantai atau keburu mati sehingga statusnya menjadi bangkai.
Banyak laporan menyebutkan, sebagian hewan bisa mati sebelum disembelih. Untuk ayam, sebuah sumber menyebutkan sekitar 10%-35%. Hal ini wajar terjadi, karena kekuatan setiap hewan terhadap proses stunning sangat bervariasi. Dipengaruhi kondisi tubuh hewan, usia, dan lain-lain sehingga kemungkinan untuk mati sebelum penyembelihan selalu ada.
Pembiusan juga meningkatkan tekanan darah arterial, kapiler, dan sistem vena (Thornton & Gracey,1974). Ini menyebabkan pecahnya kapiler bila penyembelihan terlambat dilakukan, sehingga mengakibatkan perdarahan (blood splashing) pada karkas. Mutu daging turun karenanya.
Penelitian seperti yang dilakukan Blomquist (1959), Hiner (1971), Van der Wall (1975), Overstreet (1975), Mc Loughilin & Davidson (1966), dan lain-lain, juga membuktikan bahwa semua bentuk pemingsanan di atas berdampak menurunkan kualitas daging.
Bahkan menurut hasil-hasil penelitian yang dilaporkan Center for Science in The Public Interest (CSPI), Amerika Serikat, metode pneumatic stunning dapat menyebabkan pecahnya jaringan otak sapi yang kemudian terbawa ke sistem jaringan tubuh. Bila sapi tersebut mengidap bovine spongioform enchephalopathy alias sapi gila (mad cow), maka penyakit ini akan menular pada manusia yang memakan dagingnya yang telah tercemar itu.
Hal tersebut ditegaskan Leila Corcoran (BICNews, 25 Juli 1997) dalam artikelnya yang berjudul ‘’Cattle stun gun may heighten madcow’’. Ia juga menyimpulkan, penyembelihan tanpa pemingsanan merupakan metode terbaik.
Hasil percobaan Profesor Schultz dan koleganya Dr. Hazim dari Universitas Hanover, Jerman, menemukan bahwa penyembelihan tanpa stunning ternyata menyebabkan hewan tidak merasakan sakit. Darah ternak pun dapat keluar dengan sempurna.
Hasil penelitian Blackmore (1984), Daly et al (1988), Blackman et al (1985), dan Anil et al (1995) di 4 negara berbeda menunjukkan bahwa setelah disembelih sapi memang memerlukan waktu lebih lama untuk sampai pada kematiannya. [bowo]