Leukemia termasuk salah satu jenis kanker yang paling berbahaya. Harapan hidup penderita kanker darah ini biasanya di bawah 50%, apalagi jika stadiumnya sudah lanjut. Pengobatan kemoterapi sifatnya hanya menghambat penyebaran penyakit.
Tidak mengherankan banyak peneliti terus berjuang menemukan obat pamungkas. Di antaranya yang telah digarap para periset dari University of Georgia, Amerika Serikat. Bersama rekan-rekannya dari University of Tokyo, Jepang, mereka mengklaim telah mengidentifikasi target obat baru untuk dua jenis leukemia: acute myeloid leukemia (AML) dan chronic myeloid leukemia (CML).
AML adalah jenis kanker akibat mutasi asam dioksiribo nukleus (DNA) yang menyebabkan sel darah yang belum matang menjadi abnormal. Disebut akut karena mempengaruhi sel darah yang belum matang. Yang terserang adalah sel darah merah (eritrosit) , sel darah putih (leukosit) dan faktor pembeku darah (trombosit). Biasanya ditandai jumlah trombosit, leukosit dan eritrosit yang jauh di bawah normal.
Sedangkan, CML ditandai oleh peletakan kromosom 9 dan 22 yang salah, yang menimbulkan pertumbuhan yang tidak teratur pada sel-sel darah dewasa. Pertumbuhan sel darah putih sulit dikendalikan, sehingga banyak orang menyebut leukemia jenis ini adalah penyakit sel darah putih memakan sel darah merah.
Dalam temuan yang dilaporkan di Jurnal Nature terbaru, mereka menemukan protein BCAT1. Protein tersebut berperan mengaktifkan metabolisme sekelompok asam amino yang dikenal sebagai asam amino rantai cabang (BCAA), yang merupakan elemen penting protein dalam semua sel dan karenanya diperlukan sel leukemia agresif untuk tumbuh. Enzim yang sama juga bertanggung jawab atas perkembangan tumor otak dan paru-paru.
BCAT berfungsi memecah BCAA di sebagian besar jaringan sehat. Ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa, sel leukemia menggunakan jalur BCAT1 untuk menghasilkan BCAA. Dengan menghalangi protein itu, peneliti bisa membalikkan agresivitas penyakit tersebut.
Seperti disiarkan dalam rilis University of Georgia, Jumat (19/5/2017), penelitian mereka berangkat dari idea bahwa sel leukemia beraksi agresif memiliki cara yang berbeda untuk menggunakan nutrisi seperti asam amino, yang mengatur keseimbangan antara diferensiasi dan pertumbuhan sel.
“Jika industri obat dapat memahami apa yang mengatur keseimbangan itu, kita mungkin bisa memanfaatkan jalur ini, untuk menghentikan perkembangan penyakit atau mengembalikannya ke penyakit yang kurang agresif,” kata Profesor Takahiro Ito, staf pengajar pada jurusan Ilmu Biokimia dan Biologi Molekuler University of Georgia.
“Kami ingin memahami apa yang mendorong agresivitas pada leukemia itu, dan kemudian memeriksa apakah menargetkan jalur semacam itu akan membalikkan penyakit kembali ke fase yang dapat diobati,” imbuh Ito.
Menurut Ito, industri farmasi bisa menggunakan temuan mereka dengan membuat obat baru yang dapat menghambat aktivitas BCAT1. Sebab, mereka sudah mencobanya pada kanker darah di tikus dan sampel darah pasien leukemia, yang dilakukan di laboratorium.
Di situ tim peneliti mengamati konsentrasi yang lebih tinggi dari BCAA dalam fase agresif. Mereka mengidentifikasi BCAT1 dapat menghasilkan BCAA pada sel leukemia. Meskipun BCAT1 tinggi pada sel leukemia, kadar BCAT1 pada sel darah normal menunjukkan kadar BCAT1 tetap rendah.
Kemudian peneliti memblokir gen BCAT1. Kontan, penyakit ini dibuat kurang agresif dan pertumbuhannya lambat, mirip dengan fase kronis yang dapat diobati. Pemblokiran BCAT1 juga tidak mempengaruhi sel darah normal.
Ini berarti, obat baru yang bakal diciptakan tidak akan merusak fungsi sel darah yang normal. Selama ini obat kemoterapi memiliki efek samping, antaralain, ikut mematikan sel-sel normal.
Temuan mereka tinggal dibuktikan lewat uji klinis dengan melibatkan jumlah pasien leukemia yang banyak. Apabila terbukti efektif dan aman, ini akan memberikan harapan baru bagi pasien leukemia.
Di Indonesia, pasien leukemia cukup banyak. Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit pada 2010, jumlah pasien leukemia menempati urutan ketiga terbanyak di bawah kanker payudara dan kanker serviks di Indonesia.
Leukemia, terutama yang akut, lebih banyak menyerang anak-anak. Hanya 3-5% menyerang orang dewasa. Hampir 30-40% pasien leukemia pada anak-anak yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Kanker Dharmais berumur 2-5 tahun.
Helmy Kurnia