Wartapilihan.com – Dalam Catatan Pinggir di Majalah Tempo, edisi 19 Maret 2017, Goenawan Mohamad menulis dengan judul “Waswas”. Di paragraf pertama GM atau Mas Gun, begitu Goenawan Mohamad biasa disapa, menulis, “Agama kadang-kadang tampil sangar karena waswas menatap manusia. Di Inggris abad ke-16, di masa ratu Elizabeth berkuasa, ketika kaum Puritan mulai merasuk ke tubuh Protestantisme, para pengkhotbah melihat Setan di mana-mana: di hari Minggu, di hari biasa, dalam pakaian, minuman, dan kerianggembiraan. Terutama dalam teater.”
Di paragraf lain, GM menulis, “Tapi seperti di masa kita sekarang, kaum agama lebih waswas Setan bertahta di tubuh yang dipertontonkan dan syahwat yang dibiarkan; mereka tak banyak berbicara ketika kecurangan berlangsung di kalangan atas. Ada petinggi yang menerima dana dari Raja Spanyol untuk mempengaruhi politik luar negeri, ada laksamana yang berdagang budak, ada pastor-pastor yang berjualan sertifikat bebas dosa, …”
Bagi GM, teater adalah ruang untuk ber-ekspresi, ruang kebebasan untuk manusia bebas. Di sini berlaku seni untuk seni, tak boleh ada pembatasan apa pun. Ajaran kitab suci tak boleh mengintervensinya. Karena itu, di Salihara, Pasar Minggu, gedung teater dan pusat seni yang diinisiasi oleh GM, pernah hadir Irshad Manji dari Kanada yang mempromosikan lesbianisme dan homoseks. Pada acara bedah bukunya tentang “Iman, Cinta dan Kebebasan” itu akhirnya dihentikan oleh pihak kepolisian, setelah FPI menggeruduk tempat itu, Jumat, 4 Mei 2012.
Pada Selasa (9/10/2012) Teater Salihara menggelar tari telanjang “Amour, acide, et noix” karya Daniel Léveillé Danse (Kanada), yang berdurasi 60 menit. Acara ini tak terendus oleh komunitas umat Islam, dan karenanya berjalan aman-aman saja.
Jika kondisi gedung-gedung teater seperti yang dilakukan oleh Salihara, maka benarlah jika setan-setan berkeliaran bebas di sana. Sedangkan para agamawan, tentu tentu saja akan menolak perilaku setanisme yang melanggar ajaran agama itu.
Itulah ketakutan GM. Ia lebih takut pada agama; pada saat yang bersamaan, GM lebih menyukai teater. GM memang sedang menulis tentang kondiri Inggris di abad 16 M. Tapi, sebenarnya ia sedang ‘membidik” kondisi yang ada di republik ini, dimana kebangkitan kaum agamawan, khusunya Islam, begitu nampak ke permukaan. Jika para penyelenggara negara di tangan orang-orang yang taat pada agamanya, itulah yang membuat GM jadi waswas. Ekspresi seninya, menurut pandangannya, akan dihambat, dengan adanya batasan di sana-sini.
GM sendiri, sesuai dengan KTP dan nama belakangnya “Mohamad”, statusnya beragama Islam. Tapi Islam yang bagaimana? Islam yang takut pada ajaran agamanya sendiri?
Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 256, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjamin kebebasan seseorang, karena sudah jelas mana yang benar dan mana yang sesat:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ayat ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa tidak ada paksaan bagi siapa saja untuk memasuki dan memeluk agama Islam. Tapi, begitu seseorang masuk Islam, meyakini adanya rukun Islam dan rukun Iman, maka ia wajib melaksanakan ajaran-ajaran-Nya dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Baginya tidak ada pilihan lain kecuali melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Inilah yang mesti diluruskan. Manusia, sepanjang zaman, akan terus menerus berperang dengan setan, baik yang berbentuk manusia maupun yang berwujud jin. Di sinilah ajaran agama memberi petunjuk agar umat Islam tetap berjalan di jalan yang lurus, yakni, jalan yang diridhoi-Nya. Oleh sebab itu, agama tidak perlu ditakuti, tapi diikuti ajaran-ajaran-Nya agar hati menjadi tentram, hidup dalam kedamaian, dan punya bekal menuju kehidupan abadi di akherat, kelak.
Mas Gun, agama itu tidak sangar, tidak juga perlu waswas karena sesungguhnya “waswas” itu datangnya dari setan yang sampai hari Kiamat akan terus menggoda dan membuat ragu umat manusia akan kabar kebenaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wallahu A’lam. |
Penulis: Herry M. Joesoef