Wartapilihan.com, Jakarta –
Sehari pasca Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, Kamis(20/4) sebuah tulisan pendek bertitel “Stigma”, ditulis oleh Goenawan Mohamad(GM), menjadi viral di media sosial(Medsos). Bersamaan dengan itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, oleh jaksa penuntut umum, dituntut 1 tahun penjara dengan masa percobaan 2 tahun atas dakwaan penistaan agama.
“Stigma” yang ditulis oleh GM berbicara tentang Ahok. Ia menulis, “Stigma itu bermula dari fitnah. Ia tak menghina agama Islam, tapi tuduhan itu tiap hari diulang-ulang; seperti kata ahli propaganda Nazi Jerman, dusta yang terus menerus diulang akan jadi “kebenaran”. Kita mendengarnya di masjid-masjid, di media sosial, di percakapan sehari-hari, sangkaan itu menjadi bukan sangkaan, tapi sudah kepastian.
….Walhasil, Ahok diperlakukan tidak adil dalam tiga hal: (1) difitnah, (2) dinyatakan bersalah sebelum pengadilan, (3) diadili dengan hukum yang meragukan.”
Tak jelas apa yang dijadikan sandaran GM atas tiga hal tersebut. Tapi yang jelas, pernyataan Ahok tentang surah Al-Maidah 51 itu sudah muncul sejak 2007, ketika ia mencalonkan dirinya sebagai gubernur Bangka-Belitung, dan gagal. Dalam buku “Merubah Indonesia” Ahok juga menyinggung Al-Maidah 51.
Sebelum kasus Al-Maidah 51 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu itu muncul, Ahok, sebagai Gubernur DKI Jakarta, dihadapan staf dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat, Ahok dengan nada mengejek akan membuat wifi bernama ‘Surah Al Maidah’ dengan password ‘kafir’. Djarot yang ada di sebelahnya hanya cengengesan saja tanpa mau menegurnya.
Jadi, jika GM mengatakan bahwa Ahok “tak menghina agama Islam” adalah pernyataan yang amat naif. GM telah kehilangan akal warasnya. Dalam akidah Islam, ayat-ayat Allah tidak boleh dijadikan bahan olok-olok, karena bisa menjatuhkan pelakunya atau orang yang mendengar tanpa berbuat apa pun, ia masuk dalam kategori kafir, sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 140:
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kalian di dalam Al-Quran bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan(oleh orang kafir), maka janganlah kalian duduk beserta mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya(kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang kafir dan munafik di dalam jahanam.”
Ayat tersebut secara jelas dan tegas memberi deskripsi orang macam apa yang suka mengolok-ngolok ayat-ayat Alah. Juga bagaimana status orang yang ikut mendengar tapi tidak berbuat apa-apa, sebagaimana diperlihatkan oleh Djarot Saiful Hidayat.
Karena itu, jika kita meyakini sunatullah, sebenarnya apa yang dialami oleh Ahok adalah buah dari apa yang ia perbuat selama ini. Ia menanam, ia pula yang memanen. Itu pula sebabnya, tiga hal yang disampaikan oleh GM adalah gugur dengan sendirinya. Wallahu A’lam.
Penulis: Herry M. Joesoef