Pada 25 Januari 2018 merupakan hari gizi nasional. Pemerintah mengusung sub tema mewujudkan kemandirian keluarga dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK) untuk pencegahan stunting. Apa itu stunting?
Wartapilihan.com, Jakarta —Stunting merupakan kondisi di mana tubuh anak tidak berkembang tinggi sebagaimana normalnya dikarenakan kekurangan gizi. Kekurangan gizi ini telah terjadi sejak balita, bahkan sejak kehamilan usia dua tahun. Dampaknya, perkembangan otak anak pun terhambat, juga tumbuh kembang hingga usia selanjutnya.
DR Atmarita MPH, Ketua Bidang Ilmiah DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) mengatakan, kasus anak Indonesia dengan tinggi badan lebih pendek dari standar usianya (stunting) masih sangat tinggi, maka hal itu menjadi perhatian utama peringatan Hari Gizi Nasional pada tahun ini.
“Angka rata-rata stunting nasional mencapai 37,2 persen dari berbagai provinsi dan jumlah tertinggi terdapat pada provinsi sulawesi tengah yang menyentuh angka 16,9%. Saat ini ada 100 kabupaten yang menjadi prioritas utama dalam program penurunan angka stunting di Indonesia dan akan berlanjut dengan 200 kabupaten lainnya,” papar Atmarita, dalam acara FGD Jurnalis Tentang Hari Gizi Nasional di Menteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, indeks berat badan per usia anak indonesia memiliki angka 17%. Kondisi ini, menurutnya, semakin mempertegas bahwa gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
“Dampak buruk kekurangan gizi tidak hanya terjadi pada bentuk tubuh yang pendek maupun kurus, namun juga pada tingkat kecerdasan otak yang akan berimbas pada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Karena itu, upaya percepatan perbaikan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) perlu dilakukan bersama,” tuturnya.
Atmarita menerangkan, faktor utama penyebab stunting ialah buruknya asupan gizi sejak periode awal pertumbuhan dan perkembangan janin hingga anak berusia dua tahun. Tidak hanya kekurangan gizi, tetapi juga faktor lain seperti lingkungan yang kotor dan seringnya ibu hamil mengkonsumsi alkohol.
“Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi pada anak juga menjadi pemicu meningkatnya gizi buruk yang menyebabkan anak menderita stunting, sehingga upaya pemenuhan gizi yang layak pada anak tidak dapat terpenuhi,” tukas dia.
Kemudian, langkah pencegahan dan penanganan stunting, ia mengharapkan adanya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan juga partisipasi masyarakat.
“Pemerintah dalam hal ini akan mengucurkan dana hingga 62 Triliun, kami berharap dana tersebut jangan sampai terbuang ke laut, harus digunakan sebaik-baiknya,” pungkas Atmarita.
LSM Bergerak untuk Gizi Anak
Salah satu LSM yang bergerak mandiri untuk peduli gizi anak Indonesia, salah satunya adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Baitul Maal Hidayatullah (BMH). BMH gelar program sehat peduli gizi serentak di 28 provinsi dan 42 titik di Indonesia.
“Pertama ini sebagai wujud tanggungjawab moral sebagai sesama anak bangsa. Kedua ini sejalan dengan program pemerinttah, Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi,” terang Direktur Program dan Pendayagunaan BMH Pusat, Dede HB, kepada awak media, Rabu, (24/1/2018).
Pada tahun ini BMH menyasar tempat-tempat yang rawan gizi buruk. “Kami telah mengirimkan tim ke Kupang NTT untuk selanjutnya bergerak ke Kabupaten Timor Tengah Selatan NTT. Termasuk persiapan ekspedisi ke Suku Asmat di Papua. Idealnya program ini bisa dijalankan bersamaan secara nasional, tetapi kami belum bisa langsung ke Suku Asmat karena memang jarak yang cukup jauh dan membutuhkan kesiapan yang tidak mudah,” imbuh Dede.
Dede menerangkan, hingga 23 Januari 2018, terkumpul data sampai hari ini, ada 7.404 calon peserta, 401 ibu hamil, 6.928 balita, dan 75 lansia yang menurut dia kemungkinan besar akan bertambah hingga hari ini.
Ia menambahkan, khusus wilayah DKI Jakarta, program akan dilaksanakan di Kampung Nelayan Muara Baru Penjaringan Jakarta Utara.
“Di Jakarta disiapkan 1.000 paket gizi sehat kepada anak-anak yatim-dhuafa berupa susu, vitamin, makanan sehat dan lainnya. Juga akan ada edukasi dan praktik bagaimana merawat kebersihan mulut dan gigi. Insya Allah diadakan sikat gigi bersama nantinya,” papar Dede.
Program Sehat Peduli Gizi, ungkap Dede merupakan program jangka pendek. BMH juga telah menyiapkan program jangka menengah dan program jangka panjang. “Harapannya, momentum Hari Gizi Nasional menjadi pemicu dan pemacu semua pihak untuk bisa bersama-sama menjawab persoalan gizi buruk yang masih melanda negeri ini,” pungkas Dede.
Eveline Ramadhini