Gas Beracun di Suriah Diduga Dilakukan Pemerintah Suriah atau Rusia

by
Korban gas beracun di Suriah. Foto : VOA

Wartapilihan.com, Idlib – Senjata kimia telah menewaskan ratusan orang sejak awal perang sipil Suriah. PBB mengatakan bahwa Pemerintah Suriah tiga kali melakukan serangan menggunakan senjata kimia.

Pejuang dan aktivis oposisi mengatakan pasukan pro-pemerintah telah menggunakan senjata kimia dan bom yang mengandung klorin pada berbagai kesempatan. Mereka mengatakan serangan senjata kimia di Idlib, Selasa (4/4), menewaskan puluhan orang. Pemerintah Suriah membantah pernah menggunakan senjata tersebut.

Berikut ini adalah waktu peristiwa terkait dengan penggunaan senjata kimia di Suriah sebagaimana dirangkum AP.

20 Agustus 2012: Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan penggunaan senjata kimia akan menjadi “garis merah” yang akan mengubah kalkulus pada intervensi dalam perang sipil dan memiliki “konsekuensi yang sangat besar.”

19 Maret 2013: Pemerintah Suriah pemerintah dan oposisi dituduh atas serangan gas yang menewaskan sekitar 26 orang, termasuk lebih dari selusin tentara pemerintah, di kota Khan al-Assal di Suriah Utara. Sebuah penyelidikan PBB kemudian menemukan bahwa penggunaan gas saraf sarin, namun tidak dapat mengidentifikasi pelakunya.

21 Agustus 2013: Ratusan orang tercekik mati karena gas di pinggiran kota yang dikuasai pemberontak di ibukota Suriah. Banyak warga yang menderita kejang-kejang, pupil pedih, dan mulut berbusa. Peneliti PBB mengunjungi tempat kejadian dan menetapkan bahwa rudal darat yang sarat dengan sarin ditembakkan kepada warga sipil saat sedang tidur. Amerika Serikat dan lainnya menyalahkan pemerintah Suriah, satu-satunya pihak yang terlibat konflik yang memiliki gas sarin.

31 Agustus 2013: Obama mengatakan bahwa ia akan pergi ke Kongres untuk melaksanakan serangan hukuman terhadap pemerintah Suriah, tetapi tampaknya tidak mendapatkan dukungan dari legislatif.

27 September 2013: Dewan Keamanan PBB memerintahkan Suriah untuk menghitung dan menghancurkan persediaan senjata kimia, menyusul kesepakatan yang mengejutkan antara Washington dan Moskow untu mencegah serangan Amerika. Dewan Keamanan PBB mengancam untuk mengizinkan penggunaan kekuatan bila tidak dipatuhi.

14 Oktober 2013: Suriah menandatangani kesepakatan di Konvensi Senjata Kimia yang melarang negara itu untuk memproduksi, menimbun, atau menggunakan senjata kimia.

23 Juni 2014: Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengatakan bahwa mereka telah memusnahkan senjata kimia pemerintah Suriah yang tersisa. Para pejabat oposisi Suriah meyakini bahwa persediaan senjata kimia pemerintah tidak sepenuhnya telah dihitung dan bahwa pemerintah masih menyediakan pasokan.

7 Agustus 2015: Dewan Keamanan PBB memberikan kewenangan kepada OPCW dan peneliti PBB untuk menyelidiki laporan dari senjata kimia yang digunakan di Suriah, sebagai laporan beredar serangan gas klorin diulang oleh pasukan pemerintah terhadap warga sipil di daerah yang dikuasai oposisi

24 Agustus 2016: Panel OPCW dan PBB menyatakan bahwa pemerintah Suriah telah dua kali menggunakan helikopter untuk menyebarkan gas klorin terhadap lawan-lawannya di daerah-daerah sipil di provinsi Idlib utara. Sebuah laporan kemudian menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas serangan ketiga. Serangan sebelumnya terjadi pada tahun 2014 dan 2015. Panel juga menemukan bahwa kelompok ISIS menggunakan gas mustard.

28 Februari 2017: Rusia, sekutu pendukung dari pemerintah Suriah, dan Cina memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk memberikan sanksi terhadap pemerintah Suriah atas senjata kimia yang digunakan.

4 April 2017: Sedikitnya 58 orang tewas dalam serangan yang dikatakan dokter-dokter sebagai serangan gas saraf di kota Khan Sheikhoun di Provinsi Idlib yang dikuasai pejuang oposisi. Korban menunjukkan tanda-tanda sesak napas, kejang, mulut berbusa, dan konstriksi pupil. Saksi mata mengatakan serangan itu dilakukan oleh salah satu Sukhoi jet Rusia atau Suriah. Moskow dan Damaskus menyangkal untuk tanggung jawab. |

Reporter: Moedja Adzim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *