Epos Lahirnya Bangsa Indonesia

by

Judul buku: Kembalinya Surga yang Hilang

Penulis: Ali Ahmad Bakatsir
Penerjemah: Nabiel A. Karim Hayaze
Penerbit: Yayasan Menara Center, 2018, 209 hlm

Wartapilihan.com, Jakarta – Epos didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai cerita kepahlawanan atau syair panjang yang menceritakan riwayat perjuangan seorang pahlawan. Karya ini ditulis oleh seorang Ali Ahmad Bakatsir, seorang sastrawan besar Arab di abad 19 yang namanya harum hingga kini karena karya-karyanya.

Pada awal Ramadhan di Kairo, tepatnya 29 Juli 1946, lelaki kelahiran Surabaya berbangsa Arab ini memberikan tulisan singkat sebagai pembuka karyanya di buku ini dengan kata-kata yang sangat menyentuh hati bangsa Indonesia. “Saya persembahkan buku ini untuk mendengarkan suara rantai yang terlepas yang selama ini membelenggu 75 juta bangsa Indonesia! Bagi mereka yang masih terbelenggu, saudara kita bangsa Indonesia yang heroic ini, adalah sebuah tauladan yang baik,” tegas Ali.

Dalam jejak karyanya di buku ini, ia memberikan tulisan karya mengenai naskah drama dengan berbagai karakter. Salah satu di antaranya, ada nama-nama yang tak asing yang ia tuliskan sebagai tokoh di dalam naskah drama tersebut, yaitu Sutan Syahrir dan Soekarno. Selebihnya ada nama-nama khas orang Indonesia atau Arab, misalnya seperti Haji Abdul Karim, Hamidah, atau Zainah. Ada juga tokoh-tokoh Belanda, seperti Van Dyk, dan juga Van Marten.

Penerjemah buku ini, Nabiel A. Karim mengaku sangat tertarik untuk menerjemahkannya karena buku ini sangat penting. Buku ini, kendati menurut dia imajiner, tetapi bisa menceritakan sepenggal potongan sejarah bangsa yang sangat penting di dalam perjalanan memperjuangkan kemerdekaan.

“Sebuah catatan sejarah yang layaknya dibaca oleh seluruh bangsa Indonesia, bahkan seharusnya menjadi bacaan wajib bagi seluruh anak-anak di Indonesia,” jelas Nabiel, dalam kata pengantarnya.

Lebih lanjut ia mengulas, Mesir adalah negara yang pertama-tama mengakui kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1947. Pengakuan ini sangat berdampak memberikan jalan bagi pengakuan-pengakuan negara lain atas kemerdekaan Indonesia.
“Tahun 1946 dalam acara peringatan satu tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Mesir, karya Ali Bakatsir ini menjadi salah satu media cetak yang digunakan oleh Panitia Pembela Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk memperkuat perjuangan diplomasi pemerintah Indonesia,” terang Nabiel.

Di dalam bukunya sangat jelas tertuang dukungan moril dan diplomasi yang sangat dahsyat dari seorang Ali Ahmad Bakatsir kepada bangsa Indonesia. Hal tersebut sangat jelas tertuang pada awal dan akhir halaman dari buku ini. Di akhir buku, ia menuliskan lirik lagu Indonesia Raya karya WR Supratman dalam Bahasa Arab.

Di awal halaman pun, dia mengutip surat Al-Qur’an Asy-Syuura ayat 41 hingga 42 yang berbunyi (a) Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosa pun terhadap mereka, (b) Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia, (c) dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Dari ayat ini dia secara menarik melakukan pengklasifikasian, bahwa A yaitu bangsa Indonesia, B yaitu bangsa Belanda dan C adalah bangsa Inggris.

Buku ini kaya akan muatan sejarah yang sangat cocok menemani sore hari yang mendung, ditemani suguhan cemilan sore dan teh atau kopi. Buku ini dapat memutar kembali peristiwa di masa lalu dalam balutan percakapan-percakapan drama yang kontekstual pada masanya. Selamat berakhir pekan dengan halaman-halaman penuh perjuangan.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *