Selain keimanan, ketaqwaan, dan keberkahan yang menjadi fondasi keluarga bahagia, terdapat juga faktor kebahagiaan yang bercorak fisik atau material.
Wartapilihan.com, Jakarta –Kendati sebanyak apapun materi berhasil dimiliki manusia, baru akan memberikan nilai tambah kebahagiaan apabila materi tersebut berada pada pribadi yang salih.
Hal tersebut disampaikan oleh Cahayadi Takariawan, Konsultan Keluarga. Ia pun mengutip sebuah hadits yang termaktub dalam Hadits shahih Riwayat Imam Ahmad nomof 197 yang mengatakan, “…. sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang shalih.”
“Ni’mal malush shalih lil mar’ish shalih. Sebaik-baik harta yang baik adalah yang dimiliki orang yang baik. Itulah sebabnya, semata-mata harta kekayaan dan kemelimpahan materi tidak akan membahagiakan, bahkan cenderung menghancurkan, apabila berada pada orang yang tidak salih.
Kesalihan pribadi inilah yang membuat harta benda serta kekayaan menjadi penambah kebahagiaan, di samping kebahagiaan spiritual yang telah mereka miliki,” kata Cahayadi, dari laman keluarga.or.id.
Ia pun membeberkan empat faktor yang menambah kebahagiaan keluarga sesuai dengan yang Nabi shalallahu alaihi wa Sallam sabdakan.
“Ada empat (yang membawa kebahagiaan) manusia: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih, dan kendaraan yang nyaman. Ada empat (yang membawa) kesengsaraan manusia: tetangga yang buruk, istri yang buruk, rumah yang sempit, dan kendaraan yang tidak nyaman”.
“Nabi Saw menyatakan, istri salihah adalah pembentuk kebahagiaan keluarga. Seperti kita ketahui, keluarga tidak akan mendapatkan kebahagiaan jika tidak dibentuk oleh lelaki salih serta perempuan salihah.
Pasangan suami salih dan istri salihah lah, yang akan membawa keberkahan, kedamaian, ketenteraman, keharmonisan, serta kebahagiaan keluarga,” tuturnya.
Betapa banyak keluarga yang berantakan, disebabkan oleh karena kerusakan moral suami atau istri. Mereka tidak menjaga kesalihan diri, justru terjerumus ke dalam berbagai tindak dosa serta maksiat yang berkepanjangan.
Sedemikian penting peran istri dalam pembentukan kebahagiaan keluarga, sampai disebutkan secara khusus oleh Nabi Saw, “Dunia (hidup di dunia ini) adalah kesenangan dan sebaik-baik kesenangan di dunia ini adalah istri salihah”. Hadits Shahih Riwayat Imam Muslim no. 1467.
“Istri yang salihah akan pandai menjaga diri, pandai menyenangkan suami, pandai mendidik anak-anak, maka keluarga akan bahagia jika di dalamnya ada sosok istri salihah. Keluarga akan berantakan, anak-anak cenderung menjadi beban, apabila tidak ada sosok istri salihah,” imbuh Cahayadi.
Kedua, rumah yang luas. Dia menjelaskan, tanpa ketercukupan sandang, papan dan pangan, keluarga tidak bisa utuh dan bahagia.
Walaupun suami dan istri menikah dengan landasan cinta, sebesar apapun cinta mereka tidak akan bisa bertahan jika tidak bisa makan, tidak ada pakaian, dan tidak ada tempat tinggal.
“Di sisi lain, rumah adalah tempat untuk menampung, mewadahi, menyatukan cinta suami, istri dan anak-anak. Rumah adalah tempat dimana semua bermula: pendidikan, pembinaan, pengasuhan, kasih sayang, kepedulian, tanggung jawab, dan semua ikatan sebagai keluarga,”
Menurutnya, tidak penting apakah itu rumah kost, rumah kontrakan, rumah pemberian, rumah peninggalan, atau rumah hasil usaha sendiri. Yang penting keluarga harus menempati rumah dimana mereka bisa menorehkan, menguatkan, sekaligus menyatukan berbagai macam perasaan, pemikiran, sejarah, dan juga harapan-harapan.
Ketiga, tetangga yang baik. Ia mengatakan, jika tetangga merupakan orang-orang yang salih dan salihah, tentu akan saling menguatkan dalam kebaikan. Namun jika tetangga terdiri dari orang-orang yang rusak, akan memberikan pengaruh negatif bagi keluarga kita.
Sedemikian penting tetangga, bisa kita perhatikan dari pengarahan Nabi Saw tentang kebaikan tetangga. Nabi Saw bersabda tentang tetangga yang terbaik:
“Teman terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan temannya. Dan tetangga terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan tetangganya.” Hadits Riwayat At Tirmidzi nomor 25.
Dalam hadits yang lain dinyatakan, mengganggu tetangga termasuk perbuatan yang menghalangi seseorang dari surga. Nabi Saw bersabda:
“Seorang yang senantiasa mengganggu tetangganya niscaya tidak akan masuk surga.” Hadits Riwayat Imam Muslim.
Maka Nabi Saw mengajarkan akan kita selalu berbuat baik dan peduli kepada tetangga, dengan berbagai macam cara dan sarana. Nabi Saw pernah berpesan kepada sahabat Abu Dzar agar membagi makanan atau mengundang tetangga untuk makan.
“Wahai Abu Dzar, apabila engkau membuat suatu masakan, maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian undanglah tetanggamu atau engkau dapat membaginya kepada mereka.” Hadits Riwayat Imam Muslim.
“Alangkah bahagia hidup kita apabila berada dalam suatu lingkungan yang dipenuhi dengan orang-orang salih, yang saling peduli satu dengan yang lain, saling menjaga, saling memberi, dan saling menguatkan dalam kebaikan,” imbuh dia.
Keempat, kendaraan yang nyaman. Cahayadi menegaskan, kendaraan menjadi semakin penting keberadaannya dalam rangka membantu mobilitas.
Kendati demikian, Cahayadi menekankan, mobil jangan dijadikan simbol kemewahan atau simbol kemapanan. Bagi keluarga muslim, mobil adalah sarana untuk memperbanyak titik interaksi dan komunikasi dengan semua anggota keluarga.
“Hal ini memberikan dampak tambahan, bukan saja mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya, namun juga memberikan kehangatan suasana kebersamaan, ketersambungan hati, pikiran serta perasaan, dengan obrolan ringan di sepanjang perjalanan.
Maka wajar ketika kendaraan yang nyaman menjadi salah satu faktor pembentuk kebahagiaan keluarga,” tukasnya.
Eveline Ramadhini