Energi umat Islam yang begitu besar setelah aksi 212 harus dituangkan dalam bentuk pemberdayaan ekonomi dan dapat memberikan kemaslahatan luas
Wartapilihan.com, Jakarta – Mengamati potensi pemberdayaan ekonomi umat Islam yang begitu besar, dokter spesialis anestesi dr. Chilafat Dalimunthe, Sp.An yang disapa akrab dr. Chacha mengutarakan impiannya untuk memiliki rumah sakit di seluruh provinsi Indonesia berbasis syariah.
“Maksudnya rumah sakit berbasis syariah adalah sistem yang berlaku berdasarkan syariat Islam dan bisa dimiliki oleh umat muslim. Jadi itu target saya,” kata dr. Chacha saat diwawancarai Warta Pilihan di bilangan Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (19/6).
Artinya, lanjut spesialis anestesi ini, mengenai pelayanan terhadap orang Budha, Kristen, Konghucu dan lain sebagainya tidak ada perbedaan. Tujuan besarnya adalah memiliki rumah sakit yang sahamnya dimiliki oleh semua umat muslim dan dikelola secara syariah.
“Syariah itu sangat luas Mas, cara penerimaan pasien, pembayaran, pengembalian dana pasien itu semua sudah diatur dalam syariah. Jadi, saya kira itu tidak ada hubungannya dengan SARA. Kita ingin memajukan umat Islam, nanti ada umat Islam yang tidak mampu iya kita tolong,” imbuhnya.
Wacana pendirian RS tersebut sudah ia utarakan dengan rekan sejawatnya maupun dengan PB IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia). Saat ini, sudah terbentuk Yayasan Kesejahteraan Muslim Indonesia yang difungsikan untuk menghimpun dana umat.
“Setelah dana umat tercukupi nanti yayasan akan akan membuat suatu PT, dimana PT itu nanti yang akan bergerak karena yayasan kan tidak boleh berbisnis,” tutur dr. Chacha.
Lebih lanjut, ia menjelaskan yang menyediakan sarana RS tersebut adalah PT sesuai dengan perhitungan syariah. Misalkan dapat Rp 100 juta, tidak semua diserahkan kepada PT, ada perhitungan syariah dan PT diwajibkan menjalani sistemnya sesuai syariah.
“Kami tetap sebagai yayasan ingin saham mayoritas itu dimiliki oleh yayasan, supaya kami bisa menjalankan dengan optimal. Kalau saham kami lebih sedikit dari yang lain pasti nanti bisa berubah,” ungkapnya.
Saat ini, ia dan beberapa rekannya sedang berusaha untuk menggalang dana dari umat dan donatur baik dalam maupun luar negeri dengan harapan setelah idul fitri 1438 H mudah-mudahan segera diwujudkan.
“Kami ingin saham mayoritasnya dimiliki oleh umat dan betul-betul menikmati rumah sakit ini secara Islami. Kalau bisa ini dibangun di seluruh wilayah Indonesia, terus terang ini bukan untuk bermaksud lain tetapi untuk merekatkan ukhuwah islamiyah, kita ingin orang Islam di mana pun bisa menikmati ini,” harap dr. Chacha.
Ia mencontohkan provinsi Nusa Tenggara Barat yang mayoritas bukan umat Islam, tetapi kalau ada orang di sana ingin ke rumah sakit tersebut dibolehkan.
“Berobat tetap tidak ada masalah, dia harus punya asuransi dan lain sebagainya. Kalaupun dia tidak mampu, sepanjang keuangan rumah sakit mampu ya kita terima tidak ada masalah,” tandasnya.
Terakhir, ia ingin membumikan nilai-nilai syariah melalui rumah sakit muslim. Kapasitas mushola yang kurang memadai, perawat yang dilarang menggunakan jilbab dan instrumen lain yang bertentangan dengan Islam akan diminimalisir secara bertahap.
“Jadi nanti kita coba bertahap dan mentornya adalah rumah sakit dengan sistem syariah. Semua sistemnya disempurnakan sesuai dengan hukum syar’i,” tutupnya.
[Ahmad Zuhdi]