Selain masalah krisis ekonomi, ekskalasi konflik agama, etnik dan fragmentasi sosial hari ini sangat besar dibandingkan tahun 1998.
Wartapilihan.com, Jakarta –Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan bahwa badan ekonomi sedang lemah. Akibatnya, Indonesia akan langsung terkena dampak dari negara-negara yang sedang mengalami krisis. Demikian disampaikan Rizal dalam diskusi gerakan kritis 100 tokoh nasional dan mantan aktivis mahasiswa menyikapi Indonesia dalam krisis ancaman ekonomi.
“Tapi kalau antybody kita (Indonesia) kuat, maka tidak mudah terdampak. Apa indikatornya? Pertama, neraca perdagangan di semester satu negatif, US$ 1,6 miliar dollar. Defisit transaksi berjalan juga negatif. Bahkan, Bank Indonesia berani mengatakan tahun ini akan minus US$ 25,” papar Rizal Ramli saat diskusi di bilangan Senayan, Jakarta, Rabu (1/8).
Hal itu, lanjut Rizal, menyebabkan asing tak lagi membeli surat obligasi perusahaan Indonesia. Kendati anggaran negara stabil, kata dia, hal itu dikarenakan pengurangan belanja dikurangi. Sedangkan beban negara dipindahkan ke PLN, Pertamina dan rakyat dalam bentuk harga pangan impor yang mahal.
“Bank Indonesia menghabiskan Rp 12 triliun agar Indonesia tetap di bawah 15 ribu. Jadi, kalau ada menteri ngawur mengatakan dollar turun 100 rupiah, negara surplus Rp 1,7 triliun, kasian rakyat, dibohongi terus. Kalau mau begitu, anjlokkan saja rupiah ke angka Rp 100 ribu,” tegas mantan Menko Maritim dan Sumber Daya itu.
“Menteri Keuangan paling ngawur, yaitu menteri paling baik sama kreditor. Syukur, pekan lalu Pak Jokowi mengatakan badan ekonomi Indonesia sedang sakit. Sportif. Nah, itu sudah langkah awal untuk memperbaiki keadaan,” imbuh pria sapaan RR ini.
Namun, ungkap Rizal, banyak penumpang gelap di sekitar Presiden Jokowi yang ingin menghapuskan DMO, yaitu obligasi domestik batu bara untuk dalam negeri. Padahal, pengusaha batu bara sudah untung dengan menjual US$ 116 tiap ton nya.
“Belum pernah terjadi dalam sejarah dunia. Biasanya batu bara kisaran US$ 30 – 40, lebih murah dari minyak mentah. Namun, ada yang menawarkan agar jatah domestik 20 persen dapat di ekspor. Jika itu terjadi, pengusaha batu bara untung, namun PLN bangkrut,” ujar dia.
Karena itu, ia meminta jajaran menteri di Kabinet Pemerintahan Jokowi tidak lagi melakukan titip kebijakan yang menyebabkan Indonesia semakin terpuruk. Jika hal itu dibiarkan terus menerus, tidak menutup kemungkinan peristiwa 1998 terulang kembali.
“Frekuensi krisis ekonomi tahun 1998 meskipun tinggi, namun kita ada tabungan ekspor minyak bumi 1,3 juta barel per hari. Begitu rupiah anjlok ke 15 ribu, petani di luar Jawa diuntungkan,” terang Rizal.
Lebih jauh, Rizal membandingkan ekskalasi konflik agama, etnik dan fragmentasi sosial hari ini sangat besar dibandingkan 1998. Jika kondisi ini terus dibiarkan, Indonesia akan mengalami kemunduran 3-5 tahun ke belakang.
“Berbeda dengan hari ini, meskipun frekuensi gesekan hanya 40 persen, kita tidak punya bantalan (tabungan) lagi. Jangankan ekspor minyak bumi, setiap hari Indonesia impor 1,5 juta barel,” tandas Rizal.
Ia menyebutkan kondisi politik hari ini dengan istilah tribalisme. Yaitu mengedepankan keluarga, sanak saudara dan kolega dalam kontestasi politik nasional.
“Padahal, Indonesia akan mengalami krisis besar. Mental pemimpin-pemimpin kita masih tribalisme. Jangan mimpi kita bisa menghadapi tekanan China, Amerika dan Korea kalau mental pemimpinnya masih tribal,” pungkasnya.
Dalam kesempatan sama, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono mengatakan, keluarnya sumber daya meyebabkan Indonesia miskin. Sebab-sebabnya pertama, salah urus. Kedua, telah terjadi penggunaan ekonomi yang salah. Dan ketiga, terjadi pengkhianatan elite kepada jalannya ekonomi Indonesia.
“Penggunaan mazhab yang keliru menyebabkan Indonesia miskin. Kini, Indonesia tidak memiliki mazhab, yang ada adalah rampok,” kata Ferry.
Ferry menjelaskan, nilai tukar petani jatuh ke nilai terendah setelah reformasi. Impor beras mencapai 1 juta ton. Ia mencontohkan, Karawang yang dulunya lumbung beras terbesar, kini menjadi penerima raskin (beras untuk orang miskin) terbesar.
“Jadi, di desa yang berkuasa adalah para tengkulak. Koperasi pertanian sudah tidak ada. Belum lagi, tanah produktif sudah berkurang karena ada konversi kepemilikan,” jelasnya.
Ia menuturkan, di saat kondisi ekonomi sedang dalam keadaan terpuruk, bisnis retail didirikan sampai ke tingkat desa. Yang lebih ironis, simpul dia, pemerintah memasukkan tenaga asing sebanyak-banyaknya ke Indonesia.
“Jika BBM naik di atas Rp 15.000 semua pelaku UKM, Industri akan mengalami kesulitan ketika mengandalkan barang dari impor,” ujar dia.
Ahmad Zuhdi