CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH DENGAN KETUNDUKAN NAFSU KEPADA RISALAH (ISLAM)

by

“Kau tidak dipandang beriman sampai nafsumu tunduk kepada risalah yang kubawa ” kata Rasulullahlah.

Itulah sebabnya kita diperintahkan untuk shaum, yaitu untuk menahan nafsu selama di bulan Ramadhan, yang mana apa yang halal seperti makan dan minum saja diharamkan pada saat shaum, apalah pula yang bid’ah.
Ini kok ada vidio yang beredar di media sosial, dimana setelah berbuka puasa malah sekelompok orang menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum melaksanakan shalat tarawih.
Ini ajaran dari mana ?

Bid’ah dan syirik itu kadang tidak terasa, sehingga begitu lembut bagaikan getaran semut hitam yang berjalan di tengah malam gelap gulita.
Dan juga, terkadang bid’ah dan syirik itu terselip dalam rasa cinta, dalam rasa benci, dalam dendam, dalam amarah, dalam ta’ashshub kelompok, dalam cinta kebangsaan, dan yang paling berbahaya adalah dalam ego yang bersemayam di dalam jiwa.

Ad dien ini telah mengajarkan kepada kita untuk cinta karena Allah dan benci karena Allah, jadi bukan karena nafsu.
Manusia tidak dipandang sebagai bagian dari muslimin sampai dia mendudukkan cinta secara benar di dalam sanubarinya.

Cinta yang pertama dan utama di dalam Islam adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang artinya disamping patuh menjalankan risalah Islam secara murni dan konsekuen harus juga membelanya dan merasa cemburu dan marah bila Allah dan Rasul-Nya dinistakan.

Umar bin Khattab radhiallahu anhu pernah berkata, ” Aku mencintaimu ya Rasulullah melebihi cintaku kepada kedua orang tuaku, terkecuali diriku ”

“Jangan begitu wahai Umar. Katakanlah kau mencintaiku melebihi dirimu”, kata Rasulullahlah shalallahu’alaihi wasalam. Umar bin Khattab lantas memperbaiki ucapannya sebagaimana yang dikatakan Rasulullahlah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua, adalah cinta kepada orang tua yang artinya sayang dan hormat kepada mereka serta mematuhi mereka selama tidak mengajak kepada bid’ah dan kesyirikan.

Ketiga, mencinta saudara muslim yang artinya memiliki rasa bela kepada saudara seiman selama mereka bukan ahli bid’ah dan tidak mengajak ta’ashshub kepada kelompok dan kesyirikan.
Oleh karena itu hendaknya setiap muslim waspada terhadap organisasi massa, kelompok pengajian dan segala macam aliran yang mengatas namakan Islam yang membawa kepada ta’ashshub, karena di situ pasti ada bid’ah dan kesyirikan yaitu kultus yang disebut Arbaban min dunillah, tuhan-tuhan selain Allah, yaitu ustadz-ustadz dan ulama-ulama yang fatwanya dipatuhi walaupun menyelisihi kalimah/hukum Allah.

Begitu pula dengan partai-partai yang mengajak kepada kekelompokan serta membawa kedalam kepatuhan dan fanatisme terhadap ideologi-ideologi seperti nasionalism, sekularism, liberalism, komunism dan sejenisnya, yang mana semua itu adalah bid’ah munkaroh yang bernilai syirkul akbar yang diusung dari jahiliyah Yunani dan Rumawi kuno maupun modern.

Terlebih setelah melihat fenomena bermunculannya beragam bid’ah dan syirik yang kadang samar dewasa ini maka hendaklah umat ini mewaspadainya dan mampu meletakkan rasa cinta dan bencinya pada tempat yang benar sesuai aqidah dien yang haq ini.

( Iwan Hasanul Akmal )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *