Belajar dari Negeri Orang

by
Mengaji Kitab Kuning. Foto: Istimewa

Pada abad 19, Jepang dikenal sebagai negara yang bangsanya ‘haus ilmu’. Hal ini sudah menjadi budaya yang membangkitkan Jepang menjadi kekuatan dunia dalam bidang sains, teknologi dan ekonomi. Bangsa Indonesia patut belajar dari Jepang dalam ihwal pendidikan.

Wartapilihan.com, Jakarta –-Hal ini disampaikan oleh Dr. Adian Husaini, doktor bidang Peradaban Islam di International Institute of Islamic Thought and Civilization — Internasional Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM), di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu, (23/12/2017).

“Profesor Ezra Vogel dari Harvard University merumuskan, kejayaan Jepang berkat kepekaan pemimpin, institusi dan rakyat Jepang terhadap ilmu dan informasi. Juga kesungguhan mereka menghimpun dan menggunakan ilmu untuk faedah mereka,” tutur Adian, dalam Seminar Nasional Sehari yang bertajuk ‘Sejarah dan Masa Depan Peradaban Islam di Nusantara’ yang diselenggarakan Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS).

Tidak hanya Jepang, Yunani pun memiliki tradisi pendidikan yang kuat, Adian menambahkan. Dikatakan oleh Robert M. Huchins yang merupakan mantan Presiden, ‘Pendidikan merupakan tujuan utama masyarakat. Kota raya mendidik manusia. Manusia di Athens dididik oleh budaya, oleh paideia.

“Meskipun terbilang kecil dan tidak memiliki tentara yang kuat, peradaban Yunani berpengaruh besar terhadap masyarakat Romawi dan juga peradaban Barat,” imbuh Adian.

Belum lagi Yahudi, bangsa yang dikenal luas menghargai budaya ilmu. Einstein, Baruch Spinoza, Sigmund Freud dan Karl Marx memiliki pengaruh besar dalam ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.

Tradisi Ilmu Dalam Islam

Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor ini memaparkan, tradisi Ilmu dalam Islam juga telah melahirkan sebuah peradaban yang unik. Pasalnya, peradaban ini merupakan peradaban tauhid yang memadukan secara harmonis antara unsur dunia dengan unsur akhirat.

“Islam bukan agama yang menganjurkan manusia untuk lari dari dunia demi tujuan mendekat kepada Tuhan. Nabi memerintahkan umatnya bekerja keras untuk menaklukkan dunia dan meletakkan dunia dalam genggamannya, bukan dalam hatinya,” tutur dia.

Selain itu, keunikan Islam juga terletak pada konsep adab. Pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari menulis tentang kitab khusus adab, bahwa syariat mewajibkan adab, maka barangsiapa yang tidak beradab maka tidak ada syariat, tiada iman dan tiada tauhid padanya.

Sedangkan menurut Prof. Naquib Al-Attas, hakikat pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik. “Sungguh, tujuan itu sangat sejalan dengan rumusan sila kedua Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab,” lanjutnya.

Lelaki kelahiran Bojonegoro ini menekankan, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hebat dengan tingkat peradaban yang tinggi, hal pertama yang dirumuskan yaitu konsep pendidikan yang memadukan antara adab dan ilmu.

“Jika pemerintah Indonesia tidak mungkin merumuskan konsep pendidikan sesuai dengan konsep kenabian tersebut, maka seyogyanya pemerintah memberikan otonomi seluas-luasnya kepada semua institusi pendidikan Islam,” tandas Adian.

Pendidikan, ucap Adian, pada dasarnya harus tetap mengutamakan tiga prinsip, yaitu (1) keikhlasan, (2) profesionalitas, dan (3) kreativitas.

“Dengan itu, Insyaa Allah tahun 2040, Indonesia sudah menjadi negara hebat dan kuat, negara dengan tingkat peradaban tinggi. Negara yang adil, makmur dan beradab dalam naungan ridho Tuhan Yang Maha Esa,” pungkasnya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *